Setelah obrolan ringan terkait trekking, mba Ria menginvite saya dan mba Utie kedalam sebuah WA Grup. Isinya cuma kami bertiga saja. Kebetulan saat itu sudah lumayan matang mau trekking ke area Sentul.Â
Awalanya mau trekking ke salah satu curug, hingga akhirnya tercetus trekking ke Dusun Cisadon. Konon kata mba Ria tempatnya indah dan asri. Saat itu saya berpikir mba Ria pernah trekking kesana. Sehingga saya cukup trnang dan tidak riset sama sekali.Â
Sehari sebelum keberangkatan trekking, cuaca Bogor mendung dan gerimis. Saya cek perkiraan BMKG, hari H keberangkatan harusnya cerah. Meski sempat diterpa rasa mager, pada akhirnya saya tetap jadi trekking lagi pula tidak enak misal cancel dadakan.Â
Titik Kumpul Pertama di Alun-Alun Bogor
Hari H tiba, tepatnya tanggal 15 Januari 2025. Saya pakai sebuah ransel lengkap dengan tumbler, jas hujan, payung, serta satu tentengan paper bag berisi camilan dan alas piknik.Â
Ternyata kedua teman pakai day pack yang ringkes dan tidak bawa tentengan. Keputudan mereka tepat sih karena namanya trekking pasti memakan waktu, kalau tas berat ya lumayan berasa juga.Â
Setelah kumpul bertiga di Alun-alun kota Bogor, kami lanjut diskusi dan memilih pakai menggunakan mobil online sampai ke masjid Al-Munawaroh Sentul.Â
"Biasanya ada banyak mobil pick up di depan masjid" Ucap mba Ria. Rupanya kalau hari biasa tidak ada satupun mobil pick up setelah menanyakan salah satu pengemudi pick up dan tidak dijawab, akhirnya kami naik ojek online sendiri-sendiri menuju Garuda Farm. Setelah itu barulah trekking dimulai.Â
Ternyata Rute Trekking Jauh JugaÂ
Ketika turun, kami penasaran dan ngecek sejauh apa sih trekking yang sudah kami jalani. Soalnya lumayan lama, tiga jam lebih kami melakukan trekking tentu dengan tempo slow alias rada santai. Ternyata total jaraknya kurang lebih 14 km arah ke Dusun Cisadon dari Garuda Farm.Â
Pas memasuki area trekking sinyal mulai meredup, lama kelamaan menghilang. Jadi selama di perjalanan kalau ketemu warga lokal langsung bertanya berapa jarak ke dusun Cisadon. Pas lagi jalan, di area Bojong Koneng, kami dimintai retribusi per-orang Rp5.000,-Â
Setelahnya tidak ada pembayaran lagi. Setiap rute trekking kami banyak ngobrol, ngonten dan take video serta foto. Kalau jalan sama teman yang biasa ngonten jadinya enjoy aja. Setiap ada view cakep diem sejenak buat mengabadikan.Â
Rute trekking kebanyakan menanjak dan di dominasi sama bebatuan besar. Sesekali ada rute tanah merah yang kena rembesan dari mata air. Agak licin dan memang harus teliti juga.Â
Ada fase ketemu rute full jalanan becek air bergenang lumayan luas. Walhasil sepatu lari yang digunakan agak basah. Beda hal sama mba Ria yang memang pakai sepatu hiking, jadinya dia aman.Â
Disamperin Guguk Bikin Panik
Saat ketemu sama seorang bapak dan anak kecil. Spontan kami menyimpulkan jarak menuju dusun sudah semakin dekat. Jadilah kami memilih rehat sejenak sambil ngemil buah-buahan yang mba Utie dan mba Ria bekal.Â
Sedang asik-asiknya makan buah rambutan, tiba-tiba seekor guguk warna cokelat muda menghampiri sambil menjulurkan lidah. Mba Utie yang takut langsung terlihat panik, pun dengan saya dan mba Ria.Â
Guguk tidak terlihat bringas atau menyeramkan sih cuma tetap saja bikin ngeri juga. Akhirnya kami coba usir dengan cara melototin sambil gebrak-gebrak pake dahan pohon yang rada besar. Guguk sempat menjauh dan kami agak tenang sambil bergegas mau pergi saja dari tempat ngaso tersebut.
Ternyata si guguk sempat ngikuti kemudian dia pergi dan diam di area kami ngaso. Maka saya menyimpulkan mungkin itu tempat atau base camp nya. Jadi tadi marah atau kesal karena dipakai sama kami.Â
Lanjut jalan, sudah ketemu sama beberapa pelari bahkan pengguna motor trail. Namun kami belum sampai juga. Rasanya sudah lumayan lelah tapi masih semangat karena sepanjang jalan pemandangannya cakep banget. Healing & refreshing sangat terasa sekali.Â
Apalagi pas ketemu sama pohon kopi, semakin optimis kalau lokasi tujuan sudah semakin dekat. Seperti yang diketahui tanaman kopi  tumbuh di area yang sejuk. Pas tengok sebelah kiri pun tempat kami berpijak sudah lumayan tinggi.Â
Berpapasan sama kedua pelari yang mau arah pulang saya pun bertanya "Kak rute arah pulang dari Cisadon cuma ada satu kah?" Saya optimis ada beberapa opsi mau cari yang lebih dekat dan landai, harapan itu langsung sirna "tidak ada, hanya satu rute. Keberangkatan dan kepulangan jalurnya sama" Kalimat si kakak membuat saya bayangin rute pulang .Â
Iya sih pulang akan banyak turunan, lebih landai mungkin tapi tiga jam lebih sampe bawah apa nggak kesorean? Soalnya estimasi awal keberangkatan hingga sampai ke lokasi pun ngaret.Â
Begitulah ya trekking ala santai, yang penting selamat sampai tujuan saja. Selebihnya yaudah jalanin, mau mundur balik lagi pun tanggung.Â
Tidak lama kemudian kami bertemu dengan plang Dusun Cisadon. Terlihat kurang proper namun bikin lega. "Akhirnya sampe juga" Dalam batin bertutur. Ternyata masih harus lanjut jalan dengan rute landai dan tanpa ada aspal sama sekali. Masih jalanan seadanya penuh bebatuan. Rumah warga mulai terlihat satu persatu, rumah panggung.Â
Ada beberapa warung yang menjual makanan serta air mineral. Ada seorang nenek menyapa dan menawari mampir. Ramah dan hangat sekali.Â
Kemudian tiba di sebuah danau, kebetulan saat itu air danau sedang rada keruh. Terlihat ada beberapa tenda camping bertengger. Kami menyusun alas piknik, meluruskan kaki sambil memakan pempek yang mba Ria bekal.Â
Meski saya kurang senang karena rupanya danau tak sebesar dan seluas yang saya diekspektasikan. Namun tak mengapa, saya tetap bersyukur karena kami sampai dengan selamat.Â
Rupanya danau tersebut ada di area Badeur Lake Camp. Di tempat tersebut ada toilet dengan air yang beneran dari pegunungan, dingin, sejuk dan menyegarkan. Lalu ada tempat sholat dan area duduk-duduk. Serta ada yang jual paket WiFi. Infonya per jam Rp10.000,- dan kami bertiga tidak memesan karena kami betah tanpa internet beberapa saat.Â
Lalu lanjut jalan mencari penjual kelapa muda. Sambil cari warung buat ngaso. Semua terwujud dan kami pun menikmati momen minum air kelapa muda menyegarkan persatuan harganya Rp15.000,- terjangkau dan tidak ada pengenaan harga mark up.
Begitulah cerita keseruan trekking pertama kali di tahun 2025. Rencananya kalau ada waktu luang sehabis lebaran, mau lakuin trekking ke beberapa tempat. Semoga saja sehat, banyak rezeki dan waktunya oke.Â
Kalau sobat kompasianers ada cerita menarik apa pada saat trekking? Boleh banget ceritakan di komentar ya. Have a great day.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI