Akibatnya, orisinalitas dan keunikan yang seharusnya menjadi identitas nasional menjadi kabur dan memunculkan imaji dan pemujaan pariwisata yang berorientasi hanya pada hasil capaian ekonomi berupa target-target kunjungan dan nilai finansial yang diperoleh daripada yang seharusnya imaji dan representasi nilai-nilai asali yang otonom dan bebas atau dalam bahasa maritimnya "sejauh mata memandang luasnya laut."
Dalam pembangunan pariwisata Indonesia, sebagai bagian penting dari pembangunan nasional, disamping pengetahuan, ketrampilan, keahlian dan hasil finansial seharusnya tidak boleh melupakan satu dimensi yang utama, yaitu dimensi manusia yang unik secara subyektif sehingga menjadikannya orisinal, yang nampak dalam nilai-nilai dari ungkapan kebudayaanya ketimbang gemerlap ungkapan budaya yang melulu diukur secara ekonomi. Â
Dengan demikian, kegiatan pariwisata sebagai proyeksi kepribadian nasional tidak boleh semata-mata diukur oleh pertumbuhan ekonomi namun juga harus diukur dengan bagaimana kegiatan pariwisata sebagai bagian dari proses historisitas Indonesia juga memantulkan bentuk bangsa Indonesia dalam membenarkan keberadaannya.Â
Dengan kata lain, menjejak serta merumuskan kembali  paradigma "negara laut besar yang ditaburi pulau-pulau" atau Nuantara, orisinalitas dan keunikan yang menjadi faktor pembentuk bangsa menjadi penting karena akan menentukan perkembangan pariwisata Indonesia selanjutnya yaitu sebagai ungkapan identitas  nasional Indonesia.
Dipresetasikan di Politeknik Pariwisata Makassar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H