Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain
d. Theodore M. Newcomb
Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat kita lihat bahwa komunikasi merupakan proses yang melibatkan satu pihak yang menyampaikan suatu rangsangan kepada pihak lain dengan tujuan memengaruhi tingkah laku penerima rangsangan[1].
2. Sejarah Ilmu Komunikasi
Sebenarnya komunikasi sendiri sudah ada sejak manusia pertama kali ada di dunia. Manusia menggunakan komunikasi untuk melangsungkan kehidupannya. Manusia yang normal akan selalu terlibat komunikasi dalam melakukan interaksi dengan sesamanya sepanjang kehidupannya. (Afdjani, Hadiono: 2014)
Namun, komunikasi semakin menjadi populer pada zaman Aristotle (384-322 SM) yang pada zaman itu disebut dengan retorika. Retorika sendiri merupakan teknik / seni membujuk rayu secara persuasif untuk menghasilkan bujukan melalui karakter pembicara, emosional atau argument.
Melihat nenek moyang ilmu komunikasi, ternyata saat itu yang masih bernama retorika lahir dengan semangat untuk mempersuasi orang lain. Mempersuasi agar orang lain mau menerima gagasan kita dan akhirnya mau mengikuti gagasan kita.
Dari definisi dan sejarah tersebut, saya ingin menyatakan bahwa goal kita belajar ilmu komunikasi salah satunya adalah memiliki kemampuan membujuk orang lain. (Saya katakan salah satu goal, karena ketika kita belajar ilmu komunikasi lebih luas dan mendalam tentu akan banyak juga tujuan lain yang harus dicapai.) Karena dengan adanya semangat / goal dari belajar ilmu komunikasi ini, kita kemudian memiliki pertanyaan selanjutnya. “Bagaimana caranya agar kita bisa mempengaruhi orang lain?”. Karena jika kita renungkan, membujuk orang lain itu tidak mudah, kita harus mempelajari banyak hal. Kita harus mengenal lawan bicara kita, dengan media apa kita harus menyampaikan informasi, bagaimana kita menyusun pesan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara kita, dan sebagainya.
Apalagi di zaman global ini, kita dituntut untuk berelasi dengan banyak orang dari berbagai daerah, berbagai pulau dan bahkan berbagai Negara. Dengan mengingat bahwa mereka memiliki latar belakang suku, agama, budaya, yang berbeda dan yang juga memengaruhi nilai-nilai kehidupan mereka. Tentu, menjalin hubungan dengan mereka bahkan sampai memengaruhi mereka bukanlah hal yang mudah.
Kita saja dalam menjalin relasi dengan dua – tiga orang di sekitar kita, sering mengalami kendala. Kita sering salah paham, saling bertengkar untuk bahkan hal-hal yang sepele karena kita kurang bisa berkomunikasi dengan baik. Bahkan, bukannya kita menjalin relasi, justru yang ada kita malah menghancurkan relasi karena gaya berkomunikasi kita yang salah. Jika kita gagal dalam menjalin relasi, bagaimana mungkin kita bisa mempengaruhi orang di sekitar kita. Jika kita gagal, dalam memengaruhi 2-3 orang, bahkan juga gagal hanya dalam menjalin relasi dengannya bagaimana mungkin kita berhasil dalam konteks komunikasi massa?