Laga terakhir penyisihan pool tentunya jadi laga yang paling ditunggu. Laga penentu siapa yang berhak menyandang status juara pool A.
Kamboja yang juga mengoleksi 2 kemenangan atas Singapura dan Filipina mengurai harapan untuk bisa mengalahkan Indonesia apalagi didepan supporternya sendiri.
Namun, alih-alih mewujudkan harapan, Channaro Soun dan kolega justru harus kembali mengakui keperkasaan Indonesia. Rivan Nurmulki dkk hanya butuh waktu 1 jam 8 menit untuk membuat supporter tuan rumah tertunduk lesu usai menyaksikan kekalahan timnya 3-0 (25-18, 25-21,25-16).
Grafik performa yang terus meningkat ditunjukan timnas di semifinal. Vietnam, sang peraih medali perak SEA Games 2021 dibuat tak berkutik dan harus mengubur mimpi kembali menyecap final usai takluk 30-28, 25-19, 25-18.
Hadapi Tekanan Tuan Rumah, So What?
Sebagai juara bertahan, pemegang medali emas di dua edisi beruntun membuat keberhasilan Indonesia melangkah di partai puncak bukan jadi sebuah kejutan. Namun, siapa yang akan jadi lawan di final itu yang menarik untuk dinantikan.
Tuah tuan rumah kembali hadir di gelaran SEA Games kali ini, siapa korbannya? Lagi-lagi, Thailand.
Ya sang peraih quatrick emas SEA Games 2011 hingga 2017 itu kembali tak mampu melewati hadangan tim tuan rumah.
Tiga kali berturut-turut Kissada Nilsawai cs harus menelan kekalahan pahit 2-3 di semifinal. Tiga kali mereka gagal lolos ke final.
Bagi Indonesia laga final menghadapi Kamboja yang tentunya akan didukung penuh oleh supporter bukan jadi tekanan yang meruntuhkan semangat tim. Pengalaman final di dua edisi sebelumnya yang juga kontra tuan rumah jadi bukti tak terbantahkan.
Dalam sebuah wawancara usai meraih medali emas di Filipina 2019 lalu, Kapten Nizar Julfikar pernah mengungkapkan bahwa riuhnya supporter tuan rumah tak menjadi tekanan yang mempengaruhi permainan timnya.