Urusan sampah, got mampet juga bukan hanya urusan Dinas kebersihan. Melainkan kesadaran setiap orang, setiap pribadi. Sebanyak apapun petugas kebersihan jika kita sendiri tidak menaati aturan 'buanglah sampah pada tempatnya' tidak akan terlihat hasil kerja mereka (team orange) yang setiap pagi menyapu jalanan.Â
Latah kita memang sudah kebablasan, bisa dilihat dari kesemrawutan senin-jum'at. Bisa dilihat dari banjir nya sungai (dipenuhi sampah, limbah). Banyak nya hak pengguna jalan (trotoar) yang dirampas oleh pengguna sepeda motor.Â
Mungkin hal-hal ini terasa sepele tapi jika ribuan orang melakukan latah secara kompak serta melampaui batasan apakah impact nya akan baik? (Latah negatif)
Bisa dijawab oleh hati nurani, masing-masing pribadi ya. Tulisan ini bukan ingin menjelek-jelekan kita sebagai masyarakat. Tidak menutup mata juga, banyak orang yang sangat peduli lingkungan, taat aturan serta memiliki hati nurani dan berpikir jauh kedepan. Memikirkan anak-cucunya harus merasakan udara segar, harus merasakan hutan yang hijau, harus merasakan air sungai yang bersih.Â
Saya berharap budaya ikut-ikutan ini menjadi budaya ikut-ikutan (yang positif), budaya mengaji, budaya belajar, budaya membaca, buaday buang sampah pada tempatnya, budaya parkir ditempatnya, budaya taati rambu lalu lintas. Jadi latahnya latah positif, hasilnya baik untuk semua pihak dan yang merasakan impactnya ya kita semua ini. Kita yang tinggal, orang-orang yang hanya sekedar bertamu.
Yang harus di pikirkan lagi adalah peraturan dibuat untuk mendisiplinkan, hasilnya positif.Â
Semoga kita semua bisa menerampkan latah positif dalam segala aktivitas. Serta menghapus budaya latah negatif yang kebablasan, perlahan-lahan tapi pasti. Selama ada niat & itikad untuk berubah menjadi lebih baik, pasti akan ada banyak jalan serta ada juga ujian.
Semangat menjelang weekend sobat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H