Mohon tunggu...
Muhammad Zuhair Yahya
Muhammad Zuhair Yahya Mohon Tunggu... -

Belajar Bercerita

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Wanita dan Bungkusannya

22 Juli 2015   22:58 Diperbarui: 22 Juli 2015   22:58 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalau tidak merepotkan, Dik”, katanya sambal tersenyum. Saya menggelengkan kepala tanda tidak keberatan.

Jalan masuk ke dalam komplek saya sudah lewat. Ternyata jarak turun saya dengan wanita ini agak jauh. Bisa dikatakan, wanita ini menempuh perjalanan paling jauh diantara banyak penumpang, dan boleh jadi wanita ini menjadi orang yang turun paling akhir.

Suasana hening terasa cukup lama. Tidak ingin menumpuk kecanggungan, saya lagi-lagi memulai percakapan,

“Ibu, kalau boleh saya tahu, sebenarnya Ibu ini dari mana dan hendak kemana?”, pertanyaan ‘hendak kemana’ ini terucap begitu saja. Sehingga saya menganggapnya sebagai sebuah pembuktian bahwa wanita ini menempuh jalan jauh untuk pulang ke rumah, bukan memenuhi urusan di tempat lain.

Belum sempat dia menjawab, saya langsung menambahkan, “maaf kalau saya lancang, hanya saja”, akhirnya dimulai, “akhir-akhir ini, tepatnya seminggu ini, saya selalu berjumpa dengan Ibu ketika saya hendak pulang, seperti saat ini. Entah Ibu menyadarinya atau tidak”

Wanita itu tertawa kecil, “perasaan kamu saja itu. Saya dari kantor, mau pulang.” Benar, tujuannya saat ini adalah rumah.

Saya mengangguk tanda mengerti. “Benar, mungkin hanya kebetulan. Soalnya hari Senin kemarin saya tidak bertemu Ibu.”

“Kebetulan hari itu saya sedang sakit, sekarang juga masih, tapi sudah agak mending” jelasnya. “Kamu sendiri dari mana dan hendak kemana?” tanyanya balik.

Pantas saja, pikir saya. “Sama Bu, saya dalam perjalan pulang sekarang ini” jawab saya. Belum sempat saya menjawab pertanyaan ‘dari mana’, Ibu tersebut sudah mengucapkan mantera sakti penyetop angkot, yaitu, ‘kiri, Bang!’

Dia membayar untuk dua orang, dan saya mengucapkan terimakasih karena hal tersebut. Kami pun memulai perjalanan dari depan komplek menuju rumahnya.

Tanpa menunggu lama, saya menjawab pertanyaan yang belum sempat terjawab, “saya dari rumah teman saya, Bu, main”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun