Mohon tunggu...
Muhammad Meiza Fachri
Muhammad Meiza Fachri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Hit Harder

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hipokritas pada CAATSA: Quo Vadis Dualitas Alutsista Indonesia

18 April 2022   05:50 Diperbarui: 25 April 2022   19:28 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sistem Pertahanan Udara (Land-to-Air) S-400 Triumf Rusia. sumber : id.rbth.com

Namun, terdapat faktor penting berikutnya yang disinyalir membolehkan India untuk membeli peralatan Rusia adalah karena posisi strategis India dan prospek keuntungan kerja sama yang dapat diperoleh AS. Dalam hal ini, Indonesia, mirip seperti India, adalah negara penting di kawasan Indo-Pasifik.

Indonesia adalah major power di Asia Tenggara. Sebagai negara dengan populasi terbanyak keempat di dunia, kekayaan alamnya, kekuatan ekonominya (yang terbesar di Asia Tenggara), serta wilayah yang luas dari Sabang sampai Merauke, maka Indonesia adalah salah satu rekan yang penting bagi Amerika Serikat.

Ekonomi yang kuat berarti Indonesia mampu membeli berbagai alutsista untuk melindungi dirinya. Wilayah yang luas berarti Indonesia memerlukan cukup banyak alutsista untuk menjaga seluruh perbatasannya. AS tentunya akan berpikir 2 kali sebelum menyanksi Indonesia demi menjaga hubungan baik.  

Sebenarnya, reaksi dari AS sendiri cukup hangat dengan Indonesia ketika sedang booming berita Indonesia akan mengakuisisi Su-35 Rusia. 

Dilansir dari media Republika, pada 2018 lalu, Sekretaris Pertahanan AS, James Norman Mattis pernah memberikan jaminan kepada pemerintah Indonesia, bahwa AS tidak akan mengembargo Indonesia karena membeli alutsista Rusia.

Dikutip juga dari media Republika, bahwa Media Antara mendapat statemen resmi yang menyatakan, bahwa "Indonesia, India, and Vietnam will not be affected by CAATSA."

 Kendati demikian, mengingat bahwa statemen tersebut diberikan pada tahun 2018 lalu, yang mana telah berjalan waktu empat tahun sejak saat itu, hingga kini di tahun 2022. Maka. tidak dipungkiri telah terjadi dinamika pada perpolitikan dunia, termasuk AS. Sehingga, statemen ini tidak dapat dijadikan acuan.  

Mengingat Indonesia merupakan negara strategis di Kawasan Asia Tenggara dan juga dapat menjadi potensi pasar alutsista AS, maka masih terdapat kemungkinan bagi Indonesia untuk meraih privilege dalam membeli produk-produk militer dari Rusia tanpa terkena sanksi dari AS. Artinya "dualitas" (dua jenis sumber alutsista/alutsista dari dua blok yang berbeda dalam hal ini menggunakan produk Rusia dan Produk Barat) dalam pengadaan Alutsista RI masih dapat berjalan.

What If ..?

Namun, katakanlah, jika AS di masa depan memaksakan pemberlakuan CAATSA kepada Indonesia. Maka, potensi dari CAATSA ini menjadi sebuah sinyal bahaya bagi Indonesia, karena CAATSA "memaksa" Indonesia untuk memiliki ketergantungan dengan produk Barat, terutama Amerika Serikat. Ketergantungan terhadap satu negara merupakan hal yang fatal, sebab negara tersebut memiliki "leverage" yang dapat memaksa kita mengikuti kebijakan dari negara tersebut.

Konsekuensi Ketergantungan Alutsista :  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun