Mohon tunggu...
Mylab Thereader
Mylab Thereader Mohon Tunggu... Book Reader -

MyLab - Book Reader. Even when we read a novel or fiction, we are not reading a drama, romance, horror, epic or thriller. We learn the human being way of thinking, its behavior, culture and strategies to deal with a situation. Blog https://jemlibrary.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Alex Ferguson Forever!

15 Juli 2017   15:09 Diperbarui: 16 Juli 2017   01:34 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manajer, dimanapun, selalu tampil dengan "kepribadian ganda". Disatu sisi harus tegas dengan memberlakukan aturan dan sanksi, mulai dari memberi denda, memutuskan pemain yang tak perform untuk tidak ikut serta dalam pertandingan hingga mengirimnya ke bursa transfer; namun juga pada saat yang bersamaan harus cukup terbuka, membina pemain hingga melindunginya dari hujatan supporter atau pers, mendengar keluhan dan mampu memotivasi dengan cara yang elegan, santun, namun memberi tekanan (push) untuk dilaksanakan. Dan tidaklah mudah tampil dengan kepribadian ganda tersebut.

Dalam pandangan Fergie, sisi lainnya dari peran manajer juga seperti guru: menginspirasi anak didiknya untuk menjadi lebih baik dan mencapai cita-citanya dengan memberi pengaruh sikap bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, mental juara dan kemampuan teknis. Itu memberi kesempatan bagi mereka untuk berprestasi dan dapat bermain di klub manapun sama baiknya. Ketika para anak muda diberi kesempatan, tidak hanya sedang membangun klub dalam jangka panjang, tapi juga membangun loyalitas. Mereka akan selalu mengingat manajer pertama yang memberi peluang bagi tumbuh kembangnya. Mereka akan menjadi seperti keluarga dan akan memberikan sebuah kejutan suatu hari. Lihat saja class 92 atau Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo.

Ferguson berbicara penuh semangat tentang menanamkan nilai pada pemainnya. Lebih dari sekadar memberi mereka keterampilan teknis, Fergie mengilhami mereka untuk berusaha lebih baik, tidak pernah menyerah dan menjadi pemenang: "If you give in once, you'll give in twice, ini kredo lainnya. Bekerja keras sepanjang hidup adalah bakat.  Menjadi pemain MU bukanlah pekerjaan mudah, tapi MU membuat mereka berprestasi dan menjadi bintang. Jadi mereka akan melakukan apa yang diperlukan untuk menang. Menurut Fergie, pemain bola sejati yang ingin berprestasi seperti para pemain MU menyukai manajer yang keras dan disiplin dengan alasan bahwa manajer seperti itu selalu bisa mengantarkan kemenangan bagi tim, dan membuat mereka menjadi pemain bola yang lebih baik dan tentu saja manajer seperti itu punya kecenderungan loyalitas yang tinggi kepada timnya.

Salah satu tugas penting manajer adalah mengamati segala hal di lingkungan pekerjaannya dengan sangat-sangat detil untuk dapat melakukan evaluasi dan perbaikan yang diperlukan. Untuk itu dia tak dapat menjalankan banyak peran teknis. Itu yang dilakukan Fergie, sehingga mendelegasikan banyak pekerjaan teknis kepada para asistennya agar memberinya kesempatan yang lebih luas untuk mengamati kinerja tim, pemain, asisten pelatih dan staff lainnya, serta tentu saja bisnis MU. Namun Fergie bukannya tanpa kelemahan emosional di tengah - tengah pernyataannya untuk tidak jatuh cinta kepada para pemainnya. Sebagaimana yang diakuinya, menyampaikan secara langsung alasan kenapa seorang pemain tidak diturunkan dalam satu pertandingan, dan atau menjelaskan kenapa seorang pemain harus dikirim ke bursa transfer, bukanlah hal yang mudah dilakukan, walau manajer sekelas Fergie telah berulangkali menghadapi situasi tersebut. Bagaimanapun, manajer tetaplah seorang manusia. Begitu juga Fergie.

Visi Realistis dan Strateginya

Pengakuan otoritas seorang manajer tidaklah didapatkannya begitu saja, otoritas manajer juga tidak bersifat inherent. Pengakuan otoritas dan respect atas peran manajer muncul ketika kita punya seperangkat konsep visi yang realistis, yang bisa dijabarkan kedalam langkah-langkah tindakan untuk mencapainya, dan tahu cara mencapai dan mengerjakannya, dan kita menjadi bagian dari tindakan itu sendiri. Dengan begitu orang akan rela untuk parkir di belakang mengikuti kita.  Itu peran yang dimainkan Ferguson sehingga ia berperan sentral bagi MU. 

Visi Fergie adalah menggeser dominasi Liverpool sebagi Klub terkuat masa itu dan membawa kembali kejayaan MU. Dilandasi dengan fakta sejarah bahwa MU pada dasarnya adalah klub besar, terutama di era Busby, maka membangun tim dan membangun klub untuk membawa kembali kejayaan MU kemudian menjadi pondasi dari semua visi dan strategi Fergie. Cara Fergie bisa menyimpulkan hal penting yang menjadi fenomena merosotnya prestasi MU dan bagaimana harus meresponnya juga merupakan keunikan tersendiri dari kemampuannya.

Jangka Pendek - Membangun Tim

Sebenarnya cukup sederhana saja cara berpikirnya. Sepak bola adalah industri result driven. Supporter, pers, dan manajemen tidak peduli apapun yang anda lakukan, mereka hanya akan mengukur kinerja anda dari hasil akhir: menang atau kalah dan dimana posisi anda berada di akhir musim. Solusinya kemudian sederhana: tim tidak dapat mencapai hasil akhir liga untuk berada di papan atas karena sering menderita kekalahan. Menghindari kekalahan dan atau memenangkan pertandingan sebanyak mungkin kemudian menjadi target kerja Fergie dalam jangka pendek. Untuk mencapai ini yang dilakukan adalah membeli pemain matang dan berpengalaman untuk menutup celah kelemahan dan mengganti beberapa pemain yang tidak tampil cukup baik. Strategi ini jangka pendek ini disebut membangun tim. Kekuatan kunci yang dimiliki Fergie adalah mampu mengidentifikasi bakat, membangun kekuatan dan menyusun tim yang tepat. MU jarang sekali membeli pemain bintang yang sudah jadi, filosofinya adalah bukan tentang mempekerjakan seorang bintang, tapi mempekerjakan pemain yang mampu bermain dengan baik dalam satu tim dan memberikan totalitasnya bagi MU.

Kondisi yang sekarang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih membangun klub dalam jangka panjang dengan bersandar pada pengembangan pemain muda, lebih banyak klub ingin mencapai hasil instan dengan belanja pemain bintang dan memberi gaji besar. Tak ada stabilitas permainan jangka panjang bisa dibangun dengan strategi seperti itu. Dan alih-alih membangun pemain muda dan menjadi bagian jangka panjang dari sebuah klub, berapa lama seorang pelatih sekarang bisa bertahan di sebuah klub? Itu salah satu yang hilang dari sepak bola yang kita tonton di televisi.

Jangka Panjang - Membangun Klub

Klub tidak bisa terus menerus bersandar pada strategi bongkar pasang pemain. Beresiko karena dapat terjadi pemain yang dibeli tak perform seperti yang diharapkan. Klub juga harus menghemat uang belanja yang keluar dari bongkar pasang pemain, dan yang lebih penting adalah klub perlu stabilitas dan kosnsitensi permainan dalam 8 - 10 tahun. Konsistensi performance klub dalam jangka panjang ini tidak dapat dicapai dari strategi bongkar pasang pemain. Sehingga solusi jangka panjangnya adalah membangun klub yang bersandar pada pengembangan pemain muda di akademi MU yang dapat memasok secara terus menerus tim utamanya atau bersandar pada pemain muda yang dibeli dari klub lain untuk dilakukan pembinaan dalam jangka panjang. Sekelompuk youth kemudian dilatih bersama sejak umur 13 tahun - 14 tahun dalam satu tim, membangun satu kerjasama dan pemahaman bermain bola secara terus menerus.

Change Management menjadi salah satu keahlian Fergie. Dalam pandangan Fergie, siklus tim yang sukses berlangsung sekitar 4 - 5 tahun sebelum menurun dan perubahan dibutuhkan. Regenerasi kemudian menjadi salah satu ciri Fergie ketika berada di MU. Setidaknya ada 2 regenerasi besar yang dilakukannya selama menukangi MU. Setiap regenarasi dibagi dalam 2 siklus 4 - 5 tahun. Regenerasi kemudian dilandasi oleh sebuah filosofi membangun karakter pemain muda yang ditopang oleh pengalaman pemain senior. Beberapa pemain muda diberi kesempatan masuk tim inti untuk bermain dengan seniornya agar seniornya dapat menularkan sikap profesional dan kemampuan teknis.

Regenerasi pertama dimulai sejak 1991/1992 dengan bangkitnya Class 92: Ryan Giggs, Paul Scholes, Neville bersaudara, Beckham, Nicky Butt; plus beberapa pemain matang berpengalaman: The Great Dane Peter Schmeichel, Roy Keane, Ole Gunnar Solkjaer, Eric Cantona, duostriker York -- Cole plus Sheringham dan palang pintu Ronny Johnsen dan Jaap Stamp, dan beberapa yang lainnya. Ini adalah generasi emas pertama binaan Fergie yang malang melintang merajai Liga Inggris dan Eropa selama satu dekade. Regenerasi kedua dimulai di musim 2002/2003 dengan masuknya Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, Hernandez, Park Ji Sung, Nistelrooy, Michael Carrick, Van Der Sar, Patrice Evra, Phil Jones, Berbatov, Van Persie dan beberapa pemain lainnya, hingga bangkitnya generasi youth angkatan Chris Smailling dan masuknya De Gea.

Bermain Untuk Menang

Statistik yang dibuat menunjukan bahwa MU kerap mencapai kemenangan di 15 menit akhir pertandingan, bahkan setelah tertinggal. Ada yang ingat final dramatis Liga Champion musim 1998/1999, Bayern Muenchen Vs Manchester United? Juara Champion di 2 menit terakhir waktu pertandingan tersisa dengan gol Tedy Sheringham dan Ole Gunnar setelah tertinggal 1 - 0 di sepanjang pertandingan. Atau seperti pertandingan Manchester United Vs Totenham Hotspur musim 2001/20012. Anda unggul 3 - 0 di babak pertama? Tak masalah, lihat saja pembalasan kami di 15 menit akhir babak kedua; dan MU membalasnya dengan 5 gol. MU di era Fergie identik dengan itu. Tapi ini bukannya terjadi begitu saja karena Fergie memang selalu mempersiapkan timnya untuk menang. Fergie meminta pemain berlatih secara teratur untuk menghadapi situasi tersulit dan bagaimana seharusnya bermain jika memerlukan kemenangan dan mencetak gol di 15 menit waktu tersisa.

Apa yang sedang ditanamkan Fergie pada anak asuhnya adalah berpikir positif bahwa kemangan selalu terbuka lebar hingga peluit akhir pertandingan, mengantisipasi semua hambatan yang dapat menghalangi tercapainya tujuan dan mengeksploitasi peluang sekecil apapun untuk mengubahnya menjadi keunggulan.  Dalam satu musim Fergie selalu merancang kekuatannya dengan merencanakan tim lapis pertama dan lapis kedua dan kombinasi, dan menyiapkan beberapa tim untuk berbagai even, mulai dari Liga Inggris, kejuaraan domestik hingga Liga Eropa.  Ini penting untuk menjaga konsistensi performance selama musim berlangsung.

Manjemen Pertandingan

Formasi pemain disusun 3 hari sebelum pertandingan dan informasi pemain yang diturunkan dalam pertandingan diberitahu 2 jam sebelum pluit pertandingan dimulai. Ini untuk mencegah kebocoran informasi apapun bagi lawan, pers dan spekulasi agen yang pemainnya tidak diturunkan. Semua mulut dikunci rapat hingga hari pertandingan. Taktik yang akan diterapkan dibahas pada hari-hari menjelang pertandingan bersama para asisten pelatih, kemudian diterapkan dalam latihan. Video permainan calon lawan dianalisis kelemahan dan kekuatan dan kesempatan untuk mengeksploitasi peluang sekecil apapun menjadi keunggulan; beberapa pola permainan serta beberapa pemain kunci lawan yang akan dihadapi di tandai untuk diberi perhatian khusus dan diantisipasi. Pemain yang tidak disertakan dalam pertandingan di panggil dan di beritahu alasannya secara komprehensif.

Salah satu tugas manajer adalah menyampaikan secara ringkas wejangan selama 4 menit - 6 menit sebelum pertandingan tentang apa yang diinginkannya dan bagaimana tim harus tampil. Alih-alih menyampaikan sesuatu secara teknis dan kaku, Fergie memiliki cara unik untuk menyampaikannya dengan sebuah bahasa metafora, itu untuk menunjukan rasa hormatnya kepada para pemain yang akan turun bertanding. Waktu break pertandingan 15 menit, Fergie kembali memberi wejangan untuk menegaskan apa yang harus dilakukan tim-nya di lapangan. Itu adalah waktu penting untuk membangun tim kembali. Walaupun temperamen, namun tidak alasan bagi Fergie untuk tampil temperamen, walaupun tim-nya tertinggal, selama mereka menunjukan kerja kerasnya dilapangan. Namun jika kerja keras yang diharapkan tidak tampil di tengah lapangan, maka siap-siap telinga pedas karena Fergie akan memanfaatkannya situasi itu menjadi sebuah kemewahan untuk melampiaskan ledakan amarahnya yang tanpa skala dan menjelaskan bukan penampilan itu yang diharapkannya dari tim. Dalam pandangan Fergie adalah penting untuk memberi tahukan kekurangan dan kelemahan pemain pada saat break atau setelah pertandingan usai, namun segala kritik dan amarah selesai di hari itu semua. Ini bagian dari apa yang disebut sebagai menjaga standar sepak bola MU. Dan itu tak perlu di tunggu sampai keesokan harinya karena esok hari adalah waktu untuk pertandingan lain dan pekerjaan yang lainnya. Selain itu, pemain tak ingin dikritik terus menerus. Jadi harus seimbang, kapan harus berteriak dan kapan harus melakukan pembinaan.

Memberikan sebuah wawancara televisi singkat dilakukan setelah pertandingan. Setelah kewajiban media, Fergie akan menjamu manajer dan pelatih tim tamu yang bertandang. Hal penting saat menjamu tamu adalah melupakan dan menanggalkan semua emosi atas pertandingan yang telah dilewati, baik menang, kalah, maupun seri. Kita tak perlu menjadikan ini obsesi. Paling tidak, didepan para tamu, untuk menjaga martabat dan dengan bangga menunjukan: "Kami adalah Manchester United".

Pensiun?

Beradaptasi berarti senantiasa mengubah cara berpikir kita sehingga kita menjadi selalu tetap relevan disegala jaman yang kita lalui. Namun diri kita, manusia, dibatasi oleh banyak hambatan, fisik dan mental, yang membuat kita hingga suatu  titik tertentu dalam hidup kita tak dapat lagi beradaptasi mengikuti perubahan yang terjadi. Dan ketika itu terjadi, maka kita menjadi tidak relevan lagi dengan jaman.

Beradaptasi, menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi adalah salah satu kunci sukses bagi Fergie untuk mempu bertahan selama seperempat abad di MU. Bayangkan apa yang diharus dilakukan pada dirinya sendiri, sejak 1986 hingga era modern konetivitas internet dan digital sekarang ini. Itu adalah kemampuan menyesuaikan diri yang paling luarbiasa dari seorang manusia yang pernah lahir di masa yang sangat jauh dari perilaku budaya hari ini.  Cara berpikir pemain sekarang ini berubah, cara melakukan bisnis berubah, pihak yang terkait dengan sepak bola semakin komplek. Seperti yang diakui Fergie, dirinya sekarang lebih mellow, dan cenderung menjadi lebih suka mengamati ketimbang bereaksi spontan seperti beberapa tahun yang lalu. Kondisi fisik tak bisa di bohongi walaupun semangat masih membara. Banyak hal yang sekarang terjadi di MU sudah diluar kekuatannya lagi untuk bisa terlibat didalamnya. "Saya tahu ini sudah saatnya" ujar Fergie.

Alex Ferguson, Forever!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun