Pertanian merupakan suatu kegiatan manusia untuk proses produksi yang didasarkan atas pertumbuhan tanaman dan hewan dengan memanfaatkan lahan dan faktor lingkungan untuk menghasilkan bahan pangan, bahan industri, energi, dan lain-lain yang berguna bagi manusia.
Kearifan lokal menurut Caroline Nyamai-Kisia (2010) adalah sumber pengetahuan yang diselenggarakan dinamis, berkembang dan diteruskan oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan pemahaman mereka terhadap alam dan budaya sekitarnya.
Sedangkan menurut Sunaryo dan Laxman (2003). menjelaskan kearifan lokal merupakan pengetahuan lokal yang sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam waktu yang cukup lama.
Nyabuk Gunung
Nyabuk gunung merupakan cara bercocok tanam dengan membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Cara ini banyak dilakukan di lereng bukit sumbing dan sindoro. Cara ini merupakan suatu bentuk konservasi lahan dalam bercocok tanam karena menurut garis kontur. Hal ini berbeda dengan yang banyak dilakukan di Dieng yang bercocok tanam dengan membuat teras yang memotong kontur sehingga mempermudah terjadinya longsor.
Nyabuk Gunung merupakan kearifan lokal masyarakat lereng Gunung Sumbing dan Sindoro pada bidang pertanian. Di dalam kegiatan nyabuk gunung, terdapat berbagai istilah dan makna yang berkaitan dengan sistem tanam tradisional.
Pertama, Larikan yaitu pengelolaan lahan searah kontur dengan pembuatan gundukan-gundukan tanah berupa undakan dan teras-teras horisontal. Kedua, Kotakan yaitu pengelolaan lahan dengan cara memetak-metak unit tertentu pada suatu lahan. Itsilah ini sama dengan terasering atau teras berundak.
Ketiga adalah Banjaran. Banjaran merupakan pengelolaan lahan dengan cara membuat gundukan tanah memanjang tegak lurus dengan kontur lereng sehingga bentuk gundukan tanah berbentuk vertikal. Keempat adalah Ledokan. Ledokan merupakan pengelolaan lahan dengan cara membuat kolam-kolam penahan air pada bagian terbawah suatu lahan pertanian.
Kelima adalah Nggalengi yang berasal dari kata Galengan yang memiliki arti sama dengan pematang. Sedangkan nggalengi diartikan sebagai upaya pengelolaan lahan oleh masyarakat dengan membentuk pematang-pematang yang dipatok oleh tanaman keras berupa pinus gunung, kopi maupun teh sebagai pembatas antarsa satu lahan dengan lahan lain serta peneduh bagi tanaman lain yang tidak bertahan panas.
Keenam adalah Bedengan. Bedengan merupakan istilah lazim yang digunakan masyarakat Desa yang berarti pembuatan teras-teras maupun gundukan tanah dengan penutup tanah berupa plastik-plastik.
Nyabuk gunung merupakan salah satu kegiatan kearifan local yang dimana menerapkan seperti pertanian berkelanjutan yang mana membuat lahan pertanian di lereng gunung sebagai lahan proses produksi pertanian dengan membentuk terasering yang dimana tujuan tersebut untuk menekan terjadinya tanah erosi di sekitar wilayah lereng tersebut, hal tersebut sangat mendukung untuk kelestarian alam dan juga sebagai bentuk untuk pemanfaatan lahan miring yang banyak di jumpai di Indonesia khusunya yang sering kita lihat yang sudah menerapkannya di daerah dieng dan juga di daerah bukit sumbing, di daerah tersebut mempertahankan beberapa pohon seperti tanaman kopi ataupun the sebagai bagian tepi di lahan tersebut untuk memeperkuat tanah yang di terasering dan juga sebagai pembatas antar lahan dan juga sebagai naungan bagi tanaman yang tidak kuat akan cahaya secara lebih.
Di masa sekarang ini kerifan lokal yang ada bisa saja mengalami suatu kelunturan. Diakibatkan karena beberapa hal menjadi suatu tantangan bagi kearifan lokal tersebut, diantaranya:
Jumlah Penduduk
Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi kebutuhan pangan dan berbagai produksi lainya untuk mencukupi kebutuhan manusia. Keadaan yang terjadi akan menuntut orang untuk melakukan modernisasi pertanian dengan melakukan revolusi hijau.
Selain itu dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin pesat maka kebutuhan akan suatu tempat tinggal akan meningkat sehingga terkadang untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibuatklah pemukiman ditempat yang tadinya menjadi budidaya nyabuk gunung.
Teknologi modern dan budaya
Perkembangan teknologi yang tidak dibarengi dengan pengelolaan lingkungan yang baik dan memadai akan mengakibatkan bahaya dan keruakan terhadap lingkungan itu sendiri.
Sebagai contoh, banyaknya penggunaan teknologi dalam sektor industri guna mempermudah proses produksi terkadang secara tidak sadar akan mendorong orang-orang yang terlibat dengan industri tersebut menginginkan produksi yang banyak sehingga akan mengakibatkan pengambilan suber daya alam yang ada menjadi tidak terkontrol, hal tersebut akan mencegah pertumbuhan suatu lingkungan.
Modal Besar
Keuangan yang meningkat dalam perekonomian masyarakat dapat mengakibatkan terjadinya eksploitasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan. Sebagai contoh, pembukaan lahan untuk tempat industri. Akan mengakibatkan tersingkirnya masyarakat asli yang tinggal turun temurun sehingga pelestari lingkungan atau kearifan lokal akan berkurang dan pelaksanaan kearifa tersebut akan menemui jalan buntu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H