Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hubungan Alien dan Bahasa sebagai Dasar Peradaban dalam Arrival

21 Januari 2017   15:33 Diperbarui: 21 Januari 2017   20:07 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amy Adams sebagai Dr Louise Banks seorang ahli liguistik dalam Arrival| Sumber: Arrival, Jan Thijs/IMDB

Jumat siang dan ketika matahari bersinar cukup terik, saya memutuskan untuk menyambangi bioskop dan bertemu dengan Louise Banks dengan harapan bisa mendapatkan pengetahuan dan hiburan disaat yang bersamaan.

Louise merupakan karakter utama dari Arrival, film yang memang sudah saya incar dan masuk daftar wajib tonton. Seharusnya film ini bertarung dengan Fantastic Beast and Where To Find Them, seperti yang terjadi di Hollywood sana pada Novembar lalu, tapi sayangnya di Indonesia  Arrival datang terlambat dan baru bisa memuaskan dahaga para penunggu setianya pada awal Januari ini.

Apa sebenarnya yang menarik dari Arrival hingga mampu membuat saya menunggu dengan setia dan rela berpanas-panasan datang ke bioskop? Mungkin Anda harus meluangkan waktu sedikit untuk mengenal lebih dulu siapa Louise Banks dan apa yang telah dilakukannya pada Alien.

Alien? Ya Alien, tamu yang kedatangannya tak pernah diharapkan.

---

Hidup Louise Banks (Amy Adams) nyaris sempurna ketika buah hati kecilnya lahir ke dunia. Bagai mendapatkan anugerah, Louise mencurahkan seluruh kasih dan cinta yang dia punya pada gadis kecilnya itu, hingga suatu ketika sebuah perpisahan yang tidak pernah sama sekali diharapkannya terjadi.

Setelahnya hari-hari Louise berjalan seperti biasa, sepi dan monoton. Louise yang adalah seorang ahli liguistik melewatkan banyak waktunya dengan mengajar ilmu bahasa dan liguistik di sebuah kampus. Tak ada hal yang istimewa bagi Louise sampai sesuatu yang menggemparkan dunia terjadi disaat yang bersamaan dan membuatnya jadi orang yang paling dicari seantero Amerika.

Ada 12 objek asing yang diduga diawaki Alien mendarat di Bumi. Objek asing yang berbentuk seperti tempurung itu sontak membuat pemerintahan negara yang jadi tempat pendaratan bertindak cepat dan berusaha memproteksi wilayah serta keamanan penduduk mereka. Tindakan agresif tentu jadi pilihan paling mudah untuk mengusir objek asing itu, tapi tidak demikian dengan yang dilakukan pemerintahan Amerika, lewat misi dibawah komando Kolonel Weber, negara adidaya itu memilih metode lain.

Dua belas objek asing berbentuk tempurung mendarat di 12 negara berbeda di Bumi| Sumber: IMDB
Dua belas objek asing berbentuk tempurung mendarat di 12 negara berbeda di Bumi| Sumber: IMDB
Ketimbang langsung menghancurkannya dengan bom, Weber memilih untuk membuka jalur komunikasi dengan makhluk penghuni objek itu dan orang yang pertama kali dicari Weber, tak lain adalah Louise. Kepiawaian Louise dalam ilmu bahasa dan liguistik memang sudah tidak diragukan lagi, tak hanya menguasai bahasa dari beberapa negara saja, Louise juga mampu menerjemahkan bahasa yang bahkan sebelumnya tidak pernah dikenal luas, seperti Sanskerta.

Meski terkenal ahli dalam ilmu kebahasaan, bukan lantas membuat Louise percaya diri, dia bahkan sempat ragu ketika disodori tawaran Weber. Dibantu oleh seorang ahli fisika bernama Ian Donnely (Jeremy Renner), Louise dan timnya mencoba membuka komunikasi dengan dua makhluk yang berada dalam objek asing itu.

Sinyal komunikasi yang dikirimkan oleh makhluk yang digambarkan memiliki enam kaki (heptapod) awalnya hanya melalui suara atau lebih terdengar sebagai erangan keras, sayangnya suara itu sangat sulit diterka dan diterjemahkan apa maksudnya. Louise akhirnya memutuskan untuk mencoba menggunakan beberapa kata dasar dalam Bahasa Inggris lewat media tulisan. Langkah tersebut perlahan membuahkan hasil, apalagi ketika tiap kata yang dituliskan oleh Louise dibalas oleh kedua heptapod itu dengan semprotan tinta yang berbeda dan ternyata menggandung makna.

Louise dan Ian berusaha menerjemahkan bahasa Alien| Sumber: IMDB
Louise dan Ian berusaha menerjemahkan bahasa Alien| Sumber: IMDB
Saat usaha Louise dan Ian semakin menunjukan perkembangan yang signifikan, persoalan lain muncul ketika beberapa negara lain yang juga kedatangan objek asing tersebut semakin tidak sabar dan mulai melancarkan aksi agresif dengan menyerang dan berusaha menghancurkan objek itu. Belum lain konsetrasi Louise yang juga terpecah saat bayang-bayang mengenai sang putri selalu hadir dan menghantui pikirannya.

Saat tekanan dari dalam diri, pemerintah bahkan dunia datang dan membebani Louise, suatu peristiwa yang tak pernah dibayangkannya terjadi. Ya, Louise berhasil berkomunikasi tidak saja lewat kata yang tertulis, tapi melalui interaksi intim yang terjadi antara ia dan heptapod. Interaksi yang menghantarkan Louise menemukan satu persatu kepingan puzzle yang ketika dirangkai menghasilkan jawaban atas semua hal yang telah, tengah dan akan terjadi.

Mampukah Louise berdamai dengan dirinya sendiri ketika masa depan seluruh penduduk Bumi berada ditangannya dan apakah jawaban dari seluruh teka-teki mengenai kedatangan objek asing itu cukup meyakinkan para pemimpin negara lainnya untuk mengubah pikiran dan menghentikan usaha untuk menghancurkan objek tersebut.

---

Usai membaca sinopsis singkat-semoga tidak dicap spoiler- diatas, apa yang pertama kali terlintas dalam benak? Arrival, film sci-fi yang lagi-lagi mengangkat alien dan cenderung membosankan karena minim adegan peperangan.

Ok, saat pertama kali membaca berita tentang Arrival beberapa saat sebelum rilis pada tahun lalu, saya pun berpikiran sama, namun semua itu berubah ketika saya menonton trailer Arrival. Ada hal yang berbeda yang dihadirkan Denis Villenueve dalam garapan terbarunya ini. Lewat Arrival, saya merasakan jika Villenuevue mencoba menghadirkan sisi lain hubungan manusia dengan alien, tanpa kekerasan dan agresifitas khas film alien sebelumnya.

Sudah menjadi hal yang lumrah dalam industri perfilman Hollywood sana, jika alien selalu ditempatkan menjadi musuh yang mencoba mengambil alih Bumi dan menghancurkan peradaban manusia.  Dan sudah menjadi sifat lahiriah manusia juga yang akan berupaya menjaga sesuatu yang menjadi miliknya, sikap protektif yang hadir-yang sebenarnya untuk menyembunyikan kepanikan- terhadap sesuatu yang mengancam membuat manusia cenderung mengambil pilihan untuk melawan.

Dalam film Arrival, segala bentuk tindakan agresif berlebihan bukan jadi sajian utama, sebaliknya melakukan pendekatan secara personal dan menjalin komunikasi bisa jadi jalan keluar yang jauh lebih beradab demi mencari tahu tentang apa yang membuat alien senang mampir ke Bumi. Bukan hal mudah –sekali lagi- menjalin komunikasi antara dua makhluk beda wujud dan bahasa, namun lewat karakter Louise setidaknya kita dapat mempelajari bahwa batasan itu mungkin saja bisa dihilangkan dengan intensitas interaksi dan kedekatan emosional

Menarik ketika pada suatu adegan Louise dan Ian saling berdebat mengenai dasar dari peradaban manusia, apakah itu Sains atau Bahasa? Pertanyaan yang membuat siapapun yang mendengarnya pasti berpikir. Saya salah satu yang setuju dengan pendapat Louise bahwa dasar dari peradaban di dunia adalah bahasa, kenapa? Peradaban tidak serta merta lahir hanya karena ada manusia saja, tapi perlunya interaksi dan komunikasi antar sesama dan bahasa jadi bagian penting dari komunikasi tersebut.

Selain itu yang tak kalah penting adalah bahasa juga jadi jembatan penghubung antara generasi terdahulu dengan generasi sekarang. Lewat peninggalan berupa tulisan pesan yang terpatri dalam prasasti di batu, daun lontar atau kertas itulah yang membuat generasi yang sekarang mengetahui tentang usaha generasi terdahulu untuk bertahan hidup hingga memunculkan sebuah peradaban dengan segala perkembangannya. Bayangkan coba kalau tidak ada bahasa, kita akan kesulitan untuk berkomunikasi dan memahami antara satu dengan lainnya.

Tak hanya menyajikan proses rumit mengerti bahasa alien dan cara berkomunikasi antara manusia dengan alien saja, tetapi Arrival juga menyinggung tentang komunikasi politik antara negara. Dalam Arrival, 12 objek tersebut tersebar di 12 negara, antara lain Amerika, Australia, Jepang, Tiongkok, Pakistan, Sudan, Rusia, dan sisanya saya lupa. Beda negara tentu beda pula pandangan mengenai kedatangan tamu tak diundang tersebut dan kebijakan yang diambil. Hal ini yang menimbulkan persoalan tersendiri yang sulit ditemukan jalan tengahnya, hingga komunikasi yang semula terjalin harmonis akhirnya terputus karena tiap negara mulai mengambil keputusan masing-masing, keputusan yang tentu saja dianggap paling benar dan baik.

Sebenarnya saya sedikit kurang suka mengenai penggambaran timpang terhadap pengambilan kebijakan di setiap negara dalam film ini. Amerika dikisahkan jadi negara yang jauh lebih kalem, humanis dan berpikiran lebih logis dalam menghadapi alien, sebaliknya Tiongkok digambarkan jadi negara yang agresif dan terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan. Hey, tapi ini memang film buatan sineas Amerika, jadi jangan berharap terlalu banyak jika akan ada kesetaraan dalam perspektif mereka terhadap negara lain terutama negara-negara yang secara pandangan politik berbeda dengan Amerika.

Tapi dari komunikasi politik yang jauh dari mulus tersebut, setidaknya menimbulkan kesadaran bahwa meski setiap negara memiliki pandangan politik berbeda, paling tidak keselamatan makhluk Bumi jadi harga mati yang laiak diperjuangkan dan seharusnya dipikirkan serta dicari jalan keluar bersama. Bukan dengan mementingkan ego yang berujung pada kesengsaraan yang saat ini tengah terjadi di berbagai belahan Bumi.

Saya akhirnya paham kenapa Arrival hadir bukan sebagai film bergenre sci-fi biasa, karena diluar ide cerita, sinematografi, tata suara dan berbagai hal teknis lainnya yang digarap dengan serius hingga menyajikan hasil yang keren sekali. Lebih dari itu, Arrival hadir untuk menyampaikan banyak pesan. Pesan tentang pentingnya menjalin komunikasi, pengendalian ego dan gengsi yang kerap kali jadi alasan kita sebagai manusia sulit menerima kekalahan.

Film ini juga membuka mata kita mengenai satu hal. Jangan-jangan mereka yang selama ini kita anggap musuh itu, kehadirannya justru untuk mengingatkan kembali tentang pentingnya kerja sama dan bukan tidak mungkin untuk menolong kita dari permusuhan antar sesama yang secara tak sadar kita ciptakan sendiri.

Semoga artikel ini bisa memengaruhi Anda untuk akhirnya datang ke bioskop dan menonton film ini. Arrival cukup laiak masuk jajaran film yang pantang untuk Anda lewatkan. Pas banget malam minggu kan ini, menghabiskan waktu dengan kekasih, sahabat dan keluarga dengan nonton Arrival bolehlah jadi pilihan.

Selamat hari Sabtu dan selamat menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun