Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memperkenalkan Puasa kepada Anak Sedini Mungkin

14 April 2021   22:07 Diperbarui: 14 April 2021   22:46 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan tahun lalu memberikan banyak pembelajaran serta hikmah kepada kita semua. Tahun lalu situasinya sangat mencekam, kesulitan terjadi dimana-mana. Namun alhamdulillah kedermawanan pun banyak terlahir karenanya. 

Banyak tulang punggung atau kepala keluarga kehilangan pekerjaan, kena phk, tidak bisa mudik dan terlunta-lunta di tanah rantau. Mengajarkan betapa pentingnya dana darurat dan amat pentingnya empati. 

Ramadan tahun lalu, secara pengeluaran rutin alhamdulillah agak menurun. Tidak ada acara beli baju baru, kenakan baju terbaik yang ada di lemari. Belanja masker, vitamin dan herbal untuk imunitas. Serta menjaga kebersihan diri dan keluarga. Tidak ada buka bareng di luar rumah, tidak ada THR melainkan voucher belanja senilai 200.000 dan harus di syukuri supaya berkah. 

Di balik semua ujian, terselip banyak pesan dari sang Khalik. Semoga kita menjadi lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, lebih tahu kapan waktunya mengeluarkan uang dan kapan saatnya di simpan. 

Tidak ragu berbagi, sadar bahwa kita mahluk sosial yang butuh bantuan orang lain. Menanam untuk kebaikan diri dan keluarga. Tidak berfoya-foya dan sadar posisi. 

Hari kedua puasa di bulan Ramadan alhamdulillah lancar, tertarik mengangkat tema kapan sih usia yang pantas bagi anak untuk mulai berpuasa? Mungkin jawabannya akan beragam.

Jika anak-anak sehat, tidak ada salahnya mengajarkan mereka untuk mengenal puasa sedari mereka kecil. Usia 4 tahun, ajak anak untuk ikut makan sahur. Ajak Ia berniat untuk puasa, meski pada prakteknya jam 10 atau jam 8 pagi Ia minta makan alias buka. 

Tidak apa-apa namanya pengenalan, jangan di paksakan. Perlahan-lahan saja. Dulu Saya pun belajar puasa sejak usia 4 tahun, puasa sampai jam 9 pagi setelah itu buka dan bilang mau melanjutkan puasa. Dasar anak kecil, pas usia 5 tahun karena Saya sudah bersekolah saat itu Saya berpuasa sampai zuhur. 

Drama anak kecil saat mau berpuasa pasti banyak, mulai dari dibangunin sahurnya susah terus request makanan sahur dan saat buka pengen jajan atau beli makanan. Selama masih dalam batas wajar, sabar dan ikuti sambil selipkan nasehat bijak. 

Setelah usia 6 tahun, bisa di stimulus dengan reward. Seperti dulu Saya dan kedua adik. Bapak menjanjikan akan membuatkan Ayam bakar satu ekor untuk anak-anak yang puasanya full. Bahaya enggak sih? Kasih reward seperti itu? Lihat karakter si anak dulu ya, jika memang Ia mampu dan tidak menjadikan reward tujuan utama nya, maka sah-sah saja selama orangtua juga mampu memenuhi janjinya ketika sang anak puasa full. 

Intinya, para orangtua harus memberikan reward yang sesuai kemampuan serta tidak mengawang-ngawang, biasakan menepati janji. Mulanya Saya memang bersemangat puasa untuk mendapatkan hadiah, namun lama kelamaan karena ikut ngaji, ikut tarawih mengisi agenda ramadan, ngabuburit dengerin qultum atau membaca buku kisah-kisah Nabi dan sahabatnya. Lama-lama puasa niatnya untuk ibadah dan mendapatkan pahala. 

Para orangtua harus membiasakan anak-anak mengenal dan merasakan manfaat puasa, jangan makan di depan anak meskipun sedang haid. Pada saat Saya SMK, ada banyak teman-teman perempuan yang makan di siang bolong dengan alasan haid padahal bohong. Sangat di sayangkan sekali ya, padahal kita sering mendengarkan tausyiah bahwa setiap orang yang sudah baligh wajib berpuasa, ada keringanan ketika haid, nifas, ibu hamil dengan kondisi yang tidak sehat ataupun ibu menyusui. 

Jadi, tidak ada salahnya mengajarkan kebaikan kepada anak-anak sejak dini. Supaya tertanam dengan baik di memori mereka bahwa puasa adalah ibadah yang menyenangkan. Dimana setiap orang merasakan haus dan lapar, anggap saja kita sedang merasakan kesusahan saudara-saudara kita yang krisis pangan atau negara konflik. Sehingga empati kita pun meningkat, tidak lagi membuang makanan dan menyia-nyiakan makanan. 

Setelah mengajarkan puasa, coba ajarkan juga untuk menahan amarah, bersabar dan tidak menggunjing orang lain. Intinya perlahan-lahan kenalkan anak-anak pada hal-hal yang menyebabkan hilangnya pahala puasa, ataupun utuhnya pahala puasa. 

Dulu Ibu suka bercerita Saya dan adik suka merengek minta buka puasa, diam di dekat jam dinding dan meminta Ibu untuk menyiapkan makanan buka. Namun Ibu tidak marah, hanya senyum kemudian mengajak kami bermain hingga lupa pada permintaan untuk berbuka puasa. 

Rasa bahagia dan haru saat bisa full berpuasa, saat menerima ayam panggang seekor serta ucapan selamat dari kedua orangtua kemudian bobok celengan isi nya banyak karena saat berpuasa uang jajan masuk ke dalam celengan. 

Pas bulan puasa, biasanya Saya membeli baju bp-bp an, mewarnai, membeli bola bekel dan beberapa permainan menyenangkan lainnya. Untuk sekadar membunuh waktu, supaya cepat berbuka puasa. 

Ramadan hari kedua ini mengajarkan Saya untuk berusaha mengajari anak sejak dini untuk berpuasa. Tidak dengan paksaan, namun dengan pendekatan yang baik-baik, sehingga anak-anak terbiasa dan melaksanakan nya dengan suka rela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun