" Apa yang ia lihat kemarin, sampai tidak mau mengangkat teleponmu ? "Â
" Tidak ada, hanya Cindy yang mengembalikan buku catatan Sejarah Cina Kontemporerku, itu saja ... "Â
" Tapi tentu dia tahu, Cindy sudah lama mengejar-ngejarmu bukan ? "Â
" Ya, tapi itu hal yang biasa bukan ? Maksudku, Alena tidak pernah mempermasalahkannya ... ia tidak pernah merasa cemburu kepada siapa saja .... "Â
" Tidak pernah mempermasalahkannya, bukan berarti dia tidak pernah merasa cemburu, bukan ? Mungkin saja selama ini ia kesal dengan kelakuan Cindy, yang selama ini berusaha menggodamu, dan kau ... ? Kau nampak terlihat menikmatinya ... " ucap Andrean tersenyum jahil, ia mengucapkan terimakasih lagi kepada mbok Dar, karena pesanan ayam gorengnya sudah tersedia di atas mejanya.Â
" Hah ? Aku ?? Terlihat menikmati ?? Kau gila ! " ketusku sambil menggeleng-gelengkan kepala. Andrean tak menyahut lagi, ia sibuk mengunyah sambil bergumam, bahwa masakan mbok Dar tak pernah gagal membuat perutnya merasa kenyang.Â
Sementara aku, kembali mencoba menghubungi Alena.Â
                                                                      ***
Jager Cafe sore ini terlihat lebih ramai daripada biasanya, karena dari pagi Alena masih tidak bisa dihubungi. Aku memutuskan untuk mencarinya di Jaeger Cafe, tempat ia biasanya bekerja di cafe ini.Â
" Halo kak Sam, mau pesan apa ? " seorang gadis berjilbab cokelat tersenyum ke arahku, begitu aku masuk ke dalam cafe. Aku menebarkan pandanganku ke segala arah, banyak anak SMA yang sedang asik bercakap-cakap sambil menyeruput es kopi dingin nya, ku perhatikan satu-persatu. Tidak ada Alena di sini.Â
" Cari kak Alena ya ? " celetuk gadis berjilbab cokelat itu lagi. Aku hanya mengangguk.Â