Mohon tunggu...
Lala_mynotetrip
Lala_mynotetrip Mohon Tunggu... Lainnya - Terus berupaya menjadi diri sendiri

Blogger pemula|menyukai petualangan sederhana|Suka bercerita lewat tulisan|S.kom |www.lalakitc.com|Web Administrator, Social Media Specialist, freelancer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Semesta Mempertemukan Kita

24 Januari 2018   20:26 Diperbarui: 24 Januari 2018   20:33 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sudahlah, lupakan semua rasa itu. Hiduplah dengan tenang, raih semua impianmu" ujar Puspa "jelas rasamu maaih ada Pus terhadap ku, kamu takut aku masih seambisi dulu. Itu bukan ambisi itu salah satu tujuan hidup ku, aku tidak dapat membuat mu menunggu.. aku takut kalau aku tidak tepat" ujarnya seperti biasa Permana selalu nampak tenang. 

"Bagaimana aku tahu, aku tidak pernah kamu beri pengertian. Aku harus menebak dan berpikir positif tentang semua hal" isak Puspa, kesal rasanya menghadapi lelaki ini, tidak pernah bisa dan banyak bicara. Bahkan untuk menjelaskan rasanya "kita bukan tokoh wayang, bukan hidup dijaman dulu. Aku perlu diyakinkan" ujar Puspa, hatiku hangat tetapi kamu tidak pernah bicara" mereka terdiam. 

"Puspa, aku jauh lebih terbakar, aku pikir menghindari mu. Melupakan mu adalah cara dan jalan terbaik, nyatanya tidak. Setiap saat rasaku makin subur" ujar Permana, baru kali ini pria tersebut bicara panjang soal perasaannya. "Sekarang ku tanya padamu, lebih besar benci mu atau cinta mu buat ku? Agar aku tahu diri, maaf atas hal yang telah berlalu" Tidak ada deskripsi yang paling tepat dalam situasi ini, perasaan pun butuh diyakinkan. Diam bukan lah sebuah pilihan apalagi memilih pergi.

"Beri saya waktu ya, untuk berpikir jernih" ujar Puspa sambil membawa kopernya menuju sebuah angkutan umum. Puspa tidak ingin salah langkah, rasanya yang besar kini tertutup oleh benci. Dia butuh ketenangan, butuh berdialog dengan hati dan logikanya. 

Cintanya seolah kembali lagi, tapi dia memiliki trauma. Takut apabila itu hanya upaya untuk menyakitinya lagi. "Bukan salah Permana sebetulnya, dia jelas laki-laki yang komit pada impian, cita-cita dan prinsip hidupnya. Sisi lain perasaannya bilang, kenapa tidak menyelaraskan semuanya tanpa membuang Puspa. 

Terlihat jelas 2 insan yang berbeda, Lelaki dengan pemikiran sederhananya dan teguh memegang prinsip hidupnya. Wanita beruapaya tegar, sembuh dan terlampau rumit pola pikirnya. 

"Saya yakin, semesta masih member izin pada kami untuk bersama" ujar Permana penuh keyakinan. "Puspa adalah sosok yang paling sering dan selalu ada dalam bunga tidurnya, dambaannya" Permana tersenyum, kini Puspa semakin tenang. Hanya Puspa belum tersenyum pada nya. Mungkin Puspa mengalami banyak masa sulit, bertemu dengan Permana mungkin adalah satu hal yang Puspa hindari.

"Puspa, aku akan berupaya menyembuhkan luka mu. Kita akan bersama" Ujar Permana bicara pada jiwa nya sendiri. Kini belahan jiwanya kembali pulang. 

Begitulah perasaan, jarak yang jauh tidak akan membuatnya sirna begitu saja. Kesalahpahaman pun dapat diselesaikan dengan bicara dari hati ke hati.

Beruntunglah 2 jiwa yang bertemu karena hati keduanya saling dekat, saling menerima sinyal yang sama. 

Cintailah cintamu, ketulusan itu amatlah langka. Tidak semua orang dapat bersama dengan orang yang dia cintai dan yg mencintainya juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun