Mohon tunggu...
Gilang Pertama
Gilang Pertama Mohon Tunggu... Freelancer - Only Blogging for Certain Mood!

Peminat Traveling & Brand Enthusiat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Loyalitas Berbicara: Sebuah Pelajaran dari Selembar Surat Milani untuk Garuda Indonesia

7 Juli 2019   18:11 Diperbarui: 17 Juli 2019   18:12 2135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah brand tercipta atas kontinuitas kesan positif dari value layanan brand itu sendiri. Hal ini mungkin menjadi salah satu hipotesa saya menggambarkan kekuatan Brand Garuda Indonesia dari sejak dulu hingga kini.

Tidak dapat dipungkiri Garuda Indonesia secara konsisten hingga saat ini memberikan Kinerja layanan yang paling mumpuni jika berkaca dari sektor industri penerbangan nasional saat ini. Sebagai maskapai full service, Garuda Indonesia konsisten memberikan added value dalam keunggulan layanan khas ke Indonesiaan.

Respon masyarakat yang beragam dari yang kontra maupun pro tentulah sebuah hal yang wajar dalam dinamika sebuah brand. Namun, yang saya lihat Garuda Indonesia berhasil mempertahankan kontinuitasnya dalam menjaga kualitas layanan.

Tidak hanya itu, bahkan dalam satu tahun terakhir Garuda Indonesia berani tampil beda dengan menghadirkan sejumlah terobosan baru dalam lini layanannya.

Kadang ide-ide "liar" tersebut membuat saya tidak habis pikir, kok bisa ya? ternyata hal-hal yang sebelumnya tidak mungkin menjadi mungkin di era serba inovasi ini. Hal-hal yang selama ini saya tahunya hanya ada di darat, di sebuah tempat, kini ada di dalam perjalanan selama terbang di Pesawat.

Sebut saja seperti belum lama ini, ketika awak kabin nya secara khusus menggunakan kebaya hasil rancangan Anne Avantie, atau ketika menghadirkan hiburan live coustic di Pesawat yang sempay mengundang sorotan kontra namun pada akhirnya tiket penerbangan di flight tersebut fully booked.

Memang tidak dapat dipungkiri, sebesar apapun sebuah hal yang kelihatannya tampak aneh justu malah menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian orang, mungkin saja itu adalah satu pengaruh dari FOMO alias Fear Of Missing Out - kekhawatiran jika kita tertinggal suatu hal yang sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat umum.

Berarti secara tidak langsung, brand Garuda terus bergerak memenuhi kebutuhan bahkan keinginan target market yang semakin hari semakin abstrak karena prediksi dari para praktisi marketing pun beberapa kali meleset, berpikir keras mencari tahu sebenarnya apa sih yang benar-benar diinginkan oleh masyaraka saat ini?

Belum lagi pilihan menu yang berbeda disajikan sebagai pilihan in-flight meals dari Hokben hingga sajian khas minang Sari Mande.

Atau uji coba fasilitas Virtual Reality di Pesawat yang menjadi fitur paling ditunggu untuk segera diluncurkan. Jujur saja, begitu saya membaca berita ini di sebuah portal online, pikiran saya langsung berimajinasi bagaimana penerbangan panjang yang seringkali melelahkan dan membosankan dapat terobati dengan keseruan saya yang menikmati Virtual Reality tersebut.

Terobosan yang paling membesut perhatian adalah hadirnya nuansa vintage pada layanan penerbangan mulai dari aircraft livery hingga seragam awak kabin yang mengantarkan penumpang bernostalgia ke era 80an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun