Ajaran jihad telah begitu membekas dalam hati mereka. Tidak ada kemuliaan di atas mati sahid. Mati sahid telah menjadi idaman dan harapan akhir kehidupan.
Pertanyaannya, apakah keyakinan jihad yang demikian termasuk ajaran salah atau sesat?
Penulis meyakini, tidak banyak ulama yang berani mengatakan salah, apalagi sesat. Karena keyakinan mereka tertulis eksplisit dan jelas dalam kitab Al Quran. Mereka juga bisa merujuk dan meneladani pada sejarah peperangan di awal sejarah islam.
Penulis menganalogikan, keyakinan mereka terhadap jihad serupa dengan keyakinan si Jawa tentang bumi yang subur, panas di siang bolong. Si Inggris pasti akan sulit meyakinkan si Jawa, bahwa bumi sangat dingin dan kurang sinar matahari.
Masing-masing akan bertahan dengan pendapatnya. Bahkan bisa jadi, pihak satu akan menganggap salah kepada pihak lain. Para pendukung kedamaian akan melabel mujahid sebagai ekstrimis, fundamentalis, bahkan teroris. Sementara para mujahid akan menuduh pecinta damai sebagai penakut, lemah, oportunis, bahkan pengkhianat.
Namun, ada juga sekelompok muslim yang setuju dengan langkah para mujahid, namun galau mengambil sikap. Pada satu sisi mereka menyetujui jihad, karena Al Quran menyebutkan dengan jelas keutamaan jihad. Mengingkari keutamaan jihad sama artinya mengingkari Al Quran. Pada sisi lain mereka tidak setuju dengan kekerasan dan intoleransi yang dipertontonkan para mujahid, karena Al Quran tidak hanya mengajarkan jihad, namun juga mengajarkan kasih sayang dan kedamaian.
Golongan ini memandang jihad adalah bagian kecil dari ajaran Islam, yang semestinya disikapi sesuai dengan konteks dan kondisinya. Pendekatan perang mungkin relevan pada jaman awal kebangkitan Islam, karena suasana politik dunia waktu itu diwarnai dengan perang dan perebutan kekuasaan. Pada jaman itu, masalah kecil dalam keluarga kerajaan dapat memicu perang. Perebutan kekuasaan juga hampir selalu ditempuh dengan perang.
Kondisi ini tentu saja berbeda, khususnya paska perang dunia kedua. Dunia mengarah pada demokrasi, penguatan sipil, dan perebutan ekonomi. Perang menjadi solusi terakhir yang tidak populer.
Oleh karenanya, pendekatan jihad perang mungkin kurang relevan. Jihad bisa dimaknai dengan kemampuan seseorang untuk mengangkat harkat dan martabat sesama muslim di lingkungannya. Menghapus kemiskinan dan kebodohan. Membawa komunitas muslim ke level yang lebih tinggi, sederajat atau bahkan lebih tinggi dari komunitas lainnya.
Â
Kelompok Galau