Mari kita mulai dengan kembali menghitung mundur pelaksanaan Asian Games 2018 yang baru akan digelar Agustus nanti. Masih enam bulan, tapi beberapa sudut di Jakarta sudah nampak makin cantik dan eye catching dengan berbagai atribut yang berhubungan dengan pesta olahraga terbesar kedua di dunia setelah Olimpiade itu.
Usai menggelar test event atau uji coba di 8 cabang olahraga yang dilaksanakan pada 8-15 Februari 2018 lalu, INASGOC nampaknya mengejar waktu untuk melakukan evaluasi dan memperbaiki segala kekurangan yang nyata terlihat pada test event.
Memangnya apa saja yang masih butuh pembenahan segera demi kelancaran penyelenggaraan Asian Games 2018 nanti? Â
Kalau hal tersebut ditanyakan kepada saya sebagai orang yang cuma bisa beli tiket dan nonton pertandingan seh jawabannya BANYAK. Apalagi buat para atlet dan ofisial tim, tentu kritik dan saran yang mereka ajukan juga pasti tak kalah banyak.
Selama dua hari menonton pertandingan uji coba atau test event cabor bola voli indoor yang dilaksanakan di Tennis Indoor Senayan, sedikit catatan berikut mungkin bisa jadi gambaran apa yang harus dibenahi segera di enam bulan tersisa ini. Ya siapa tahu kan, Pak Erick Tohir iseng baca ini artikel.
Sistem Pembelian Tiket yang Butuh Sosialisasi
Pada test event, INASGOC mulai memberlakukan pembelian tiket secara online. Menggandeng BukaLapak dan ticket.com, pembelian tiket bisa dilakukan satu hari sebelum pertandingan digelar. Enak ya, belinya online ga pakai antre di loket. Lah iya enak, tapi bagaimana kalau pas mau membeli ternyata jadwal pertandingannya tidak tertera secara detil?
Hasilnya, tentu akan membuat calon penonton menunda untuk melakukan pembelian tiket. Itu yang saya lakukan ketika membuka kedua website dan aplikasi penjualan tiket test event tersebut. Selain jadwal pertandingan yang tidak terpampang nyata, hal lain yang bisa jadi bikin penonton yang ingin beli tiket waswas adalah tiket hanya dapat dibeli minimal H-1 sebelum pertandingan dan sudah tak bisa dibeli secara online lagi saat hari pertandingan.
Sebenarnya ini bisa saja diterima, jika sosialisasinya lebih digencarkan, nah kalau belum, bisa-bisa banyak calon penonton yang mengira bahwa tiket sudah habis sehingga tidak bisa dibeli lagi secara online, padahal pada kenyataannya kuota tiket masih buanyakkk dan bisa dibeli langsung di venue juga.
Hmm kalau boleh jujur ada baiknya jika seluruh tiket dijual via online dengan menambahkan jumlah tiket yang dijual dan tersisa secara real time, jadinya penonton tidak lagi menunda pembelian tiket. Dan lagi sepertinya para supporter dari negara lain yang kemungkinan akan datang ke Indonesia juga lebih familiar dengan pembelian tiket secara online.
Mahal yaks? Sebenarnya masih dalam batas wajar seh, dengan catatan kalau dalam satu hari kita bisa nonton 4 pertandingan, tapi kalau hanya dapat jatah 2 pertandingan ya harga segitu sayang juga ya, haha. Tapi setidaknya saya jadi punya gambaran tentang harga tiket pada pelaksanaan Asian Games 2018 yang bisa jadi tidak terpaut jauh dengan test event ini, ya mulai nabung deh dari sekarang kalau mau puas nonton Asian Games.
Cap di Tangan atau Gelang Berbarcode?
Ini masih berhubungan dengan tanda masuk, jadi setelah kita dapat tiket fisik yang nantinya akan dipindai/scan oleh petugas di pintu masuk, sebagai penanda lainnya bahwa kita penonton yang sudah bayar dan diperbolehkan masuk adalah tangan kita akan dibubuhkan cap. Berasa mau masuk Dufan neh bukan Tennis Indoor.
Lagian jadi tidak perlu kerja dua kali kan ya, cetak tiket fisik lalu ngecap, mendingan juga cetak tiket gelang berbacode terus dipakai deh gelangnya. Selain lebih kekinian jadi kece juga gitu.
Shuttle Bus dan Jadwalnya yang Masih Minim
Di test event Asian Games 2018 lalu, INASGOC hanya membuka dua pintu akses untuk masuk ke kompleks GBK, satu pintu berada tepat di depan bekas Taman Ria Senayan yang dikhususkan untuk kendaraan berstiker dan media, sedangkan pintu khusus penonton adalah di Pintu Barat atau di depan Jalan Asia Afrika.
Pemberlakuan satu pintu masuk ini bertujuan untuk mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di jalur menuju venuedan di dalam kompleks GBK. Asik neh, tapi ga asik buat mereka yang bawa kendaraan karena harus parkir di tempat lain dan juga buat yang malas jalan.
Harapannya saat Asian Games nanti, armada bus bisa lebih diperbanyak dan jadwal keberangkatannya juga jelas, sehingga memudahkan penonton, volunteer maupun media yang mungkin saja banyak yang akan memanfaatkan layanan bus ini.
Jalannya Baru Jadi, tapi Kok Sudah Bergelombang
Jalan aspalnya sudah bergelombang dan jika berjalan di atasnya terasa empuk seperti jalan tanah liat yang dilapisi aspal. Sepertinya saat diaspal, lapisan tanah yang ada dibawahnya belum benar-benar padat sehingga ketika dilintasi oleh kendaraan besar belum cukup kuat.
Cleaning Service di Setiap Venue Perlu atau Tidak?
Di artikel sebelumnya yang membahas tentang wajah barunya Tennis Indoor Senayan pasca renovasi, saya sudah menyinggung soal fasilitas toilet.
Kita tidak bisa memungkiri bahwa tak sedikit masyarakat yang suka seenaknya saja menggunakan toilet tanpa peduli dengan kebersihannya. Padahal itukan fasilitas umum yang digunakan banyak orang, otomatis sudah jadi tanggung jawab bersama pula untuk menjaganya. Tapi ya gitu deh pada akhirnya.
Adanya cleaning service ini penting, mengingat lamanya waktu pelaksanaan event Asian Games yang mencapai dua minggu dan pastinya akan selalu ada pertandingan yang digelar di setiap venue. Coba bayangkan akan jadi apa toilet di venue tersebut jika tidak dibersihkan secara berkala?
Atlet Asian Games, di Antara Wisma dan Kemacetan Jakarta
Kritik mengenai fasilitas penunjang Asian Games 2018 juga diutarakan oleh para atlet yang turut serta di test event. Dua hal utama yang jadi sasaran kritik tajam adalah tentang fasilitas di wisma atlet yang dinilai belum lengkap dan jarak antara wisma atlet dan venue yang terlalu jauh.
Jarak antara Wisma Atlet Kemayoran dan venue pertandingan di Gelora Bung Karno juga turut menjadi sorotan tim Indonesia dan negara lainnya. INASGOC menargetkan waktu tempuh dari Kemayoran ke Senayan hanya 35 menit, tapi ini kan Jakarta ya, di mana orang-orang lebih senang naik kendaraan pribadi dibandingan naik kendaraan umum yang pada akhirnya menyebabkan kemacetan.
Macet di ibu kota membuat target 35 menit itu terasa sulit untuk terealisasikan. Meski sudah menggunakan voojrider untuk membuka jalan tetap belum mampu membantu banyak. Terkait soal jarak tempuh dan transportasi, pihak INASGOC sudah menyiapkan beberapa strategi, antara lain dengan meliburkan anak sekolah dan mengatur jam kantor selama Asian Games.
Alternatif lainnya adalah masih dengan menggunakan voojrider, hingga menggunakan bahu jalan dan membuka jalur TransJakarta agar bisa dilewati rombongan atlet. Semoga saja segala bentuk usaha yang dilakukan INASGOC dan jajaran terkait bisa memangkas waktu tempuh agar bisa memenuhi target 35 menit sampai dan tidak merugikan para kontigen peserta.
Bisa berabe juga kalau kemacetan Jakarta bikin pertandingan jadi molor karena para atletnya belum sampai venue.
***
Selain beberapa catatan di atas, ada satu lagi hal penting yang juga harus dilakukan oleh panitia yakni memberikan edukasi kepada para penonton tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menonton pertandingan di venue.
Hal yang jadi sorotan saya terutama pada larangan merokok di venue-venue indoor. Ini berdasarkan pengalaman sering menonton pertandingan voli di beberapa venue, bahwa meski rambu larangan merokok ditempel di setiap pintu masuk area pertandingan, tetap saja ada yang bandel dan curi-curi kesempatan merokok, apalagi jika suasana venuepertandingan penuh dengan penonton sementara petugas yang memantau penonton sedikit.
Sanksi tegas bagi para penonton yang ketahuan melanggar peraturan selama menonton pertandingan mungkin perlu diterapkan, misalnya buat yang ketahuan merokok, dengan atau tanpa mematikan rokoknya, penonton tersebut bisa digiring untuk keluardan tidak diperbolehkan masuk kembali.
Demi ketertiban dan kenyamanan aturan tersebut memang rasakan perlu diterapkan secara tegas, apalagi nantinya yang menonton pertandingan kan tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi para supporter negara peserta lainnya juga pasti ikut hadir dan mendukung negaranya.
Baiklah, karena secuil catatan ini berakhir menjadi catatan yang panjang, alangkah baiknya jika disudahi saja. Semoga di sisa waktu ini INASGOC dapat bekerja maksimal untuk menyukseskan Asian Games 2018, dan sementara INASGOC bekerja, masyarakat Indonesia yang juga merupakan bagian dari tuan rumah, yuk ikut bersiap dengan menjadi lebih tertib demi kenyamanan dan keamanan kontigen negara peserta yang akan jadi tamu kita Agustus nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H