Paling tidak ini harapan saya, bahwa sosok seperti Fergie, seharusnya bisa menyamai dan mengambil posisi seperti yang dilakukan oleh Sir Bobby Robson di Newcastle: menjadi pelatih hingga nafas terakhir. Â Saya mengikuti perjalanan MU sejak 1990, dari televisi, maupun media cetak waktu itu. Saya menyaksikan class 92 tampil dan menyaksikan semua regenerasi yang terjadi hingga saat terakhir Sir Alex. Semua perjalanannya, kegemilangan dan keredupannya. Semua yang dialami MU bersama Fergie, setiap menitnya bahkan, adalah fantastis!
Sepakbola, kata Fergie, adalah tentang menyampaikan harapan-harapan dari banyak orang. Dan Fergie sangat sukses men-delivery-kan value itu. Paling tidak satu contoh: ada yang penah menyaksikan final dramatis Liga Champion MU Vs Muenchen tahun 1998/1999? Kita yang menjadi fans MU, yang entah berada di belahan dunia yang mana, bahkan berhari-hari setelah pertandingan masih menjadikan momen itu kesan dalam hidup kita. Saya bahkan tak bisa melupakannya hingga hari ini, sepertinya itu baru terjadi kemarin. Gegap gempitanya 2 gol dari Sheringham dan Solkjaer di 2 menit terakhir pertandingan masih terasa di hati saya sekarang ini.  Itulah yang Fergie benar-benar berhasil sampaikan kepada kita: harapan-harapan yang sangat emosional. Manchester United dan Old Trafford adalah Alex Fergusson. Dan itu kehilangan ruhnya ketika Fergie  tak lagi di sana.
Saya merindukan momen lainnya, seperti perseturuan Wenger - Fergie. Momen-momen di mana setiap pertandingan MU Vs Arsenal riuh rendah penuh gengsi; momen seperti Martin Keown "menempeleng" van Nistelrooy, walau itu hanya untuk sebuah pertandingan sekelas Charity Shields. Apa yang telah berhasil Fergie sampaikan dan bangun antara kita dengan MU adalah ikatan emosional tiada akhir.
Setelah layanan Fergie untuk MU berakhir, saya sempat mengikuti MU di era Moyes dan Van Gaal. Mencoba menemukan MU yang seperti dulu. Tapi memang benar seperti yang banyak orang sampaikan, "saya tak melihat Ferguson ada di sana lagi", tak ada lagi Fergie time, menit akhir yang mendebarkan. Tapi yang paling penting adalah, bahwa saya tak menemukan lagi ikatan emosional saya dengan "MU yang baru" saat ini. Namun setelah bertahun-tahun menjadi fans MU, saya tak punya pilihan untuk beralih menjadi fans bagi klub lain, sehingga tak lama setelah itu, saya memutuskan untuk berhenti menyaksikan pertandingan sepak bola yang manapun. Alex Ferguson Forever!
Pustaka:
Ferguson, Alex. Alex Ferguson: My Autobiography. Hodder & Stoughton, London, 2013
Elberse, Anita & Dye, Tom. Sir Alex Ferguson: Managing Manchester United, Harvard Business Review, 2012
Alex Ferguson. https://en.wikipedia.org/wiki/Alex_Ferguson
Ferguson's Formula. https://hbr.org/2013/10/fergusons-formula
HBS Cases: Sir Alex Ferguson, Managing Manchester United. http://hbswk.hbs.edu/item/hbs-cases-sir-alex-ferguson-managing-manchester-united.
Manchester United Legend Sir Alex Ferguson Gives Blue Print for Succes. https://www.theguardians.com/football/2013/wep/10/alex-ferguson-manchester-united-blue-print