Awalnya Fira ber-empati, tetapi lama-lama Fira merasa Hanum berlebihan dan terasa seperti penggosip. "Yaudah coba diobrolin langsung sama beliau" Ujar Fira sudah merasa muak dengan curhatan yang terasa di lebih-lebihkan. Karena fakta yang Fika lihat atasannya marah atau memberikan pekerjaan sesuai koridor, tidak berlebihan.Â
"Aku mau ajuin pinjeman buat beli mobil baru nih, tapi malah enggak dikasih. Kesel banget jadinya, ga sesuai janji pas interview" Ujar Karin ngedumel sambil berkaca-kaca seolah mau menangis. Fira hanya bengong, "emang semudah itu ya pinjem ke kantor?" Tanyanya polos.Â
"Bisa tau, mereka-mereka juga gitu soalnya" Tambah Karin tanpa rasa malu. "Ohh..gitu, yaudah beli cash sendiri aja pasti kamu banyak tabungan" Ujar Fira mencoba menetralisir kondisi. Waktu terus berlalu, di kantor ini super ajaib banyak hal-hal yang belum pernah Fira temui. "Siapa nih? Kecil banget?" Tanya seorang wanita usia 35-an. Fira mencoba tetap sopan, setelah Wanita tersebut berlalu barulah tau, kalau beliau istri pemilik perusahaan.Â
Fira hanya bisa menggeleng kepala dalam hati "Kok gitu amat ya, enggak sopan" Sambil mengucap istigfar.Â
Ketika akan ada acara di luar Kota, keempat wanita yang ada di Perusahaan terus merengek ingin terlibat dakam acara tersebut. "Seru banget kalau kita juga diajak sekalian liburan" Ujar Karin sambil mengutarakan keinginannya kepada seorang PM bernama Eriz.Â
Beberapa hari kemudian, diinfokan bahwa keempat wanita di kantor terlibat kedalam acara di luar Kota. Dengan bahagia yang menggebu-gebu Karin berujar "Horeeeee... Akhirnya diajak juga, seneng banget. Ekhhhhh, kan Mba Fira yang enggak punya anak.Â
Kenapa aku yg punya anak sebahagia ini..hehheeee, biasalah self healing ya kan" Timpalnya lagi tanpa memberikan jeda dan menghargai posisi Fira yang memang belum di anugerahi anak.Â
Fira lagi-lagi hanya membuang muka sambil terdiam agak lama, hatinya perih. Seolah kalimat bahagia Karin menusuk ke jantungnya. Namun Fira berusaha diam, tidak melawan. Berharap Karin bisa merubah cara bicaranya dalam mengucapkan kebahagiaan dan rasa syukur.Â
Beberapa hari kemudian, Fira sudah sangat risih dengan perasaan jengkel karena kalimat-kalimat Karin sering menghampirinya. "ANALOGINYA KAMU KAYA LAGI NGOMONG DI DEPAN ORANG KEK GINI 'Alhamdulillah kaki ku lengkap banget, disaat banyak Orang yang ga punya kaki" Ngomongnya di hadapan Orang yang hanya punya satu kaki.Â
Rasanya kok kaya bersyukur tapi menjatuhkan teman bicara. Kenapa begitu? Apakah selera humor jaman now semakin bergeser? Sejak saat itu Fira menjaga jarak aman sambil terus berusaha mencari pekerjaan yang lebih layak serta manusiawi secara lingkungan dan pergaulan.Â
Ada beberapa kata yang menurut Kita biasa saja, namun berdampak besar bagi Oranglain. Seperti kasus banyak teman-teman alami, body shaming berkedok bercanda... Padahal humor jangan sampai menyakiti salah satu diantara yg mendengarkan.