Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Harian Lepas

* Seorang Kuli yang Mencoba Beropini. * Pegiat Filsafat, Sastra dan Budaya. * Blog : www.yokonikopinion.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Soeparti: Perantau Tidak Boleh Sakit

18 Agustus 2024   19:30 Diperbarui: 18 Agustus 2024   19:48 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal perjumpaan dengan Ibu Soeparti 

Perjumpaan saya dengan Ibu Soeparti ini sebenarnya bukan perjumpaan yang singkat. Saya telah menjadi pelanggan warung beliau dimulai empat tahun yang lalu. Waktu itu, saya masih sesorang dengan wajah glowing, lemak yang cukup di badan dan bisa dibilang seorang yang cukup ceria. Setidaknya ini yang terdapat dalam sudut pandang ibu yang memiliki tiga orang anak ini. Tidak salah memang, saat itu saya baru saja lulus dan keluar dari bangku SMA, yang notabene hanya berkewajiban untuk belajar, makan dan tidur. 

Setelah tidak berjumpa hampir tiga tahun lamanya karena sibuk bekerja, setahun terakhir saya kembali sering berjumpa dan berbincang dengannya. Dan dari sekian banyak perbincangan setiap bertemu beliau, yang paling terngiang - terngiang dalam benak saya adalah ini : " Sampean sekarang kok kurus toh, mas?. Perbanyak minum susu sama rebus telur. Perantau tidak boleh sakit, mas!. Angel nanti sampean" . 

Menjadi Perantau

Menurut saya, menjadi perantau tentu bukanlah pilihan yang disengaja oleh setiap orang. Melainkan itu tidak lebih disebabkan kurangnya kesempatan di daerah asal. Entah itu fasilitas pendidikan yang tidak memadai, atau lapangan pekerjaan yang sulit. Oleh sebab  itu kebanyakan dari kita akhirnya memutuskan untuk merantau ke tanah orang dalam rangka mengajar kesempatan yang tidak bisa kita dapatkan di daerah asal itu yakni mengenyam pendidikan atau sekedar mencari pekerjaan.

Tentu ada sesuatu yang kita harapkan untuk kelak kita bawa pulang. Kalau bukan gelar pendidikan, pasti adalah harta dan  kekayaan. Untuk mencapai itu semua, kita melakukan segala daya upaya. Kita bekerja mati - matian, belajar siang malam, sibuk sana - sini dan bahkan kita meluangkan waktu luang kita bukan untuk senag - senang melainkan untuk sesuatu yang produktif.  Ini sangat bagus dan harus tetap dipertahankan. Namun, ada satu aspek penting yang sering kali terabaikan dalam keinginan kita untuk mencapai semua itu yakni kesehatan. 

Sebagai seorang perantau, mengejar cita-cita dan memenuhi target tentu merupakan prioritas utama. Namun, menjaga kesehatan tubuh haruslah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjalanan tersebut. Mengabaikan kesehatan bukan hanya bisa berakibat buruk pada tubuh, tetapi juga pada pencapaian tujuan yang kita impikan.

Kesehatan Sebagai Prioritas

Kita seringkali terlalu fokus pada pencapaian materi atau akademis hingga melupakan pentingnya merawat diri sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Soeparti, "Perantau tidak boleh sakit, mas! Angel nanti sampean." Ungkapan sederhana ini menyimpan makna mendalam. Ketika kita sakit, segala usaha dan kerja keras kita dapat menjadi sia-sia. Tidak hanya kita harus menghadapi dampak fisik dari penyakit, tetapi juga waktu dan energi yang terbuang untuk pemulihan.

Menjaga Keseimbangan

Untuk menjaga kesehatan, penting juga untuk menerapkan pola hidup sehat yang meliputi makan dengan gizi seimbang, berolahraga secara rutin, dan tidur yang cukup. Meskipun jadwal aktivitas seringkali padat, luangkan waktu untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan kaki atau bersepeda. Selain itu, penting juga untuk menjaga pola makan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan menghindari makanan cepat saji yang dapat memperburuk kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun