Mohon tunggu...
Yohanes Patrio
Yohanes Patrio Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Biasa

Pria Juga Boleh Bercerita. Pegiat Filsafat, Sastra dan Budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Orang Kecil

4 April 2024   17:30 Diperbarui: 10 Mei 2024   16:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa bulan berlalu. Kini saya mulai memikirkan kembali makna dari ucapan Bapak Kuswono itu yang selalu saja terngiang - ngiang dalam benak ketika saya menghadapi situasi serupa. Seandainya pada saat itu yang mendengar ungkapan  Bapak Kuswono ini  bukan saya, barangkali kalimat terakhir beliau itu bukan apa - apa, tanpa makna. Orang mungkin akan menimpalnya dengan tawa bahak karena dianggap lelucon belaka. Tidak ada makna mendalam bahkan mungkin bagi Pak Kuswono sendiri. Bisa saja beliau memang sudah sering mengucapkan kalimat itu setiap saat ketika menghadapi situasi yang sama seperti saat diprogoki oleh mandor. Jadi semacam kebiasaan saja. Tapi bagi saya yang mungkin terlalu sering memikirkan hidup, ungkapan "Saya orang kecil mas. Saya hanya bisa bilang iya Pak, baik Pak, Maaf Pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi", memiliki arti yang cukup dalam. Setidaknya saya bisa gunakan ini sebagai salah satu pegangan atau moto dalam menjalani hidup. Bukan hanya saya, kita semua mungkin bisa menerapkannya. Baik dalam keluarga, lingkuan kerja maupun didalam kehidupan bermasyarakat atau saat bersosialisasi dengan orang lain.

Pertama dalam keluarga. Dengan memposisikan diri sebagai yang terkecil ( anak ), kita akhirnya bisa menghormati yang lebib besar ( orang tua dan saudara ). Terlepas apapun jabatan atau bagaimana status sosial mereka, kita harus menjadi contoh yang baik bagi orang lain dengan bersikap sopan, nurut dan memathui nasehat mereka.

Kedua dalam lingkungan kerja. Dengan berpegang pada prinsip "orang kecil", maka niscaya kebencian dan sikap iri hati terhadap atasan dan rekan kerja bisa disingkirkan. Karena toh, kita ini bukan siapa - siapa, hanya orang kecil. Kita akan terhindar dari sikap acuh tak acuh dengan hak dan kewajiban kita sebagai pekerja atau karyawan. Terutama kita - kita yang merupakan bawahan, mau bagaimanapun tidak enaknya aturan ditempat kerja, sadarilah bahwa kita bekerja dengan orang, maka aturan yang dibuat orang itu diharapkan untuk ditaati. Kita melakukan pelanggaran ( terlambat misalnya ), maka bersiaplah menerima konsukensinya dan bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama lagi. Sebagai orang kecil, negara tentu saja sudah mengatur undang - undang sedemikan rupa agar perusahaan menentukan hak - hak kita. Maka ketika hak kita tidak terpenuhi, jangan ragu untuk menyuarakannya.

Terakhir dalam kehidupan sosial masyarakat. Dengan memposisikan diri sebagai orang kecil, kita diharapkan bisa melepaskan ego dalam diri kita. Bertutur kata yang baik dan sopan terhadap siapa saja dan selalu minta maaf ketika berbuat salah, serta bersedia menerima teguran atau pandangan  orang lain ketika apa yang kita lakukan atau kita yakini ternyata tidak sesuai sebagaimana yang baik dan benar dalam masyarakat. Contoh kecilnya budaya antri, dijalan nabrak orang bertanggung jawab  dan bukan lari, pinjam uang orang dibayar tepat waktu, serta masih banyak contoh - contoh yang lain.

Ah Pak Kus...Sungguh suatu perjumpaan yang sangat berkesan. Mengingatkan saya akan suatu sabda bahwa barang siapa yang memposisikan dirinya seperti seorang anak kecil, maka besarlah ia dalam kerajaan Surga. Tidak perlu muluk - muluk membayangkan surga yang dimaksud adalah suatu tempat yang indah, sebuah singgasana yang segala sesuatunya sudah tersedia. Makanan, minuman dan hiburan tersedia secara gratis sebagaimana yang kebanyakan kita bayangkan selama ini. Tapi surga itu adalah ketika kita mencapai kehidupan yang tenang dan bahagia di alam semesta ini dengan segala prinsip, hukum dan cara kerja yang telah diprogram oleh  penciptaNya.

Saat kita memposisikan diri sebagai orang kecil dalam segala situasi, baik itu yang menguntungkan maupun yang merugikan, senang atau bahagia, susah ataupun sedih maka saat itu juga alam semesta dengan segala kebijaksanaanya akan merespon kondisi dan perbuatan kita.  Saat Kita memposisikan diri sebagai orang kecil dihadapan semesta, namun apabila semesta merasa tidak seharusnyalah kita kecil, maka dengan sendirinya kita akan dibesarkan. Ini tentu lebih baik daripada ketika kita terlebih dahulu merasa diri  lebih besar dihadapan semesta, kemudian dengan segala kebesaran itu kita mulai congkak,  namun ternyata Ia berkata bahwa bahwa, " kamu itu orang kecil mas, kamu seharusnya hanya bisa bilang baik pak, iya pak, maaf pak dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi". Dan kitapun akhirnya dikecilkan dengan sendirinya, sebagaimana yang seharusnya alam semesta inginkan, yaitu berjalan secara adil dan seimbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun