Menakar resiko investasi merupakan bagian penting yang perlu diperhatikan investor sebelum menanamkan modalnya. Hal ini beralasan, karena pada dasarnya orang melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan.
Ada banyak pilihan berinvestasi, salah satu yang paling dilirik adalah dengan melakukan investasi deposito. Meski demikian, tidak banyak yang tau ada cara berinvestasi lain yang tidak kalah menguntungkan, yaitu dengan peer to peer (P2P) lending.
Berikut akan dipaparkan perbandingan investasi deposito dengan P2P lending:
Investasi Deposito
Saat anda akan menyasarkan dana ke deposito biasanya, oarang akan bertanya dimana tempat deposito paling menguntungkan?
Sesungguhnya, sama seperti tabungan, deposito bukan produk investasi. “Suatu produk keuangan baru bisa dianggap sebagai suatu investasi jika potensi hasil yang bisa didapat melebihi faktor inflasi,”
Alasan orang melakukan investasi deposito karena konon minim resiko investasi. Deposito sendiri merupakan salah satu dari produk bank yang memberikan bunga(RIBA) cukup tinggi dengan batas waktu penyimpanan berjangka.
Yang dimaksud penyimpanan berjangka yaitu uang tidak boleh diambil sebelum habis masa waktunya atau belum jatuh tempo, mulai dari 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan.
Selain itu, alasan orang menabung di deposito karena keamanan yang terjamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).
Sehingga para nasabah tidak akan khawatir tentang kondisi atau keamanan dari uang yang telah disimpan dengan metode deposito.
Tapi, tidak banyak yang tau bila investasi deposito memiliki kekurangan, seperti imbal hasil yang rendah dibandingkan jenis investasi yang lain.
Selain itu, melakukan investasi di deposito tergolong lemah terhadap nilai investasi. Hal ini beralasan, karena meski bunga deposito tinggi, namun akan percuma bila inflasi tinggi.
Sebagai ilustrasinya
Jika saat ini deposito 1 tahun menawarkan bunga sebesar 8%, setelah dipotong pajak bunga, bersihnya menjadi 6,4%. Bila inflasi tahun ini sebesar 9%, maka deposito tidak dapat disebut investasi, karena hasilnya lebih rendah dari inflasi.
Melakukan investasi deposito anda juga akan dikenakan biaya administrasi yang cukup tinggi, yakni 20 persen dari total bunga yang didapatkan.
Lalu bagaimana dengan investasi di P2P Lending?
Investasi P2P Lending
Investasi Peer to peer (P2P) lending adalah platform yang mempertemukan para pemberi pinjaman (investor) dengan para pencari pinjaman (borrower) dalam satu wadah atau perusahaan.
Meski masih minim yang bermain di sektor investasi ini, berinvestasi dengan platform peer to peer (P2P) lending merupakan contoh inovasi keuangan di indonesia yang tergolong minim resiko investasi.
Minim resiko investasi karena perusahaan dengan platform P2P lending telah melakukan penyeleksian dan menganalisis para Borrower.
Tidak heran, perusahaan P2P lending seperti Amartha.com bisa membuat investor merasa nyaman berinvestasi dengan produk keuangan tersebut.
Selain kenyamanan, Amartha.com juga memberikan keamanan berinvestasi di marketplace lending miliknya.
Dengan total dana tersalurkan sebanyak 30 milyar lebih kepada 23 ribuan anggotanya, tidak pernah tercatat adanya kasus gagal bayar dari para peminjamnya selama 5 tahun berturut turut.
0 persen gagal bayar karena Amartha menerapkan Group Lending (kelompok). Dengan adanya sistem tersebut, calon peminjam diwajibkan membentuk kelompok berjumlah 15 hingga 20 orang di wilayahnya.
Nantinya bila ada anggota yang tidak bisa melakukan pembayaran maka anggota kelompok lainnya akan melakukan tanggung renteng (patungan) atau yang biasa disebut dengan Dhanapati Fund.
Selain itu, keuntungan yang diberikan Amartha dengan paltform P2P lending lebih besar dari pada investasi deposito.
Amartha memberikan imbal hasil yang sesuai sebesar 15 hingga 20 persen per tahun kepada para investornya.
Sistem penilaian risiko di Amartha.com juga memungkinkan investor untuk mengukur besarnya risiko dan memprediksi imbal hasil investasi yang sesuai.
Dengan berinvestasi di marketplace lending Amartha.com, para investor juga akan mendapatkan impact dan makna, yaitu dana investor akan disalurkan sebagai kredit pemodalan bagi pelaku UKM di pedesaan yang belum memiliki akses perbankan.
Diharapkan dengan adanya credit scoring dan pengelolaan resiko investasi yang terukur, pembiayaan dari dana investor dapat mengantarkan pengusaha mikro dan UKM di pedesaan menjadi enterpreneur yang kompetitif di pasar bebas ASEAN.
Masih memilih investasi deposito? atau beralih ke yang berdampak sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H