Persoalan apakah tawaran kesenangan dan berbagai fantasi yang dikemas benar-benar akan terus bertahan lama dibenak masyarakat atau hanya sepintas layaknya mode, hal itu sampai sekarang masih menjadi polemik yang tidak kunjung selesai. Misalnya, menyatakan bahwa budaya pop merupakan mode ideologi kapitalis akhir yang tidak menawarkan doktrin yang tidak terbantahkan atau tesis tentang keniscayaan dan rasionalitas masyarakat kini, namun hanya menyediakan narkotika jangka pendek yang mengalihkan perhatian orang dari masalah riil mereka dan mengidealisasikan massa kini dengan menjadikan pengalaman representasi yang menyenangkan.
Komoditi-komoditi yang dihasilkan industri budaya, termasuk bacaan, secara umum memang diarahkan oleh kebutuhan untuk menyadari nilainya dipasaran. Motif keuntungan menentukan sifat berbagi bentuk budaya. Secara industrial, produksi budaya merupakan sebuah proses standarisasi dimana produk-produk tersebut mendapatkan bentuk yang sama pada semua komoditas. Akan tetapi, produksi budaya itu menganugrahkan suatu rasa individualitas dalam artian bahwa setiap produk mempengaruhi "suasana individual" Â pendekatan individualitas pada setiap produk budaya ini, dan juga tentunya pada setiap konsumen, berfungsi untuk menggaburkan standarisasi dan manipulasi kesadaran yang dipraktikkan oleh industri budaya. Ini berarti semakin banyak kultural yang distandarisasi, disaat yang sama semakin banyak pula yang diindividualisasikan.
Mengapa seorang remaja menyukai komik grafis manga, tetapi mengapa pula remaja yang lain lebih gemar membaca komik grafis avatar atau komik korea? Mengapa seorang remaja sangat antusias membaca novel romantis percintaan, tetapi disaat yang sama ada remaja lain yang menyukai membaca novel fiksi yang didominasi cerita pertualangan? Pada titik inilah, sebenarnya mulai disadari bahwa budaya pop pada dasarnya bukan sesuatu hal yang memiliki kemampuan membentuk konstruksi sosial orang per orang, bagaimanapun akan ikut menentukan dalam membentuk selera dan cita rasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H