Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin Badollahi
Muhammad Zainuddin Badollahi Mohon Tunggu... Administrasi - Antropolog

Ethnograpy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Punggawa-Sawi, Organisasi Nelayan Bugis (Kearifan Lokal)

5 Maret 2019   10:22 Diperbarui: 5 Maret 2019   11:00 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pekerjaan sehari-hari punggwa pottana adalah memasarkan hasil tangkapan nelayan, sehingga punggawa pottana lebih populer disebut pappalele dalam komunitas nelayan. 

Pappalele berasal dari kata lele yang berarti pindah dan mappalele berarti meindahkan. Jadi arti harfiah pappalele adalah orang yang meindahkan ikan dari tangan nelayan ke tangan pedagang pengecer atau konsumen. 

Propesi pappalele umumnya dilakukan oleh istri nelayan atau orang diluar anggota kerabat. Ada dua jenis pappalele, yaitu pappalele yang terikat dengan punggawa posasi dan pappalele yang tidak terikat (bebas dan mandiri). 

Organisasi punggawa-sawi tidak hanya dikenal dalam kegiatan nelayan pancing dan nelayan pappukaq, tetapi hampir seluruh bentuk aktivitas penangkapan yang dilakukan oleh nelayan, misalnya nelayan paqgae, nelayan pappukaq, nelayan panjala, nelayan paroppo dan sebagainya. 

Oragnisasi punggawa-sawi yang ada pada setiap bentuk aktivitas penangkapan pada prinsipnya sama, bedanya biasanya terletak pada pappalelenya. Oleh karena khusus pada nelayan pancing yang menangkap ikan tuna atau ikan karang pada umumnya merupakan komoditas ekspor, sehingga pappalelenya merupakan pemodal besar. Biasanya dia yang menanggung biaya operasional penangkapan, kaadang kala pula dia sebagai pemilik perahu dan alat tangkap. Berbeda dengan nelayan panjala yang hasil tangkapannya rata-rata merupakan konsumsi lokal, sehingga pappalelenya rata-rata dari istri punggawa posasi itu sendiri.

Untuk suksesnya kegiatan organisasi penangkapan ikan, anggota (sawi) yang direkrut oleh punggawa pada umumnya memiliki hubungan kekerabatan dengan punggawa itu sendiri. Misalnya anak, kemenakan, ipar, menantu, dan sebagainya. Kalau hal itu tidak ada, maka baru mencari di luar kerabat.seperti tetangga atau orang lain dalam kampung itu sendiri. Demikian pula dengan pappalele, biasanya lebih cenderung menjalin hubungan organisasi kenelayanan dengan punggawa bila memiliki hubungan kekerabatan. 

Prioritas untuk merekrut anggota kerabat dimaksudkan adalah untuk memberi pekerjaan agar anggota kerabatnya tersebut mempunyai penghidupan ekonomi untuk keluarganya. 

Semua sawi dalam organisasi kenelayanan, baik nelayan pancing maupun nelayan pappukaq tampaknya tidak mengenal spesialisasi pekerjaan dan senioritas, sehingga sawi dinyatakan sama statusnya, baik yang berusia muda maupun yang berusia tua. Demikian pula pendapatan dan imbalan yang mereka terima atas satus dan pekerjaannya juga sama.

Hubungan emosional antara punggawa dan sejumlah sawi tidak hanya didasarkan pada hubungan-hubungan fungsional berdasarkan pekerjaan, tetapi juga berkaitan dengan hubungan sosial. Interaksi sosial yang intens dan cukup kuat diantara mereka (punggawa-sawi) , apalagi ada hubungan kekerabatan di antara mereka. 

Kegiatan pekerjaan senantiasa dilakukan secara kolektif melalui gotong royong disertai dengan canda dan tawa. Sifat individu dan perasaan untuk "menang sendiri" hendaknya dibuang jauh-jauh karena akan mengganggu keharmonisan dalam perahu. Tolong menolong, bantu membantu dan kerja sama dalam kegiatan penangkapan sudah menjadi hal biasa danrutin dilakukan. 

Hal ini terbawa pula pada kehidupan sosial diantara keluarga-keluarga mereka di darat. Artinya hubungan punggawa-sawi ini tidak hanya berkaitan dengan urusan pribadi mereka dalam kegiatan penangkapan ikan berlanjut pula pada hubungan-hubungan sosial di darat, bukan hanya pada personal punggawa dan para sawi, tetapi melibatkan seluruh keluarga mereka. Hubungan sosial yang tampak atas keterlibatan keluarga-keluarga mereka akan terlihat bila mana di antara mereka ada yang melakukan hajatan, seperti perkawinan, kelahiran bayi, kematian dan sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun