Mengetahui hal tersebut, Nabi Musa yang bertenaga samson, membantu kedua perempuan tadi dengan mengangkat batu itu sendirian dan memberi minum kambing hingga puas. Kedua perempuan itu berterima kasih dan pulang.Â
Selesai melakukan kebaikan itu, Nabi Musa yang bertambah lapar kemudian berteduh di bawah bayang-bayang pohon sambil menengadahkan kedua tangannya ke langit untuk berdoa dengan kalimat diatas. Tidak berselang lama, salah satu diantara kedua perempuan tadi mendatangi Nabi Musa untuk bersedia memenuhi undangan makan siang dari ayahnya. Dan sebagaimana kita tahu, makan siang itu berujung pada pernikahan Nabi Musa dengan salah satu dari kedua perempuan tersebut.
Gimana mas dan mbak, dahsyat bukan?
Doa itu terucap tatkala siang hari dan sebelum matahari terbenam, Nabi Musa sudah berhasil mendapatkan makanan yang halal, punya pekerjaan yang berkah (menggembala kambing- pekerjaan khas para Nabi), punya rumah laksana surga damainya, serta istri yang cantik shalihah. Secepat itu.
CATATAN :Â
Tanah tempat Nabi Musa berteduh dan memanjatkan do'a (Madyan) termasuk salah satu tanah yang terberkati (mubarokah). Ketika Nabi Muhammad melaksanakan perjalanan dari Masjid Al Haram ke Masjid Al Aqsa (Isra'), Malaikat Jibril menyuruh Buraq untuk lekas berhenti, dan meminta Nabi Muhammad untuk sholat di tanah tersebut.
REFERENSI :
Abu Ja'far Muhammad Jarir Ath Thabari. Tafsir AL Qur'an At Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam. Adila, Rahmi. 2013.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H