Mentas di Piala Konfederasi 2009 adalah sekian dari penampilan terbaiknya. Aboutrika sama sekali tidak canggung berada satu arena dengan para bintang dunia. Melawan Brasil, ia membuat anak asuh Dunga bekerja keras dan butuh gol penalti Kaka di menit terakhir untuk menang 4-3.
Giliran Italia kena terornya dan harus rela takluk menanggung malu. Saya yang ketika itu masih kuliah di ibukota Mesir merasa beruntung ikut berada di tengah fans saat kemenangan timnas mereka atas Gli Azzuri tersebut.
Kedai teh tempat nonton bareng seperti hendak roboh akibat kehebohan saat Aboutrika mengarsiteki gol Mohammed Homos ke gawang Buffon lewat sepak pojok. Sayangnya kekalahan antiklimaks dari Amerika Serikat di laga terakhir membuat Mesir tersingkir di fase grup.
"Teroris" yang Dihormati dari Rekan dan Rival
Keterampilan olah bola Aboutrika memang kelas dunia. Didier Drogba menyebutnya sebagai "Legenda Afrika yang paling underrated". Ali Khaled, editor Four Four Two Arabia menyayangkan kenapa Aboutrika tidak pernah bermain di kompetisi elit Eropa.
Memulai karir profesional di kasta kedua Liga Mesir bersama Tersana di usia 19 tahun, Aboutrika selanjutnya membawa timnya promosi.
Bakatnya akhirnya memikat klub raksasa dari Kairo, Al Ahly. Selama membela panji Al Ahly dalam kurun waktu 2004-2014 ia ikut mempersembahkan 7 gelar juara Liga Mesir, 2 Piala Mesir, 1 Piala Super Mesir dan 5 medali juara Liga Champions Afrika. Semua itu melengkapi 118 gol dari 292 penampilan bersama si Merah dari Kairo. Torehan ini bisa saja bertambah mengingat akurasi pangkalan data sepakbola Mesir tidak lebih baik dari Liga Indonesia.
Sedangkan bagi timnas, ia ikut andil dalam 2 gelar juara piala Afrika dalam total 105 caps dan 38 gol yang ia sumbangkan. Sarjana sejarah dari Cairo University ini juga sempat tampil pada Olimpiade London 2012 sebagai salah satu dari 3 pemain senior. Semuanya dilengkapi prestasi individu baik saat membela klub maupun timnas.
Pantas saja ia disebut legenda jika menilik dari sejumlah prestasi ini. Tapi yang membuat---hampir---semua rakyat Mesir begitu mencintainya adalah sikap luhur dan teladan akhlaknya di di manapun ia berada. Tidak ada kartu merah yang mencoreng raport karirnya berkat sikap santun di lapangan.
Selain aktif berderma dalam kegiatan sosial, ia juga vokal menyuarakan kampanye kemanusiaan.Tanpa ragu ia melakukan selebrasi gol pada Piala Afrika 2008 dengan membuka kaus bertuliskan "Symphatize with Gaza", sebuah dukungan terhadap masyarakat Palestina yang saat itu diblokade Israel.
Konsekuensi denda dari Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF) diterimanya dengan lapang dada. Yang membuat bulu kuduk merinding adalah pesannya agar nanti jika ia meninggal dunia agar kaus tersebut disemayamkan bersama jasadnya di liang lahat. Wasiat ini disampaikannya ketika saat didaulat menjadi tamu kehormatan dalam Malam Anugerah Bola Emas Pesepakbola Terbaik Aljazair, Juli 2016.