Mohon tunggu...
Mochamad Yusran
Mochamad Yusran Mohon Tunggu... profesional -

Ketika seorng filsuf menunjuk ke bintang, yang dilihat org bodoh hanyalah telunjuk sang filsuf...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Malam Natal, Riyanto Mati Di Tempat

25 Desember 2016   02:33 Diperbarui: 26 Desember 2016   18:22 802
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan untuk itulah, perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari pemerintah, mengajak semua pihak yang terkait bersama-sama memerangi kelompok yang bertangung jawab atas teror tersebut. Tentu ini menjadi pertaruhan bagi lidership seorang Presiden Joko Widodo dan sekaligus batu ujian bagi persatuan dan kesatuan bangsa kita? apakah lambat laun melemah dan akhirnya bercerai berai? Atau malah justru makin kuat? Makin bersatu padu lantaran menemukan common enemy atau musuh bersama?

Kemudian, perlu di ingatkan berkali-kali, keseriusan itu bukan hanya semata-mata dalam hal penegakan hukum yang seadil-adilnya atas upaya-upaya dan kejadian suatu kejahatan teror itu. Melainkan pemerintah mengandeng semua elemen masyarakat, khususnya tokoh agama dan pemuda menjadi subjek utama atau lokomotif, sebagai bentuk gerakan colletive action, bukan sebatas seremonial tetapi sebuah gerakan yang terorganisir dalam memerangi terorisme itu sendiri, melalui cara menggali, merumuskan dan menyebarkan suatu paham secara masif dengan pedekatan filosofis dan logis atas satu paham yang sekiranya menguatkan nilai-nilai keindonesiaan satu sisi dan sisi lain paham tersebut sebagai bentuk kontra-ideologi atas paham radikalisme yang merupakan alasan intelektual perbuatan keji kelompok teror selama ini.

Semisal menyegarkan kembali Pancasila sebagai way of life kehidupan berbangsa. Bukan hanya jargon yang melulu penuh romantika nostalgia historis. Melainkan merumuskan dan memperkaya landasan filosofis-epistimologis Pancasila, sehingga konstruksi Pancasila sebagai way of live dimaksud dapat dipahami secara lebih intelektual dan masuk akal.

Disatu sisi, dialog berkala dan penguatan peran aktif ormas berpaham moderat sangat penting membendung pengaruh arus ormas dengan paham destruktif dengan nilai-nilai keindonesian yang gemar memberikan stigma kafir (takfiri) kepada mereka yang berbeda pandangan dengan kelompok ormas di maksud. Begitu pula peran aktif pemuda lagi-lagi harus kembali ditekankan bukan sebagai objek melainkan di posisikan sebagai subjek. Mengingat kelompok usia muda sangat rentan akan wabah paham di atas.

Kini tepat sudah 16 tahun kisah di atas berlalu. Meski tak banyak yang mengetahuinya, untuk tetap mengenang pemuda pemberani itu. Namanya telah dibuat sebagai nama jalan di Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Bahkan Pemerintah Kota setempat juga telah membangun gapura megah di Jalan Riyanto.

Mungkin penghargaan itu tak akan sebanding dan bukan itu subtansi hikmah di balik peristiwa heroik Riyanto di atas. Melainkan Presiden Ke 4 RI, Abdurahman Wahid (Gus Dur) mengatakan.

“Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Semoga dia mendapatkan imbalan sesuai pengorbanan nya.”

Selamat menyambut Natal bagi Umat Kristiani. Salam atas kelahiran Jesus putra Maryam dari Nazaret. Semoga Allah mempercepat kebangkitannya.

"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” (QS Maryam:33)

(24 Desember 2016)
Wakil Ketua KNPI Kota Tarakan| Aktivis KAHMI
Twitter: @MYusranRSO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun