Mohon tunggu...
M Yana
M Yana Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer

Mendaki menjadi hobi baru saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Nengah Yasa Adi Susanto, Perjalanan Luar Biasa dari Desa Bugbug ke Dunia Kapal Pesiar

6 September 2023   17:16 Diperbarui: 6 September 2023   17:23 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenal Nengah Yasa Adi Susanto - Perjalanan Luar Biasa dari Desa Bugbug ke Dunia Kapal Pesiar | Dok Pribadi

Nengah Yasa Adi Susanto, S.H., seorang pria yang berasal dari Desa Bugbug, Karangasem, telah mengabdikan hidupnya dalam pelatihan dan perekrutan kru kapal pesiar. 

Pengalaman berharganya dimulai saat ia bekerja di kapal pesiar Celebrity Cruises dari tahun 1999 hingga 2009. Adi, demikian panggilan akrabnya, menjelajahi lebih dari 60 negara sebagai seorang Sommelier atau penjual anggur di restoran kapal pesiar mewah Amerika.

Cita-cita untuk berkeliling dunia dan bekerja di kapal pesiar tidak pernah terbersit dalam benaknya ketika ia masih muda. Adi, yang adalah anak bungsu dari sepuluh bersaudara, tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan kuliah setelah menyelesaikan SMA karena kendala biaya. 

Meskipun begitu, hasratnya untuk mengejar pendidikan tinggi selalu menyala, tetapi ia terpaksa menahan impian tersebut karena keterbatasan finansial keluarganya, yang mayoritas bekerja sebagai petani di Desa Bugbug, Karangasem.

Setelah lulus SMA pada tahun 1993, Adi memutuskan untuk bekerja sebagai penjaga restoran di malam hari di salah satu restoran di Candidasa. Tidak sampai setahun berlalu, Adi pindah ke Lovina dan bekerja sebagai Satpam di Hotel Aneka Lovina selama dua tahun. Selama di Lovina, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mengikuti kursus bahasa Inggris dan bahasa Jepang. 

Pada tahun 1996, Adi mengambil langkah besar dengan melamar pekerjaan di Nikko Bali Resort & Spa di Sawangan sebagai petugas keamanan. Minatnya untuk bekerja di kapal pesiar mulai tumbuh ketika banyak teman sejawatnya yang merupakan bagian dari tim pre-opening di Nikko memutuskan untuk mengundurkan diri dan bergabung dengan kapal pesiar.

Dalam konflik batin antara menjadi pemandu tur berbahasa Jepang atau bekerja di kapal pesiar, Adi memilih untuk meneruskan pendidikan perhotelannya di lembaga pelatihan di Renon. 

Setelah mengikuti program cross training di Hotel Nikko Bali, Adi akhirnya memberanikan diri untuk melamar pekerjaan di kapal pesiar pada tahun 1998. Meskipun gagal dalam tiga percobaan sebelumnya, semangatnya tidak padam, dan pada percobaan keempatnya, Adi berhasil melewati wawancara dan diterima di Celebrity Cruises sebagai Bar Waiter. Ia menghabiskan hampir satu dekade dalam industri ini dan mencapai posisi puncaknya sebagai Sommelier.

Kerja Keras Sejak Kecil yang Menjadi Landasan Kesuksesan

Pengalaman Adi sebagai buruh galian C di tukad Buhu, Desa Bugbug, Karangasem, dan usahanya saat bersekolah dari SD hingga SMP membentuk fondasi kuat dalam kehidupannya. 

Selama masa sekolah, Adi membagi waktunya untuk mencari nafkah demi membantu orangtuanya membayar biaya pendidikan. Hasil kerasnya bekerja dan tantangan yang dia hadapi mengajarinya ketekunan yang diperlukan dalam industri kapal pesiar, di mana dia akhirnya menghabiskan satu dekade.

Selain dari pekerjaannya, Adi juga mengambil banyak pelajaran berharga dari orangtuanya, I Wayan Djanthen, S.E., dan Ni Ketut Mastini. Mereka selalu menekankan pentingnya kejujuran dan kesediaan membantu sesama tanpa pamrih. Nilai-nilai ini masih ia pegang teguh dan terapkan, bahkan ketika dia sukses dan berpengaruh di Desa Bugbug, Karangasem. 

Melalui Yayasan Widhi Sastra Nugraha yang dipimpinnya bersama dengan I Nyoman Sudi Artawan dan I Made Sumitra, Adi memberikan beasiswa kepada 15 individu berprestasi untuk mengejar pendidikan di kampus Monarch Bali yang tersebar di lima kabupaten. Banyak dari mereka telah sukses dan bekerja di kapal pesiar.

Monarch Bali: Membantu Para Calon Kru Kapal Pesiar

Kehidupan penuh kejutan membawa Adi pada peran yang tak terduga sebagai pendiri Monarch Cruises Line & Hospitality Training Center, sebuah lembaga pelatihan untuk kru kapal pesiar. 

Pada awalnya, Adi dan dua rekan bisnisnya, I Nyoman Sudi Artawan dan I Made Sumitra, hanya menyewa bangunan dua lantai untuk mengajar bahasa Inggris di Banjar Dukuh, Dalung. Namun, respon masyarakat sangat positif, dan pada tahun 2010, mereka membuka program tingkat dasar setara dengan diploma 1 dalam Tata Hidangan, Tata Boga, dan Tata Graha di Monarch Cruises Line & Hospitality Training Center.

Pertumbuhan yang pesat memaksa mereka membuka kampus Monarch di tiga lokasi sekaligus: Monarch Candidasa, Monarch Singaraja, dan Monarch Gianyar. Pada tahun 2011, mereka mendirikan kampus Monarch Negara untuk membantu calon kru kapal pesiar di Bali Barat.

Semua kampus Monarch telah diakreditasi tingkat A, memiliki instruktur bersertifikat dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), dan mengadopsi kurikulum berbasis kompetensi, memastikan bahwa lulusannya benar-benar kompeten di bidangnya. Saat ini, lebih dari 1.350 mahasiswa D1 dan D2 belajar di lima kampus Monarch di lima kabupaten di Bali, dan sebagian besar dari mereka sedang menjalani on the job training di hotel dan restoran di Bali.

Kemitraan Monarch Bali dengan PT. Ratu Oceania Raya Bali

Adi merasa bangga dan senang ketika melihat para anak didiknya sukses bekerja di hotel, restoran, dan bahkan kapal pesiar. Kepuasan batinnya mencapai puncak ketika lulusan Monarch Bali kembali dari pekerjaan di kapal pesiar dan mengunjunginya di kampus Monarch ataupun di agen tempatnya bekerja, PT. Ratu Oceania Raya Bali. PT. Ratu Oceania Raya Bali merupakan agen kapal pesiar yang melayani perusahaan-perusahaan terkenal seperti RCCL, Celebrity, Azamara, Pullmantur, Disney, Oceania, Regent, Carnival UK, dan Viking Cruise Line. Adi merasa telah melunasi utangnya kepada lulusan Monarch Bali dengan membantu mereka mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Tidak banyak lembaga pelatihan yang peduli terhadap nasib alumni mereka. Monarch Bali adalah pengecualian karena selain melatih di LPK Monarch Bali, mahasiswa Monarch Bali juga akan disertifikasi di Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) LPK Monarch Bali, yang telah mendapatkan lisensi dari BNSP. Hal ini memungkinkan lulusan Monarch Bali untuk ditempatkan baik di hotel maupun di kapal pesiar. Adi, yang juga menjabat sebagai Direktur LSP LPK Monarch Bali, sangat yakin bahwa anak didik dari Monarch Bali kompeten di bidangnya dan siap menghadapi MEA 2016.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi Adi adalah kemampuan berbahasa Inggris yang lemah dari sebagian besar calon kru kapal pesiar, terutama mereka yang ingin bekerja di kapal pesiar. Ironisnya, sebagian dari mereka enggan belajar bahasa Inggris dan mencari jalan pintas dengan menggunakan jasa calo untuk melamar pekerjaan di kapal pesiar. Adi sering mendengar keluhan dari pencari kerja yang menjadi korban penipuan oleh calo dan agen perekrutan ilegal yang masih beroperasi di Bali. 

Harapannya adalah bahwa para calon kru kapal pesiar dapat menghindari penipuan dan biaya tinggi dengan menghubungi langsung agen perekrutan tempatnya bekerja, yaitu PT. Ratu Oceania Raya Bali, yang terletak di Jl. Beringin 56 Br. Pegending, Dalung, Kuta-Utara. Saat ini, agen ini telah mengirimkan lebih dari 4.000 orang putra-putri Bali untuk bekerja di kapal pesiar, dan mereka memiliki lebih dari 2.000 pesanan pekerjaan tahun ini. Oleh karena itu, Adi mendorong para pencari kerja untuk membawa lamaran langsung ke PT. Ratu Oceania Raya Bali.

Belajar Hukum untuk Membela TKI Bermasalah dengan Hukum

Setelah lebih dari lima tahun terlibat dalam pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke kapal pesiar, Adi menghadapi berbagai permasalahan terkait dengan TKI mulai dari pra penempatan hingga setelah penempatan. Banyak TKI Pelaut yang dikirimnya ke kapal pesiar mengalami kesulitan mendapatkan perlindungan hukum saat mereka menghadapi masalah hukum di luar negeri. 

Salah satu kasus yang menonjol adalah kasus percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pelaut asal Buleleng, Ketut Pujayasa, yang bekerja di kapal Holland American Line terhadap seorang penumpang Amerika. Dalam kasus ini, Adi melihat bahwa pemerintah belum memberikan dukungan hukum maksimal untuk membantu Ketut Pujayasa menghadapi hukuman di Amerika. 

Menurutnya, Presiden Jokowi melalui Konjen RI di Amerika seharusnya mencari advokat yang kompeten di Amerika untuk mendampingi Ketut Pujayasa dalam proses hukumnya. Ini bisa membantu mengurangi hukuman yang dijatuhkan, bahkan memungkinkan pembebasan jika tidak ada bukti yang cukup untuk menunjukkan tindak pidana yang diduga dilakukan oleh Ketut Pujayasa. Namun, semua ini telah terjadi, dan Ketut Pujayasa akhirnya dihukum 30 tahun oleh Pengadilan Federal Amerika di Miami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun