Pada tahun 2018, Chandra memutuskan untuk merantau ke kota besar, Bandung, untuk menempuh pendidikan di Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Dengan semangat dan antusiasme yang tinggi, ia memilih jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) karena ketertarikannya pada seni dan teknologi. Namun, perjalanannya di jurusan ini tidak berjalan sesuai harapan. Mata kuliah yang menuntut kemampuan teknis dan kreatif tingkat tinggi membuat Chandra merasa kesulitan.
"Awalnya saya kira DKV hanya soal menggambar, tapi ternyata banyak hal lain yang harus saya pelajari. Itu membuat saya berpikir ulang," kenangnya. Setelah satu semester, Chandra memutuskan untuk pindah ke jurusan Ilmu Komunikasi, yang menurutnya lebih sesuai dengan minatnya dalam berinteraksi dan memahami cara manusia berkomunikasi.
Namun, kehidupan Chandra di Bandung berubah drastis ketika pandemi COVID-19 melanda dunia pada akhir 2019. Situasi yang tidak menentu membuat keluarganya meminta Chandra untuk kembali ke kampung halaman. Dengan berat hati, ia meninggalkan pendidikannya dan pulang ke desa.
Saat saya menanyakan lokasi kuliah, Chandra menjelaskan bahwa ia sempat menempuh pendidikan di Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Ia mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) pada tahun 2018. Namun, setelah satu semester, ia memutuskan pindah jurusan ke Ilmu Komunikasi karena merasa kesulitan mengikuti perkuliahan di DKV.
Keputusannya untuk pulang kampung muncul setelah pandemi COVID-19 melanda pada tahun 2019. Situasi pandemi memaksa banyak orang untuk kembali ke tempat asal mereka, termasuk Chandra. "Setelah pulang kampung, saya akhirnya memutuskan untuk memulai usaha," ujar Chandra.
Kembali ke kampung halaman menjadi titik balik dalam hidup Chandra. Ia harus menyesuaikan diri kembali dengan kehidupan pedesaan yang jauh berbeda dari hiruk-pikuk kota. Meski begitu, ia tidak menyerah pada impiannya. Sebagai seorang pemuda yang penuh energi, Chandra mulai memikirkan cara untuk tetap produktif di tengah keterbatasan.
Di desa, ia kembali menekuni hobinya memelihara ayam Bangkok, sebuah kegemaran yang sudah ia jalani sejak remaja. Hobi ini bukan sekadar aktivitas pengisi waktu, melainkan menjadi pelarian dari rasa frustrasinya akibat harus meninggalkan bangku kuliah. Dari hobi inilah ia menemukan peluang yang kemudian mengubah hidupnya.
Hobi memelihara ayam Bangkok menjadi pintu masuk Chandra ke dunia bisnis. Saat itu, ia belum terpikirkan untuk membuka usaha besar. Hanya karena sulitnya mencari pakan ayam di kampung, ide untuk menjual pakan ayam mulai terlintas. Awalnya, ia hanya berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun, ketika beberapa tetangga dan teman sesama penghobi ayam mengetahui bahwa Chandra mulai menyetok pakan, mereka ikut membeli darinya. Chandra kembali menekuni hobinya memelihara ayam Bangkok. Kegemaran ini telah ia geluti sejak remaja. Bagi Chandra, memelihara ayam bukan hanya sekadar hobi, tetapi juga cara untuk mengisi waktu dan mengasah keterampilannya dalam merawat makhluk hidup.
Dari hobi ini, ia menemukan tantangan baru: sulitnya mendapatkan pakan ayam berkualitas di desanya. Banyak toko yang sering tutup atau memiliki stok terbatas. Melihat peluang ini, ia mulai berpikir untuk menjadikan hobinya sebagai dasar untuk membangun usaha. Ia memulai dengan menjual pakan ayam secara kecil-kecilan kepada teman-teman di sekitar rumahnya.
Chandra mulai membuka usaha pet shop pada tahun 2022, ketika pandemi mulai mereda. Dari keputusannya ini, saya bertanya lebih lanjut tentang alasan di balik pemilihan usaha pet shop. Jawabannya sungguh menarik: "Awalnya itu karena saya hobi memelihara ayam Bangkok. Dari situ, saya kepikiran untuk membuka usaha makanan ayam."
Keluarga Chandra memainkan peran penting dalam membentuk keputusannya. Orang tuanya, meskipun awalnya khawatir dengan keputusan Chandra untuk memulai usaha, akhirnya memberikan dukungan penuh. Mereka percaya bahwa keberanian Chandra untuk memulai sesuatu dari nol adalah langkah yang patut diapresiasi.