Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sadar Berontak

29 Desember 2011   01:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:38 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku bercermin di wajah Djodi

Aku bercermin di wajah Iwan Fals

Aku bercermin di wajah Konstitusi, Konstitusi Kita

 

Rakyat jutaan yang miskin dan menderita --- kesal dan berputus asa

Sumber Daya dijarah untuk kemaslahatan kaum Kapitalisme dan para Koruptor

Mereka mencibir dengan pupur pencitraan seperti para Togog

Memang mereka para Togog yang menempel seperti para

--- pacet dan lintah

--- para vampire dan drakula penghisap darah

--- parasit yang menggelembung seperti kanker

Ibu Pertiwi bukan lagi hamil Kemakmuran bagi anak negeri, dia merintih kanker cervic di rahimnya

Ke mana itu anak-anak  yang menetek haus di susu Ibu Saraswati ?

Mana itu Mahasiswa Bandung yang heroik

Ke mana perginya Anak-anak Trisakti yang terbelenggu Gari-gari HAM

Ibu berpayung hitam, hitam menanti Militer-pejuang seumur Daan Mogot --- Ia menuruni tangga Istana Merdeka --- menyibakkan debu di Silang Monas --- militer-pejuang itu menangis malu mendongak ke Monas --- Emas !

Militer-pejuang bercermin di wajah Konstitusi

Ia malu, ia hunjamkan senapannya yang berbayonet

Matilah kamu para Jahanam !

Ibu, maafkan anak-anakmu yang telah menjadi Jahanam.

Harapanmu Ibu, hanya pada para Bonek, para Bonek dari Merauke sampai Pulau Weh

Dari stadion Bung Karno dan Kantong-kantong Kemiskinan para Miskin Kota di Silang Monas :

Matilah kamu para Jahanam !

Panji kami adalah Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Pamflet kami Demokrasi Ekonomi yang hijau, dan Demokrasi Politik yang merah meriah

Yel-yel kami Revolusi, Revolusi, Revolusi --- hanya itu yang dapat mengembalikan Hak-hak Suara kami kembali dalam genggaman

Kebudayaan Indonesia yang dinamis dan progresif dan Anti Budaya Korupsi

Kembalikan Indonesia kami

Kamilah Wakil Rakyat yang Sadar Berontak.

 

[MWA] (Puisi II – 02)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun