Mohon tunggu...
Muhammad Zainuddin Badollahi
Muhammad Zainuddin Badollahi Mohon Tunggu... Administrasi - Antropolog

Ethnograpy

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sejarah Pariwisata, Kemaritiman sebagai Indentitas

30 Januari 2019   07:59 Diperbarui: 30 Januari 2019   08:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 1908 van Heutsz mendirikan organisasi kepariwisataan yaitu Vereeniging Toeristenverkeer (VTV). Lembaga biro pariwisata ini terdiri dari pemerintah dan swasta seperti perusahaan perkapalan Koninklijke Paketvaart Maatschappij, perusahaan kereta api kereta api Nedelandsch-Indische Spoorweg-maatschappij, perhotelan, bank, dan biro perjalanan.

Lembaga ini sangat terlibat secara langsung dalam konsolidasi negara Hindia Belanda. Peta geografi Hindia Belanda ditempatkan sedemikian rupa di atas peta Eropa dan Amerika dan digunakan sebagai kepala surat lembaga ini -- suatu bentuk representasi cara pandang atas gemilangnya kolonialisme Belanda sebagai negeri kecil di Eropa namun menguasai wilayah kolonial yag lebih luas dari benua Eropa dan benua Amerika, dan saat yang bersamaan juga mengaktualisasikan imaji Tanah Hindia Belanda sebagai kesatuan geopolitik. 

Oleh pemerintah kolonial pariwisata digunakan sebagai politics of seeing atau bagaimana pemerintah kolonial memandang dirinya sendiri. Hindia Belanda diberi tagline "eksotis dan indah."

Jawa adalah destinasi pertama yang ditawarkan dengan digambarkan sebagai pulau yang memiliki pesona alam yang indah, gunung-gunung berapi, situs-situs arkeologi jaman Hindu, kebun raya, dan sudah memiliki infrastruktur yang baik serta akomodasi yang modern. 

Jawa dipromosikan dengan "branding" Come to Java.  Pesona alam Jawa difokuskan pada gambaran pemandangan tropis dan gunung api. Gambaran Jawa yang indah dengan pemandangan persawahan dipadukan dengan ancaman gunung api yang aktif ini mengundang imajinasi "kaum plesiran" dengan romantismenya. 

Fokus pada gambar pemandangan pegunungan tentu saja berhubungan dengan apa yang disebut dengan alpine tourism sebagai trend dalam pariwisata internasional misalnya dalam salah satu brosur VTV, menampilkan promosi daerah Preanger atau Priangan sebagai Switzerland of Java.
Sejak tahun 1920-an Bali mulai muncul sebagai destinasi pariwisata Hindia Belanda yang utama. 

Nampaknya, orisinalitas dan  budaya Bali menjadi daya tarik tersendiri dibandingkan alam Jawa. Namun demikian ini tidak berarti Jawa hilang dari daftar destinasi melainkan sebagai awal munculnya Bali sebagai destinasi wisata. 

Promosi tentang Bali sudah dimulai sejak 1914 dengan diterbitkannya Illustrated Guide to East Java, Bali and Lombok. Di dalamnya Bali dipromosikan sebagai destinasi "yang penuh dengan budaya dan tradisi unik dari penduduknya" dengan ajakan petualangan bahwa kunjungan ke Bali hanya untuk mereka yang tidak berkeberatan tinggal dengan fasilitas yang minimum.

Keberhasilan dalam mengelola pariwisata Hindia Belanda  dilakukan melalui aktivitas marketing communications yang menggunakan kajian-kajian Indolog dan menggunakannya sebagai materi untuk menyusun penerbitan-penerbitan paradigmatik seperti peta dan brosur-brosur. 

Hasil proses selektif dalam aktivitas marketing communications ini masih relevan sampai saat ini khususnya untuk melihat bagaimana pariwisata dilakukan dan bagaimana proses seleksi dalam menetapkan dan menampilkan daerah wisata. 

Pandangan "eksotik dan indah" menjadi paradigma "indah dan kaya" untuk merepresentasi Hindia Belanda -- sebuah paradigma yang terus digunakan dalam kepariwisataan Indonesia hingga jauh di masa kemudian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun