Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|penulis amatir|S.kom |pecandu buku|Sosial Media creative|Ide itu mahal|yuk menulis|doakan mau terbitin novel

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bapak Pahlawan Keluarga

12 November 2024   19:02 Diperbarui: 12 November 2024   19:03 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya tidak berlebihan apabila menyematkan kata pahlawan keluarga bagi sosok bapak. Bapak yang banyak berjuang mencari nafkah namun tidak lalai untuk mendidik dan mengajak anak-anaknya dekat dengan dunia literasi. 

Pada momen, 12 November 2024 seluruh warga Indonesia memperingati hari Ayah Nasional. Bukan sekadar perayaan belaka namun kembali menguak peranan penting seorang ayah bagi keluarga, terutama di mata sang anak. 

Memberi Contoh Secara Nyata

Begitulah bapak, beliau merupakan sosok yang tidak terlalu banyak berbicara. Namun terbiasa memberikan contoh melalui tindakan nyata. Misalnya, dalam sehari bapak selalu menyempatkan membaca buku. 

Dalam sebulan 1-2 kali menyempatkan mengajak anak-anaknya yang masih kecil untuk jalan ke toko buku. Kemudian bebas melihat, membaca bahkan sesekali membelikan buku. 

Ketika memiliki pekerjaan di luar kota, saat pulang tidak pernah dengan tangan kosong. Pastilah ada tentengan oleh-oleh kadang makanan, atau penggaris dan alat tulis. 

Mencontohkan cara makan yang sopan dan sesuai tatakrama. Kemudian mengajak sholat berjamaah, memanfaatkan halaman untuk bercocok tanam. Banyak sekali pergerakan dan aktivitas bapak yang menginspirasi dan diingat dalam benak. 

Menghadapi Kondisi Tidak Punya Pekerjaan

Ada momen, bapak tidak memiliki pekerjaan. Namun beliau tidak menyerah. Sebagai kepala keluarga, beliau tetap mencari peluang dan cara. 

Bahkan pernah menjadi buruh bangunan, pencari pasir di kali hingga pernah jadi pengepul pencari barang bekas. Namun beliau lakukan dengan penuh tanggung jawab tanpa rasa gengsi. 

Prinsip yang beliau pegang, yang penting halal dan keluarga bisa tetap makan serta anak bersekolah. Ekonomi keluarga kami memang sering diuji. Bahkan ada momen beneran kondisi sedang tidak baik. Kami sekeluarga makan bubur nasi supaya beras lebih hemat. Tetangga tidak ada yang tahu sama sekali. 

Bukan bapak gagal berusaha, kondisi saat itu memang krisis sekali. Syukurlah saya, mama dan kedua adik mampu melalui masa tersebut. Syukurlah bapak punya spirit yang menular pada anaknya. Sehingga kami tiga bersaudara bisa tumbuh dengan baik di tangan kedua orang tua biasa saja di mata orang lain namun sangat istimewa di mata saya.  

Bersekolah Sambil Berjualan 

Bapak seorang anak yang ditelantarkan oleh ayahnya. Sejak kecil bapak terbiasa mendampingi sang ibu untuk berjualan. Bahkan saat mulai bersekolah, bapak pun bersedia jualan di sekolahnya. Tentu dagangan dibuat sama mama bapak (nenek). 

Cerita beliau sangat menginspirasi saya, maka saat duduk di bangku SMP dan kondisi keuangan keluarga memang sedang kurang oke serta kondisi sekolah tidak dapat bantuan ataupun beasiswa. 

Maka tanpa ragu dan malu saya putuskan berjualan. Berangkat sekolah lebih pagi, membawa dagangan yang lumayan banyak. Sering ditanya orang-orang saat menaiki angkot, saya jawab tanpa gengsi.

Pengalaman berjualan itu berjalan lancar, para guru jadi mengenal nama saya. Banyak teman mengenal saya juga meski beda kelas. Terkenal karena jualan dan alhamdulillah prestasi sekolah terus membaik juga. 

Masa Putih Abu pun Berjualan

Berhubung kondisi perekonomian keluarga belum juga membaik, malah nambah banyak tantangan karena kedua adik pun semakin bertambah usia dan rentang usia kami cukuplah dekat.  Saya mengambil keputusan bersekolah sambil menjaga koperasi sekolah. 

Kebetulan dagangan saya masih bisa di titip juga. Jadinya saya akan jaga koperasi sekolah apabila jam istirahat tiba dan jam pulang tiba. Saya full time dari pagi sampe sore di sekolah. 

Jadi banyak kenal teman-teman dari beda jurusan. Lawan shif di sekolah saya kala itu anak SMA dan STM. Sedangkan jurusan sekolah saya kala itu Akuntansi - SMK. 

Lelah? Iya sih lelah. Masa sekolah rasanya habis dengan mencari ilmu dan cari tambahan rezeki buat bayaran sekolah. Namun saya sangat bersyukur karena pencipta kasih jalan agar saya tetap bisa bersekolah. 

Saya tidak pernah menyalahkan kondisi keluarga ataupun usaha bapak karena saya tahu betul beliau sudah sangat berusaha namun namanya rezeki kan diatur sang kuasa. Jadi saya selaku anak pertama sudah biasa menghabiskan waktu untuk belajar dan mencari uang tambahan selama itu halal. 

Usai sekolah SMK, tidak bisa langsung berkuliah dan sempat diremehkan sama orang tua teman dekat. Saya hanya bisa diam saja sambil berdoa semoga segera bekerja. Setelah itu syukurlah langsung kerja dan menabung buat bisa lanjut kuliah. Nabung biaya masuk kuliah dan beli laptop second. 

Di sela-sela bekerja, saat libur kerja saya hunting kampus. Dari kampus ke kampus, bertanya dan survey langsung terkait biaya dan lainnya. 

Satu tahun bekerja, bisa lanjutkan kuliah dan tetap bekerja juga. Ini lelahnya beneran lebih terasa banget. Apalagi pas masa skripsi. Sampai akhirnya, saya putuskan resign dulu biar skripsi selesai tepat waktu dan lulus. Setelah itu barulah cari kerja lagi. 

Alhamdulillah, bapak sangat punya peran penting dalam proses kuliah dan bekerja. Bapak selalu mengantar jemput, kebetulan saat baru bekerja 3 bulanan karena jam kerja pulang malam susah angkutan umum belum booming ojek online. Ada sih tapi kayak belum merasa aman karena baru muncul. 

Jadilah kami kredit motor, dengan tujuan supaya bapak bisa antar jemput di sela-sela beliau berjualan sama mama. Hujan, badai, panas, terik kondisi apapun bapak selalu jemput bahkan seringnya bapak sudah standby menunggu saya. 

Saya amat menghargai dan menghormati bapak. Beliau merupakan the real pahlawan keluarga. Segala upaya dan usaha beliau lakukan untuk menjaga keluarga, terutama anak-anaknya. 

Masa lalu beliau yang ditelantarkan sama ayahnya, malah menjadikan beliau sosok ayah yang selalu ada buat keluarganya. Bahkan saat saya mulai menerima undangan pernikahan dari teman kerja, teman kuliah dan lainnya beliau rela anterin tapi tidak ikut ke acara. 

Katanya cukup menunggu di parkiran saja. Terpenting memastikan anaknya aman sampe tujuan dan pulang pun aman. 

Mungkin karena saya anak perempuan satu-satunya. Beliau jadi sangat menjaga dan care sekali. Setiap momen amat berharga. 

Segala contoh tindakan baik bapak, sudah otomatis terekam dalam ingatan dan jadi ter-duplikasi sama saya. Misal saat saya pulang kerja dan baru gajian, pasti saya akan bawa oleh-oleh buat keluarga. 

Saya pun terbiasa buat peduli dan bersedia bantu keluarga dalam situasi apapun. Ikatan kami sebagai bapak dan anak, sangat patut disyukuri. 

Semoga saja pencipta menerima segala kebaikan dan usaha bapak dalam menjaga keluarga dan menjadi sosok berarti dalam kehidupan kami anak-anaknya. 

Terima kasih bapak atas segala dedikasi nya terhadap keluarga. Semoga saya dan kedua adik mampu membuat bapak tersenyum bangga dan lega dengan kehidupan kami yang penuh berkah, aamiin. 

Kalau sobat punya cerita berkesan apa sama bapak atau ayahnya? Boleh dong ceritakan. Have a great day .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun