Euforia itu masih terasa, bahkan dua hari setelah laga final yang mempertemukan tim voli kebanggaan kita dengan Kamboja.
Para fans voli tanah air memang sudah selaiaknya bersukacita melihat penampilan tim nasional bola voli putra Indonesia yang sekali lagi sukses mempertahankan medali emas. Hattrick yang kita harapkan dan rindukan itu benar terjadi.
Mengurai perjalanan Nizar Julfikar dkk memang berasa deja vu, 3 kali SEA Games selalu berada satu pool dengan tuan rumah, jadi juara pool, dan berakhir dengan kembali menghadapi tuan rumah di laga puncak.
Tapi tiap edisi tentunya punya perjalanannya sendiri, kalau kata anak zaman sekarang tuh "tiap orang punya strugglenya masing-masing".
Timnas voli putra memang mengakhir SEA Games 2023 dengan menyapu bersih 5 kemenangan dari fase penyisihan pool hingga final. Lima laga yang mereka sapu bersih dengan skor telak 3-0. Iya tanpa kehilangan satu set pun.
Rekor yang sama sebelumnya pernah mereka torehkan di SEA Games 2019 Filipina. Meski mencetak cleansheet, timnas sempat menghadirkan momen yang bikin volimania tanah air senam jantung.
Menghadapi Filipina di laga pembuka, Indonesia nyaris saja kecolongan di set 3. Sebelum akhirnya menyudahi pertandingan dengan 25-18, 25-18, 25-23.
Perlawanan sengit kembali dilakoni timnas kala jumpa Singapura. Pada set pertama, Singapura yang dilatih oleh Phoseeta Suntorn asal Thailand mampu mengungguli perolehan angka.
Merespon ketertinggalan, Jeff Jiang Jie langsung memasukan Boy Arnes dan Agil Angga Anggara.
Kedua pemain muda tersebut menjawab kepercayaan sang pelatih dan jadi kunci keberhasilan Indonesia membalikan keadaan sekaligus mengakhir pertandingan dengan 29-27, 25-8, 25-10.
Laga terakhir penyisihan pool tentunya jadi laga yang paling ditunggu. Laga penentu siapa yang berhak menyandang status juara pool A.
Kamboja yang juga mengoleksi 2 kemenangan atas Singapura dan Filipina mengurai harapan untuk bisa mengalahkan Indonesia apalagi didepan supporternya sendiri.
Namun, alih-alih mewujudkan harapan, Channaro Soun dan kolega justru harus kembali mengakui keperkasaan Indonesia. Rivan Nurmulki dkk hanya butuh waktu 1 jam 8 menit untuk membuat supporter tuan rumah tertunduk lesu usai menyaksikan kekalahan timnya 3-0 (25-18, 25-21,25-16).
Grafik performa yang terus meningkat ditunjukan timnas di semifinal. Vietnam, sang peraih medali perak SEA Games 2021 dibuat tak berkutik dan harus mengubur mimpi kembali menyecap final usai takluk 30-28, 25-19, 25-18.
Hadapi Tekanan Tuan Rumah, So What?
Sebagai juara bertahan, pemegang medali emas di dua edisi beruntun membuat keberhasilan Indonesia melangkah di partai puncak bukan jadi sebuah kejutan. Namun, siapa yang akan jadi lawan di final itu yang menarik untuk dinantikan.
Tuah tuan rumah kembali hadir di gelaran SEA Games kali ini, siapa korbannya? Lagi-lagi, Thailand.
Ya sang peraih quatrick emas SEA Games 2011 hingga 2017 itu kembali tak mampu melewati hadangan tim tuan rumah.
Tiga kali berturut-turut Kissada Nilsawai cs harus menelan kekalahan pahit 2-3 di semifinal. Tiga kali mereka gagal lolos ke final.
Bagi Indonesia laga final menghadapi Kamboja yang tentunya akan didukung penuh oleh supporter bukan jadi tekanan yang meruntuhkan semangat tim. Pengalaman final di dua edisi sebelumnya yang juga kontra tuan rumah jadi bukti tak terbantahkan.
Dalam sebuah wawancara usai meraih medali emas di Filipina 2019 lalu, Kapten Nizar Julfikar pernah mengungkapkan bahwa riuhnya supporter tuan rumah tak menjadi tekanan yang mempengaruhi permainan timnya.
Fokus dan kontrol diri jadi faktor yang membuat pemain Indonesia mampu tampil all out meski bermain dihadapan publik tuan rumah.
Benar saja, 5.500 pasang mata yang hadir di Olympic Stadium Phnom Pehn jadi saksi dari penampilan luar biasa pasukan Jeff Jiang Jie.
Bagaimana jalannya laga? Tak perlu lagi lah saya ceritakan, Kompasianer masih bisa melihat tayangan ulangnya di YouTube.
Satu yang pasti, laga final lawan Kamboja bisa dibilang jadi penampilan terbaik timnas selama SEA Games 2023. Silent moment bahkan sempat dihadirkan Farhan Halim di awal set 2.
Senin malam (8/5) itu, pemain bernomor punggung 14 tersebut membuat Indonesia unggul jauh 9-0. Sembilan kali service dengan 4 diantaranya menghasilkan service ace jadi pembuktian peraih Best Server Proliga 2023 ini.
Farhan Halim jadi salah satu bintang paling bersinar di laga final, selain tentunya sang opposite kesayangan kita semua, Rivan Nurmulki. Nama keduanya bahkan sempat naik menjadi trending di jagat Twitter.
Siapa seh yang tak terkesima, ter-Farhan-Farhan di malam itu, iyakan?
Timnas voli putra Indonesia menutup perjalanan mereka dan sukses mempertahankan medali emas SEA Games setelah mengalahkan tuan rumah Kamboja 3-0 (25-21, 25-10, 25-15).
Medali emas yang ketiga kalinya secara berturut-turut digapai tim Indonesia setelah SEA Games 2019 dan 2021.
Sayangnya, kemenangan tersebut sempat diwarnai dengan insiden cederanya Doni Haryono di awal pertandingan. Pemain yang musim ini membela klub Jepang, VC Nagano tersebut mengalami cedera engkel saat kedudukan masih 0-0.
Doni yang menjadi starter di laga final, mendarat kurang sempurna saat melakukan block yang menyebabkannya harus ditarik keluar dan digantikan Fahry Septian.
Rasa kecewa jelas tergambar dari wajah pemain asal Jawa Tengah itu, Doni bahkan sempat tertangkap kamera mengusap kedua matanya. Menjadi pilar dan starter di dua final SEA Games sebelumnya tentu membuat Doni ingin sekali lagi berkontribusi pada tim.
Foto di bawah ini jadi salah satu momen paling emosional yang berhasil diabadikan. Doni yang dipapah duo setter Nizar Julfikar dan Dio Zulfikri turut merayakan kemenangan Indonesia.
Doni Haryono, Rivan Nurmulki, Nizar Julfikar, Dio Zulfikri, Fahreza Rakha, Hernanda Zulfi, dan Yuda Mardiansyah adalah 7 pemain yang jadi pilar Indonesia di 3 SEA Games terakhir. Tujuh pemain yang kini mengoleksi 3 medali emas ajang multievent se Asia Tenggara itu.
Tak Mudah Mencetak RegenerasiÂ
Kedalaman skuad yang dimiliki Jeff Jiang Jie di SEA Games 2023 memang tak main-main dan membuat pelatih asal Tiongkok tersebut punya banyak opsi dalam menentukan starting 7 dalam tiap pertandingan.
Pada pertandingan pertama melawan Filipina, Jeff Jiang bahkan memberikan kesempatan pada 14 pemainnya untuk bermain, menunjukan kemampuan sekaligus beradaptasi dengan atmosfer kompetisi.
Menjalani kompetisi dengan jadwal ketat di mana pertandingan berlangsung setiap hari membuat rotasi pemain jadi kunci.
Selain itu, keberanian untuk membawa serta deretan pemain muda seperti Boy Arnes, Hendra Kurniawan, Agil Angga Anggara juga jadi langkah tepat.
Setidaknya langkah regenerasi telah dimulai bahkan ketika para pemain senior masih berada dalam top perfomancenya.
"Gak mudah mencetak regenerasi," begitu yang dikatakan Agung Seganti, mantan kapten tim nasional Indonesia.
Satu hari jelang laga final, saya dan Agung sempat berbincang mengenai peluang hattrick dan regenerasi timnas. Terutama jika melihat pada apa yang terjadi di tim nasional Thailand.
Ya semua juga tahulah, bagaimana Thailand begitu mendominasi bola voli di Asia Tenggara pada periode 2010 sampai 2017. Sulit rasanya bagi tim manapun di Asia Tenggara untuk mendobrak dominasi Jirayu Raksakaew dkk kala itu.
Namun usai ditinggal pensiun beberapa pemain inti selepas Asian Games 2018, proses regenerasi dan transisi di tim putra Thailand sepertinya tidak berjalan dengan mulus.
Pasca gagal meraih medali pada SEA Games 2021 lalu, Thailand jadi salah satu tim yang diantisipasi akan bangkit di gelaran SEA Games tahun ini. Terlebih mereka kini berada dalam asuhan salah satu pelatih terbaik asal Korea Selatan, Park Kiwon.
Alih-alih meningkat, penampilan Thailand terutama di fase gugur justru nampak jelas mengalami penurunan. Laga semifinal kontra Kamboja, mereka lebih dulu unggul 2-0. Saya sendiri saat itu yakin Thailand akan dengan mudah menutup laga dengan 3 set langsung.
Tapi prediksi tinggal prediksi, Thailand lagi-lagi tunduk ditangan tim tuan rumah setelah melewati pertandingan panjang 5 set. Kesempatan untuk meraih medali pun kembali lenyap usai mereka dikalahkan Vietnam 3-0 (25-18, 25-20, 25-20) di perebutan perunggu.
"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya."
Ya setiap tim pasti punya masanya. Mungkin sekarang giliran timnas kita yang sedang mengalami kembali masa keemasan dan berbanding terbalik dengan Thailand yang kali ini mengalami penurunan performa.
Kebangkitan Thailand bisa saja tinggal menunggu waktu. Pada gelaran SEA Games 2025 mendatang sulit rasanya menyaksikan Thailand kembali kalah dari tuan rumah di semifinal. Lah wong tuan rumahnya mereka.
Ya pada 2025 nanti Bangkok, Chonburi, dan Songkhla, jadi 3 kota di Thailand yang akan jadi arena pertarungan para atlet dari 11 negara Asia Tenggara.
Main di rumah sendiri bisa-bisa jadi cambuk untuk membuktikan diri dan awal kebangkitan Tim Gajah Putih.
Hattrick Sudah, Lalu Apa Lagi?
Keinginan untuk naik level yang lebih tinggi selalu mengemukan bersamaan dengan keberhasilan timnas voli putra Indonesia meraih medali emas.
Itu pula yang selalu diharapkan dan dinantikan volimania Indonesia. Siapalah yang tidak rindu lihat timnas adu serangan dan pertahanan dengan Iran dan tim kuat Asia lainnya.
Pencapaian tiga medali emas beruntun di ajang SEA Games sejatinya jadi momentum yang pas untuk kembali menapaki jalan di level Asia.
Syukurnya kesempatan yang dinantikan itu akhir akan terjadi di tahun ini. Sederet kompetisi di kawasan Asia akan kembali diikuti baik oleh tim nasional maupun klub Indonesia.
Jadwal terdekat adalah Asian Men's Club Champioship yang akan digelar di Bahrain dan diikuti oleh klub runner-up Proliga 2023, Jakarta Bhayangkara Presisi pada 14 hingga 21 Mei ini.
Indonesia juga akan turut serta di AVC Challenge Cup For Men (8-15 Juli 2023), SEA VLeague (21-30 Juli 2023), Asian Senior Men's Championship (19-26 Agustus 2023), dan tentunya Asian Games (23 Sep-8 Okt 2023).
Kembalinya Indonesia ikut serta dalam beberapa kompetisi Asia tentu akan menambah pengalaman para pemain sekaligus jadi kesempatan mengukur kemampuan timnas.
Pada 2017 timnas voli putra mampu mematahkan 42 tahun penantian menyicip kembali semifinal Asian Senior Mens Championship, setahun berselang timnas mampu meraih peringkat 6 di Asian Games 2018.
Prestasi serupa bukan tidak mungkin kembali berulang dan siapa tahu dengan seringnya Indonesia ikut kompetisi di Asia jadi semakin banyak klub di liga luar yang memperhatikan dan tertarik untuk merekrut pemain kita.
Jadi bagaimana, sudah siap nonton timnas disepanjang tahun ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI