Mohon tunggu...
Immanu-EL  Dwi
Immanu-EL Dwi Mohon Tunggu... Reporter -

I am a journalist and I want to share a cup of life with you

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Belajar Ilmu Komunikasi

1 Februari 2016   21:22 Diperbarui: 1 Februari 2016   22:00 1767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah beberapa bulan tidak menulis saya rupanya. sekarang, saatnya saya kembali menulis. kali ini saya ingin sedikit berrbagi tentang hal yang berbeda dari tulisan-tulisan saya yang sebelumnya. saya ingin berbagi mengenai spirit mengapa kita harus belajar ilmu komunikasi. 

            Mungkin banyak di antara kita bertanya – tanya “Mengapa kita harus belajar ilmu komunikasi? Bukankah tanpa harus dipelajari, setiap orang sudah dapat berkomunikasi dengan sendirinya? Bukankah komunikasi hal yang mudah, jadi kita tidak perlu mempelajarinya?”. Mungkin ini sedikit pertanyaan kecil di antara banyak pertanyaan mengenai pentingnya ilmu komunikasi untuk dipelajari.

            Jika seorang mahasiswa ilmu komunikasi memiliki cara pandang yang kurang tepat seperti ini, maka akan membuat tahun-tahun kuliahnya tidak mencapai titik maksimal. Karena mereka akan menganggap ilmu komunikasi sebagai ilmu yang mudah, sehingga tidak ada usaha dalam mempelajarinya dan memahaminya. Sehingga mereka juga tidak akan tahu bagaimana menerapkan ilmu komunikasi dalam kehidupannya. Padahal komunikasi dapat mengembangkan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

            Nah, di sini saya akan sedikit berbagi mengenai pentingya ilmu komunikasi dan goal yang harus dicapai setelah kita mempelajari ilmu komunikasi. Berharap, kita semua dapat memiliki cara pandang yang tepat dalam belajar ilmu komunikasi dan membuat kita maksimal dalam mempelajarinya. Sehingga, kita dapat benar-benar memanfaatkan ilmu komunikasi itu dalam kehidupan kita sehari-hari.

1.      Definisi Komunikasi

Beberapa ahli Ilmu komunikasi menjelaskan definisi komunikasi (Mulyana dalam Afdjani 2014).

a.                   Everet M. Rogers

Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud mengubah tingkah laku.

b.                  Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

c.                   Carld R. Miller

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain

d.                  Theodore M. Newcomb

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa komunikasi merupakan proses yang melibatkan satu pihak yang menyampaikan suatu rangsangan kepada pihak lain dengan tujuan memengaruhi tingkah laku penerima rangsangan[1].

2.      Sejarah Ilmu Komunikasi

Sebenarnya komunikasi sendiri sudah ada sejak manusia pertama kali ada di dunia. Manusia menggunakan komunikasi untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. (Afdjani, Hadiono: 2014)

Namun, komunikasi semakin menjadi populer pada zaman Aristotle (384-322 SM) yang pada zaman itu disebut dengan retorika. Retorika sendiri merupakan teknik / seni membujuk rayu secara persuasif untuk menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara, emosional atau argument.

Melihat nenek moyang ilmu komunikasi, ternyata saat itu yang masih bernama retorika lahir dengan semangat untuk mempersuasi orang lain. Mempersuasi agar orang lain mau menerima gagasan kita dan akhirnya mau mengikuti gagasan kita.

 Dari definisi dan sejarah tersebut, saya ingin menyatakan bahwa goal kita belajar ilmu komunikasi salah satunya adalah memiliki kemampuan membujuk orang lain. (Saya katakan salah satu goal, karena ketika kita belajar ilmu komunikasi lebih luas dan mendalam tentu akan banyak juga tujuan lain yang harus dicapai.) Karena dengan adanya semangat / goal dari belajar ilmu komunikasi ini, kita kemudian memiliki pertanyaan selanjutnya. “Bagaimana caranya agar kita bisa mempengaruhi orang lain?”. Karena jika kita renungkan, membujuk orang lain itu tidak mudah, kita harus mempelajari banyak hal. Kita harus mengenal lawan bicara kita, dengan media apa kita harus menyampaikan informasi, bagaimana kita menyusun pesan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara kita, dan sebagainya.

Apalagi di zaman global ini, kita dituntut untuk berelasi dengan banyak orang dari berbagai daerah, berbagai pulau dan bahkan berbagai Negara. Dengan mengingat bahwa mereka memiliki latar belakang suku, agama, budaya, yang berbeda dan yang juga memengaruhi nilai-nilai kehidupan mereka. Tentu, menjalin hubungan dengan mereka bahkan sampai memengaruhi mereka bukanlah hal yang mudah.

Kita saja dalam menjalin relasi dengan dua – tiga orang di sekitar kita, sering mengalami kendala. Kita sering salah paham, saling bertengkar untuk bahkan hal-hal yang sepele karena kita kurang bisa berkomunikasi dengan baik. Bahkan, bukannya kita menjalin relasi, justru yang ada kita malah menghancurkan relasi karena gaya berkomunikasi kita yang salah. Jika kita gagal dalam menjalin relasi, bagaimana mungkin kita bisa mempengaruhi orang di sekitar kita. Jika kita gagal, dalam memengaruhi 2-3 orang, bahkan juga gagal hanya dalam menjalin relasi dengannya bagaimana mungkin kita berhasil dalam konteks komunikasi massa?

Jika kita membahas konteks komunikasi massa, maka lebih – lebih lagi itu bukan perkara yang mudah. Kita harus memiliki kemampuan extra, mengerti etika dalam berkomunikasi dan strategi yang tidak mudah dalam mempengaruhi massa. Terutama misalnya jika kita ingin membujuk massa untuk memilih salah satu pasangan tertentu dalam pemilu (jika kita seorang juru kampanye misalnya). Kita harus belajar memahami massa yang berjuta-juta jumlahnya. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang berbeda, aspirasi beragam, latar belakang suku, agama, ras yang lebih kompleks.

Maka jelas, untuk menjadi ahli komunikasi, kita harus dibekali dengan banyak pengetahuan baik teori dan praktik. Tidak heran jika dalam belajar Ilmu Komunikasi kita juga perlu belajar hal – hal lain. Seperti misalnya kita belajar Psikologi Komunikasi, Komunikasi Lintas Budaya, Politik, Sosiologi, dan banyak lagi. Mata kuliah – mata kuliah tersebut harus kita pelajari guna menolong kita untuk bisa menjadi komunikator yang baik, untuk bisa memahami menjadi orang yang ahli dalam mempengaruhi[2] orang lain.

Jadi, bagi saya bidang komunikasi juga bukan tergolong hal yang mudah yang tidak ada tujuan dan artinya. Meski tanpa belajar di bangku perkuliahan kita sudah berkomunikasi, tapi ternyata masih banyak hal (teori, praktik, dan pengalaman) yang perlu kita pelajari untuk bisa menjadi lebih baik lagi.

Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik maka tentu akan memudahkan kita menjalin relasi dengan banyak orang.  Dengan relasi yang luas dan kuat, kita dapat dengan mudah meraih kesuksesan. Selain itu, banyak perusahaan yang juga membutuhkan orang yang ahli di bidang komunikasi. Karena dengan kemampuan orang berkomunikasi, tentu orang tersebut dapat dengan mudah mempersuasi orang lain untuk ikut kemauan perusahaan dan menguntungkan perusahaan.

Maka berbahagialah kita, orang – orang yang belajar ilmu komunikasi. Karena kita berpeluang bekerja di banyak bidang. Kita bisa menjadi journalist, seorang Public Relation, seorang yang bergerak di bidang marketing (kita bisa membujuk orang lain menyukai produk yang kita tawarkan), seorang pengajar, seorang politisi, seorang yang bergerak dalam bidang penyiaran atau periklanan, konsultan komunikasi dan masih banyak lagi.

Jadi, semangatlah belajar ilmu komunikasi dan praktekkan itu dari hal kecil dalam kehidupan kita. God bless!!!!

[1] Rangsangan berupa pesan / informasi / ide / gagasan.
[2] Mempengaruhi di sini jangan diartikan sempit yang negatif. Mempengaruhi di sini dimaksud pengaruh positif dengan cara – cara yang positif juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun