Mohon tunggu...
Nindy Prisma
Nindy Prisma Mohon Tunggu... Buruh - buruh di balik kubikel dan penikmat pertandingan olahraga

...Real Eyes Realize Real Lies...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kenangan Manis Jerman vs Trauma Brasil

9 Juli 2015   22:15 Diperbarui: 16 September 2015   16:00 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat manusiawi memang muncul kekecewaan ketika perjuangan yang kita berikan tidak mendapatkan hasil yang sesuai. Kalah dan menjadi pecundang tentu bukan mimpi seseorang, tapi saya selalu percaya bahwa “Seorang atlit hebat memiliki kepribadian yang baik”. Tidak peduli seberapa banyak medali dan penghargaan yang sudah diraih, seseorang tetap bukan siapa-siapa tanpa kepribadian yang baik.

Hasil buruk yang ditorehkan Brasil di dua event besar dalam kurun waktu satu tahun tentu menjadi sorotan dan bahan kritik semua pihak, bahkan salah satu legenda hidup tim Samba, Rivaldo dengan jujur mengungkapkan bahwa Brasil bukan lagi tim yang spesial dan berbenah adalah hal yang wajib dan harus dilakukan. Brasil, sebuah tim dengan tradisi juara yang mengakar kuat itu kini berada di titik nadirnya.  

Jika tim sehebat dan sekelas Brasil saja mampu jatuh, terpuruk sejauh itu bagaimana dengan Indonesia yang bahkan melewati level Asia Tenggara saja begitu sulit. Banyak orang yang mungkin sudah muak mendengar kisruh yang terjadi antara PSSI dan Kemenpora yang bak benang kusut yang sulit terurai. Polemik tanpa ujung yang akhirnya mengorbankan keberlangsungan sepakbola di negeri kita ini.

Indonesia yang berpendudukan lebih dari 250 juta bahkan tidak mampu membuat tim sepakbola yang kuat dan bisa bicara banyak di kancah persepakbolaan dunia. Satu-satunya hal yang membuat sepakbola Indonesia terkenal seantero jagad saat ini adalah karena sanksi yang diberikan FIFA atas kisruh sepakbola kita. Jadi apa yang bisa dibanggakan.

Tidakkah harusnya Indonesia juga melakukan apa yang dianjurkan Rivaldo pada Brasil, yaitu introspeksi diri dan berbenah. Ingatlah sebuah prestasi tidak datang secara instan tapi butuh waktu panjang untuk mewujudkannya. Mau sampai kapan Stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno dibiarkan sunyi tanpa pekik semangat yang membahana, meneriakan IN...DO..NESIA. Tidak ada yang lebih romantis selain melihat sekumpulan orang berjersey merah menyatukan suara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya juga mengurai do’a demi kemenangan dan kejayaan tim sepakbola Indonesia. Iyakan? (ndy)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun