Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Secuil Catatan dari "Test Event" Asian Games 2018

25 Februari 2018   23:52 Diperbarui: 28 Februari 2018   20:32 3965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shuttle bus saat test event Asian Games 2018 menggunakan armada TransJakarta dengan tipe Metro| Sumber: Tempo.co/Wayan Prayitno

Mari kita mulai dengan kembali menghitung mundur pelaksanaan Asian Games 2018 yang baru akan digelar Agustus nanti. Masih enam bulan, tapi beberapa sudut di Jakarta sudah nampak makin cantik dan eye catching dengan berbagai atribut yang berhubungan dengan pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade itu.

Usai menggelar test event atau uji coba di 8 cabang olahraga yang dilaksanakan pada 8-15 Februari 2018 lalu, INASGOC nampaknya mengejar waktu untuk melakukan evaluasi dan memperbaiki segala kekurangan yang nyata terlihat pada test event.

Memangnya apa saja yang masih butuh pembenahan segera demi kelancaran penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti?  

Kalau hal tersebut ditanyakan kepada saya sebagai orang yang cuma bisa beli tiket dan nonton pertandingan seh jawabannya BANYAK. Apalagi buat para atlet dan ofisial tim, tentu kritik dan saran yang mereka ajukan juga pasti tak kalah banyak.

Selama dua hari menonton pertandingan uji coba atau test event cabor bola voli indoor yang dilaksanakan di Tennis Indoor Senayan, sedikit catatan berikut mungkin bisa jadi gambaran apa yang harus dibenahi segera di enam bulan tersisa ini. Ya siapa tahu kan, Pak Erick Tohir iseng baca ini artikel.

Sistem Pembelian Tiket yang Butuh Sosialisasi

Ticket Box test event Asian Games 2018 cabor voli| Foto: Delia Mustikasari
Ticket Box test event Asian Games 2018 cabor voli| Foto: Delia Mustikasari
Okay, mari kita mulai dengan hal yang paling sering dikomplain oleh para penonton di manapun berada, yakni tiket. Dari 8 cabor yang melakukan test event, hanya cabor bola basket, bola voli dan atletik yang tiketnya berbayar, sementara 5 cabor lainnya gratis.

Pada test event, INASGOC mulai memberlakukan pembelian tiket secara online. Menggandeng BukaLapak dan ticket.com, pembelian tiket bisa dilakukan satu hari sebelum pertandingan digelar. Enak ya, belinya online ga pakai antre di loket. Lah iya enak, tapi bagaimana kalau pas mau membeli ternyata jadwal pertandingannya tidak tertera secara detil?

Hasilnya, tentu akan membuat calon penonton menunda untuk melakukan pembelian tiket. Itu yang saya lakukan ketika membuka kedua website dan aplikasi penjualan tiket test event tersebut. Selain jadwal pertandingan yang tidak terpampang nyata, hal lain yang bisa jadi bikin penonton yang ingin beli tiket waswas adalah tiket hanya dapat dibeli minimal H-1 sebelum pertandingan dan sudah tak bisa dibeli secara online lagi saat hari pertandingan.

Sebenarnya ini bisa saja diterima, jika sosialisasinya lebih digencarkan, nah kalau belum, bisa-bisa banyak calon penonton yang mengira bahwa tiket sudah habis sehingga tidak bisa dibeli lagi secara online, padahal pada kenyataannya kuota tiket masih buanyakkk dan bisa dibeli langsung di venue juga.

Hmm kalau boleh jujur ada baiknya jika seluruh tiket dijual via online dengan menambahkan jumlah tiket yang dijual dan tersisa secara real time, jadinya penonton tidak lagi menunda pembelian tiket. Dan lagi sepertinya para supporter dari negara lain yang kemungkinan akan datang ke Indonesia juga lebih familiar dengan pembelian tiket secara online.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Selain sistem pembeliannya yang masih butuh sosialisasi secara massif, saya juga mau komplain sedikit tentang harga tiket yang cukup mahal, apalagi baru ukuran test event atau uji coba. Cabor bola voli mematok harga tiket sebesar Rp 75rb pada babak penyisihan sampai semifinal dan Rp 125rb untuk Final.

Mahal yaks? Sebenarnya masih dalam batas wajar seh, dengan catatan kalau dalam satu hari kita bisa nonton 4 pertandingan, tapi kalau hanya dapat jatah 2 pertandingan ya harga segitu sayang juga ya, haha. Tapi setidaknya saya jadi punya gambaran tentang harga tiket pada pelaksanaan Asian Games 2018 yang bisa jadi tidak terpaut jauh dengan test event ini, ya mulai nabung deh dari sekarang kalau mau puas nonton Asian Games.

Cap di Tangan atau Gelang Berbarcode?

Ini masih berhubungan dengan tanda masuk, jadi setelah kita dapat tiket fisik yang nantinya akan dipindai/scan oleh petugas di pintu masuk, sebagai penanda lainnya bahwa kita penonton yang sudah bayar dan diperbolehkan masuk adalah tangan kita akan dibubuhkan cap. Berasa mau masuk Dufan neh bukan Tennis Indoor.

Cap yang dibubuhkan petugas usai tiket fisik discan| Dokumentasi pribadi
Cap yang dibubuhkan petugas usai tiket fisik discan| Dokumentasi pribadi
Hmm, saya sempat mengerutkan dahi sewaktu petugas minta tangan saya dicap. Soalnya, menurut saya daripada pakai cap yang bisa saja hilang karena keringat atau terkena air, sepertinya penggunaan gelang berbacode bisa dijadikan opsi lainnya.

Lagian jadi tidak perlu kerja dua kali kan ya, cetak tiket fisik lalu ngecap, mendingan juga cetak tiket gelang berbacode terus dipakai deh gelangnya. Selain lebih kekinian jadi kece juga gitu.

Shuttle Bus dan Jadwalnya yang Masih Minim

Di test event Asian Games 2018 lalu, INASGOC hanya membuka dua pintu akses untuk masuk ke kompleks GBK, satu pintu berada tepat di depan bekas Taman Ria Senayan yang dikhususkan untuk kendaraan berstiker dan media, sedangkan pintu khusus penonton adalah di Pintu Barat atau di depan Jalan Asia Afrika.

Pemberlakuan satu pintu masuk ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di jalur menuju venuedan di dalam kompleks GBK. Asik neh, tapi ga asik buat mereka yang bawa kendaraan karena harus parkir di tempat lain dan juga buat yang malas jalan.

Shuttle bus saat test event Asian Games 2018 menggunakan armada TransJakarta dengan tipe Metro| Sumber: Tempo.co/Wayan Prayitno
Shuttle bus saat test event Asian Games 2018 menggunakan armada TransJakarta dengan tipe Metro| Sumber: Tempo.co/Wayan Prayitno
INASGOC sebenarnya menyediakan shuttle bus yang berangkat dari fx Sudirman sampai Asia-Afrika. Bus yang digunakan adalah bus wisata TransJakarta yang tipenya Metro berwarna orange. Tapi, shuttel bus ini nampaknya belum maksimal dalam pelaksanaannya. Kendala nampak dari jadwal keberangkatan yang belum tertata dengan baik dan minimnya armada, waktu test event kemarin hanya dua bus yang beroperasi dari siang hingga malam hari.

Harapannya saat Asian Games nanti, armada bus bisa lebih diperbanyak dan jadwal keberangkatannya juga jelas, sehingga memudahkan penonton, volunteer maupun media yang mungkin saja banyak yang akan memanfaatkan layanan bus ini.

Jalannya Baru Jadi, tapi Kok Sudah Bergelombang

Jalan menuju Tennis Indoor yang bergelombang| Dokumentasi pribadi
Jalan menuju Tennis Indoor yang bergelombang| Dokumentasi pribadi
Pas masuk ke komplek GBK, saya langsung terpesona dengan perubahannya yang jadi lebih rapi, berwarna dan bersih. Eh tapi pesona itu hanya bertahan sejenak, apalagi setelah saya melewat jalan di samping area Lapangan Tennis Outdoor menuju Tennis Indoor.

Jalan aspalnya sudah bergelombang dan jika berjalan di atasnya terasa empuk seperti jalan tanah liat yang dilapisi aspal. Sepertinya saat diaspal, lapisan tanah yang ada dibawahnya belum benar-benar padat sehingga ketika dilintasi oleh kendaraan besar belum cukup kuat.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Jalan bergelombang itu juga diperparah dengan hujan yang mengguyur Jakarta selama test event. Jadinya tanah dibawah aspalnya semakin lembek plus bagian jalan yang bergelombang jadi sedikit becek. Sedih ga seh, venue-nya sudah kece tapi jalanannya masih amburadul gitu.

Cleaning Service di Setiap Venue Perlu atau Tidak?

Di artikel sebelumnya yang membahas tentang wajah barunya Tennis Indoor Senayan pasca renovasi, saya sudah menyinggung soal fasilitas toilet.

Kita tidak bisa memungkiri bahwa tak sedikit masyarakat yang suka seenaknya saja menggunakan toilet tanpa peduli dengan kebersihannya. Padahal itukan fasilitas umum yang digunakan banyak orang, otomatis sudah jadi tanggung jawab bersama pula untuk menjaganya. Tapi ya gitu deh pada akhirnya.

Keadaan toilet pada test event voli pada Rabu, 14 Feb 2018| Dokumentasi pribadi
Keadaan toilet pada test event voli pada Rabu, 14 Feb 2018| Dokumentasi pribadi
Berkaca dari hal tersebut, saya rasa panitia Asian Games 2018 perlu mengerahkan jasa cleaning service di setiap toilet di semua venue pertandingan. Tak cuma toilet penonton saja, tapi juga toilet pemain dan perangkat pertandingan.

Adanya cleaning service ini penting, mengingat lamanya waktu pelaksanaan event Asian Games yang mencapai dua minggu dan pastinya akan selalu ada pertandingan yang digelar di setiap venue. Coba bayangkan akan jadi apa toilet di venue tersebut jika tidak dibersihkan secara berkala?

Atlet Asian Games, di Antara Wisma dan Kemacetan Jakarta

Kritik mengenai fasilitas penunjang Asian Games 2018 juga diutarakan oleh para atlet yang turut serta di test event. Dua hal utama yang jadi sasaran kritik tajam adalah tentang fasilitas di wisma atlet yang dinilai belum lengkap dan jarak antara wisma atlet dan venue yang terlalu jauh.

Sigit Ardian dan Aji Maulana| Foto: Instagram Sigit Ardian @sigitardian03
Sigit Ardian dan Aji Maulana| Foto: Instagram Sigit Ardian @sigitardian03
Aji Maulana dan Sigit Ardian, dua pebola voli yang membela tim Indonesia 2 mengeluhkan soal fasilitas di Wisma Atlet Kemayoran yang dinilai belum dari memadai. Sebagaimana yang dilansir oleh bolasport.com, Aji dan Sigit menilai bahwa ukuran kamar yang kecil dan hanya disediakan kasur dan meja tanpa lemari es dan televisi membuat wisma atlet tersebut masih jauh dari kata nyaman.  

Jarak antara Wisma Atlet Kemayoran dan venue pertandingan di Gelora Bung Karno juga turut menjadi sorotan tim Indonesia dan negara lainnya. INASGOC menargetkan waktu tempuh dari Kemayoran ke Senayan hanya 35 menit, tapi ini kan Jakarta ya, di mana orang-orang lebih senang naik kendaraan pribadi dibandingan naik kendaraan umum yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan.

Macet di ibu kota membuat target 35 menit itu terasa sulit untuk terealisasikan. Meski sudah menggunakan voojrider untuk membuka jalan tetap belum mampu membantu banyak. Terkait soal jarak tempuh dan transportasi, pihak INASGOC sudah menyiapkan beberapa strategi, antara lain dengan meliburkan anak sekolah dan mengatur jam kantor selama Asian Games.

Alternatif lainnya adalah masih dengan menggunakan voojrider, hingga menggunakan bahu jalan dan membuka jalur TransJakarta agar bisa dilewati rombongan atlet. Semoga saja segala bentuk usaha yang dilakukan INASGOC dan jajaran terkait bisa memangkas waktu tempuh agar bisa memenuhi target 35 menit sampai dan tidak merugikan para kontigen peserta.

Bisa berabe juga kalau kemacetan Jakarta bikin pertandingan jadi molor karena para atletnya belum sampai venue.

***

Selain beberapa catatan di atas, ada satu lagi hal penting yang juga harus dilakukan oleh panitia yakni memberikan edukasi kepada para penonton tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menonton pertandingan di venue.

Hal yang jadi sorotan saya terutama pada larangan merokok di venue-venue indoor. Ini berdasarkan pengalaman sering menonton pertandingan voli di beberapa venue, bahwa meski rambu larangan merokok ditempel di setiap pintu masuk area pertandingan, tetap saja ada yang bandel dan curi-curi kesempatan merokok, apalagi jika suasana venuepertandingan penuh dengan penonton sementara petugas yang memantau penonton sedikit.

Sanksi tegas bagi para penonton yang ketahuan melanggar peraturan selama menonton pertandingan mungkin perlu diterapkan, misalnya buat yang ketahuan merokok, dengan atau tanpa mematikan rokoknya, penonton tersebut bisa digiring untuk keluardan tidak diperbolehkan masuk kembali.

Demi ketertiban dan kenyamanan aturan tersebut memang rasakan perlu diterapkan secara tegas, apalagi nantinya yang menonton pertandingan kan tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi para supporter negara peserta lainnya juga pasti ikut hadir dan mendukung negaranya.

Baiklah, karena secuil catatan ini berakhir menjadi catatan yang panjang, alangkah baiknya jika disudahi saja. Semoga di sisa waktu ini INASGOC dapat bekerja maksimal untuk menyukseskan Asian Games 2018, dan sementara INASGOC bekerja, masyarakat Indonesia yang juga merupakan bagian dari tuan rumah, yuk ikut bersiap dengan menjadi lebih tertib demi kenyamanan dan keamanan kontigen negara peserta yang akan jadi tamu kita Agustus nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun