Mohon tunggu...
Rr.Isyamirahim
Rr.Isyamirahim Mohon Tunggu... Penulis - Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Aku, Rein, dan Wanita itu (2)

16 Juni 2024   06:43 Diperbarui: 16 Juni 2024   06:51 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

                                                                                                                        2 : Dia bernama Rein

Sabtu, 14 Juni 2024. Aku tiba di salah satu cafe yang ada di daerah Pondok Kelapa. Kulirik jarum jam yang ada di pergelangan tanganku, sudah pukul 12.00 siang. Bergegas aku mencari sudut tempat duduk yang ku anggap nyaman untuk bekerja.

" Siang kak, mau pesan apa ? " seorang barista menegurku dengan sopan, berdiri di balik meja bar baristanya. Ia tersenyum manis kepadaku, setelah aku berjalan menghampirinya.

" Americano nya satu, yang ice ya. Sama fried cassava nya satu " ucapku sambil membolak-balikan melihat deretan menu yang ada di menu book.

" Ada lagi tambahannya kak ? " ucap mas barista sambil menginput orderanku di aplikasi kasirnya.

" Enggak, itu aja. Oh ya mas, di lantai atas sepi gak ya ? "

" Ada pengunjung kayanya kak, satu orang. Udah lumayan lama juga sih di lantai dua, atau kalau kakak mau agak tenang, bisa kok di lantai tiga. Tapi rooftop, siang gini agak panas sih kak, kalau di rooftop ... "

" Oh yasudah, gak apa. Saya di lantai dua aja. Makasih ya mas ... " ucapku setelah membayar pesananku, dengan scan barcode. Mas barista tersenyum mengangguk.

" Nanti saya antarkan pesananya ya kak ... "

" Oke .... "

Aku menebarkan pandanganku ke segala arah, mencari sudut ternyaman untuk bekerja di cafe ini. Mana, katanya ada pengunjung lain ? Kok gak kelihatan ya ? Ah, ya sudahlah, disitu aja. Pikirku sambil duduk di salah satu sofa empuk yang dekat dengan cermin besar. Sekitar tiga cermin besar memanjang di belakang sofa empuk yang hendak ku duduki. Ketika aku sudah menaruh tas ranselku di meja. Aku terkesiap kaget, menyadari seseorang berdiri tepat di belakangku. Dari cermin ku lihat, tubuhnya tinggi sekitar 170 cm, dengan tubuh yang kurus, dan rambut panjang menjuntai, disisakan kunciran di tengah rambutnya. Aku memutar tubuhku.

" Ada apa ya mas ? " aku mengangkat kepalaku, menatapnya. Wajahnya terlihat datar, balik menatapku dengan suara dingin, " Lo gak lihat ada gelas disitu ? Kok mau duduk disini ? "

" Loh, kirain gak ada orang di meja ini .... kirain gelas ini, cuman lupa diberesin aja sama mas barista nya ... " ucapku kikuk.

" Sekarang udah tahu kan, kalau ada orangnya ? Bisa pindah aja gak ? Sorry, tapi gue udah dari tadi disini " ucapnya seraya melipat tangannya di depan dada. Seketika aku memasang muka jutek. Ih, apaan sih. Kaya gitu doang, ketus banget ! Aku menghela nafas pendek, mengambil ranselku dan melangkah pergi dari hadapannya.

" Sekali lagi, sorry ya ... " ucapku menahan kesal, kemudian berjalan menuju kursi yang tak jauh dari sofa tersebut. Sebenarnya ada sofa lagi di lantai dua ini, tapi sofa itu letaknya berhadapan dengan sofa cowok judes ini, mood ku sudah buruk, jika sepanjang waktu ku bekerja tak sengaja bertatapan mata dengannya. Jadi kuputuskan untuk duduk di sudut kursi yang memang hanya disediakan satu kursi dan satu meja disana, dengan perasaan masih sedikit kesal aku menjatuhkan tas ranselku. Mengaduk isi tasku, mengeluarkan apa saja yang ada di dalam tasku. Laptop, headset, charger laptop, charger handphone, dan tentu saja handphoneku. Meja ini terlalu sempit, tak muat menampung semua benda yang baru saja ku muntahkan dari isi tasku --- tapi sekali lagi, aku sudah tidak mood untuk pindah ke sofa, yang berhadapan dengan sofa cowok jangkung gondrong dengan muka menyebalkan itu.

Ih, kenapa sih tuh cowok ga duduk aja di kursi ini ? Dia kan sendirian, gak ngeluarin apa-apa, dan keliatan gak ada kerjaan, ngapain juga lama-lama di cafe, terus nyari tempat duduk paling luas ?!! Ngeselin banget ! Gerutuku dalam hati, memasang muka judes, membuka laptop, dan mulai menyetel lofi music, untuk menemaniku bekerja siang ini. Hari ini aku harus menulis sebanyak lima artikel, dari satu client yang berbeda, topic nya pun berbeda-beda. Ada yang tentang kesehatan, kecantikan, review produk, otomotif, dan pendidikan. Sebagai penulis lepas, aku harus mampu mengasah skill menulisku, teman-teman sesama freelance menjulukiku sebagai penulis gado-gado, karena aku mampu menulis genre atau topic apa saja. Bukan karena aku benar-benar menguasai semua bidang itu, namun karena aku berusaha jeli untuk mencari peluang yang datang. Jika tidak seperti itu, bagaimana aku mendapatkan penghasilan sehari-hari ?.

" Kak, ini americano sama fried cassava nya .... " ucap mas barista tadi, menghampiriku --- sama halnya denganku, ia terlihat bingung, meletakan menu pesananku di meja sesempit itu.

" Kak, maaf ... itu kan masih ada sofa , lebih luas juga mejanya. Boleh saya bantu, untuk memindahkan barang-barang kakak, di meja tersebut ? " ucap ma barista ramah, sambil menoleh ke arah sofa yang berhadapan dengan si cowok tengil.

" Gak usah mas, disini aja ... "

" Tapi ini susah kak, taruh dimana pesananya kakak ... hehehehe .... "

" Jim, anak-anak udah datang belum sih ? Kok lama banget, gua udah nungguin dari tiga puluh menit yang lalu juga ! " ketus si cowok tengil itu kepada mas barista. Oh, pantes aja dia tengilnya minta ampun, ternyata memang sudah langganan di cafe ini.

" Sudah mas, lagi order makanan di bawah, bentar lagi paling ke atas. Kak, gimana ? Jadi saya pindahin barangnya ? Biar kakaknya juga lebih nyaman .... " mas barista menoleh kearahku lagi. Aku merengut, tak sadar mencuri pandang ke arah si cowok berambut gondrong tersebut, dia tampak tak peduli dengan kehadiranku, masih sibuk bermain game lewat handphonenya. Huff, ya sudahlah. Ngapain juga mikirin itu cowok, toh dia juga gak peduli dengan kehadiranku.

" Oh oke mas, maaf ya ngerepotin. Ini saya bawa sendiri aja semuanya, mas boleh letakan aja makanan saya di meja itu ... " ucapku berusaha sesopan mungkin pada mas barista. Mas barista itu mengangguk, aku mengekor di belakangnya.

" Terimakasih ya mas .... " ucapku, setelah mas barista itu turun dari tangga, tak lama gerombolan gadis belia datang menghampiri cowok gondrong dengan muka tengil itu.

" Kak Rein, maaf ya telat ! Maaf banget kak ! Tadi kita harus les dulu di sekolah, biasalah. Deket-deket ujian, harus belajar dulu ! " celetuk salah satu cewek berseragam putih abu-abu, nampaknya ia lumayan cukup dekat dengan si cowok gondrong, karena dia langsung duduk di samping cowok, yang dipangil Rein itu. Sementara anak SMA yang lain, duduk mengelilingi Rein dan si (yang nampaknya) ketua genk mereka. Ku perhatikan, gadis itu berkulit seputih susu, wajahnya cantik sekali, dan nampak terlihat sempurna, dengan rambut panjang terurai sebahunya.

" It's ok. Yasudah yuk, langsung mulai latihan " entah kenapa, suara cowok tengil itu terdengar lebih bersahabat dan hangat. Ia melipat kedua lengan panjangnya, dan mulai menyetel lagu hiphop dari handphonenya. Si cowok mengambil posisi paling depan, sementara si ketua genk cewek dan anggotanya mengekor di belakang. Aku mengerutkan kening, hah ? Mereka ngedance ?. Alunan musik hiphop terdengar di lantai dua, mereka asing ngedance tanpa mempedulikan wajah keherananku. Namun ku akui, si cowok tengil ini terlihat lincah saat melakukan gerakan dance, dan wajahnya terlihat bahagia ketika ia sedang dance, sesekali ia memberikan instruktur sederhana kepada si ketua genk cewek dan anggotanya. Entah apa yang membuatku tak bisa melepaskan pandangan dari gerakan dance cowok itu. Ia terlihat keren membuat gerakan demi gerakan, sambil memperhatikan gerakan anak SMA yang ada di belakangnya, dari cermin kaca.

Entah mungkin sekitar 15 menitan, aku berhasil dibius oleh gerakan dance si cowok tengil dan cewek SMA yang ada di belakangnya. Wajah cowok itu terlihat sumringah sambil tertawa-tawa, reflek aku tersenyum melihat ia tersenyum di depan cermin. Ia terlihat asik menikmati dunianya, tiba-tiba cowok ini mengingatkanku tentang sesuatu hal yang kusukai, semasa aku masih SMP dulu. Ya, hujan .... Rain, nama cowok tengil itu Rein, hampir sama dengan sesuatu yang kusukai dulu --- rain. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang tak karuan, perasaan apa ini ?

Hai, terimakasih sudah membaca cerita bersambungku ^_^ 

Yuk saling berteman 

follow instagramku @rr.isyamirahim

atau wattpadku di isyamirahim 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun