Ramadan tahun lalu memberikan banyak pembelajaran serta hikmah kepada kita semua. Tahun lalu situasinya sangat mencekam, kesulitan terjadi dimana-mana. Namun alhamdulillah kedermawanan pun banyak terlahir karenanya.Â
Banyak tulang punggung atau kepala keluarga kehilangan pekerjaan, kena phk, tidak bisa mudik dan terlunta-lunta di tanah rantau. Mengajarkan betapa pentingnya dana darurat dan amat pentingnya empati.Â
Ramadan tahun lalu, secara pengeluaran rutin alhamdulillah agak menurun. Tidak ada acara beli baju baru, kenakan baju terbaik yang ada di lemari. Belanja masker, vitamin dan herbal untuk imunitas. Serta menjaga kebersihan diri dan keluarga. Tidak ada buka bareng di luar rumah, tidak ada THR melainkan voucher belanja senilai 200.000 dan harus di syukuri supaya berkah.Â
Di balik semua ujian, terselip banyak pesan dari sang Khalik. Semoga kita menjadi lebih bijaksana dalam mengelola keuangan, lebih tahu kapan waktunya mengeluarkan uang dan kapan saatnya di simpan.Â
Tidak ragu berbagi, sadar bahwa kita mahluk sosial yang butuh bantuan orang lain. Menanam untuk kebaikan diri dan keluarga. Tidak berfoya-foya dan sadar posisi.Â
Hari kedua puasa di bulan Ramadan alhamdulillah lancar, tertarik mengangkat tema kapan sih usia yang pantas bagi anak untuk mulai berpuasa? Mungkin jawabannya akan beragam.
Jika anak-anak sehat, tidak ada salahnya mengajarkan mereka untuk mengenal puasa sedari mereka kecil. Usia 4 tahun, ajak anak untuk ikut makan sahur. Ajak Ia berniat untuk puasa, meski pada prakteknya jam 10 atau jam 8 pagi Ia minta makan alias buka.Â
Tidak apa-apa namanya pengenalan, jangan di paksakan. Perlahan-lahan saja. Dulu Saya pun belajar puasa sejak usia 4 tahun, puasa sampai jam 9 pagi setelah itu buka dan bilang mau melanjutkan puasa. Dasar anak kecil, pas usia 5 tahun karena Saya sudah bersekolah saat itu Saya berpuasa sampai zuhur.Â
Drama anak kecil saat mau berpuasa pasti banyak, mulai dari dibangunin sahurnya susah terus request makanan sahur dan saat buka pengen jajan atau beli makanan. Selama masih dalam batas wajar, sabar dan ikuti sambil selipkan nasehat bijak.Â
Setelah usia 6 tahun, bisa di stimulus dengan reward. Seperti dulu Saya dan kedua adik. Bapak menjanjikan akan membuatkan Ayam bakar satu ekor untuk anak-anak yang puasanya full. Bahaya enggak sih? Kasih reward seperti itu? Lihat karakter si anak dulu ya, jika memang Ia mampu dan tidak menjadikan reward tujuan utama nya, maka sah-sah saja selama orangtua juga mampu memenuhi janjinya ketika sang anak puasa full.Â
Intinya, para orangtua harus memberikan reward yang sesuai kemampuan serta tidak mengawang-ngawang, biasakan menepati janji. Mulanya Saya memang bersemangat puasa untuk mendapatkan hadiah, namun lama kelamaan karena ikut ngaji, ikut tarawih mengisi agenda ramadan, ngabuburit dengerin qultum atau membaca buku kisah-kisah Nabi dan sahabatnya. Lama-lama puasa niatnya untuk ibadah dan mendapatkan pahala.Â