Â
 (1)
Kau tahu Mata Batok ?
Itulah Mereka
Kau tahu Mata Hati ?
Itulah Kita
(2)
Tiap hari Indonesia Kematian Sia-sia
Jatuh dari atap Kereta Api
Salah Siapa mereka mati sia-sia--- Mereka Sendiri, kata Menteri Mereka
Tahu Kematian Papua --- rupanya Mereka tahu Kematian Mesuji
Masa-kan Mereka tidak mengetahui ?
Ada triliunan Rupiah untuk menjaga Indonesia
Masa-kan begitu bebalnya ?
Indonesia mencatat Kematian setiap Sesaat
Tetapi ada, tidak terasa dan tidak merasa
Hanya ada tekadnya,
Kami menjaga Partai Kami
Kami menjaga Anggota Kami
Kami menjaga Keluarga Kami
Kami menjaga Diri Kami
Dari dakwaan Korupsi --- yang setiap saat diselidiki, disidik, dikait-kaitkan dari Pintu ke Pintu --- dari Pasal ke Pasal ---
O Kamilah Autokrat Indonesia Partai Autokrasi
Kami tidak mengenal mati, maka
Kami takut Hukuman Mati
Mata Kami adalah Mata Batok --- Hati kami telah mati sebelum di Vonis Mati.
Kami adalah Pembunuh Kematian Berantai
Kami tidak mempunyai Nurani
Apalah Arti mati bayi-bayi dalam Usungan tulang iga yang menonjol
Apalah Arti mati bagi bayi mati di antara Kaki Sasrabahu
atau Jembatan Kertanegara apalagi bayi-bayi mati di Tanah Tandus di Kalabahi
Orang Mesuji mati tiap hari mati dan mati
Orang Indonesia mati seperti juga Orang Utan atau Bekantan
mati tiap hari-hari mati
(3)
Kami hanya menjaga Diri kami, Isteri kami, Anak Kami, dan Partai Kami
--- jangan tuduh Kami Korupsi
(4)
Mata Kami Mata Batok
Sondang bagi Kami adalah Korban Lalu Lintas di ruas Jalan di Silang Monas
Ia terjerembab seperti Marsinah di tapak sepatu Lars
Ia bukan apa-apa bagi Kami
Bagi Kamu ?
Siapa kamu ?
Bagi Kita ?
Bagi Kami Pahlawan Koruptor ditanam di Kalibata !
Di bawah Kemboja Ungu dengan Epitaph Topi Baja berkalam Illahiah,
Wassalam jangan risaukan Sondang --- tunggulah berita Kematian Kami dari Istana,
Dari sanalah Kematian yang sesungguhnya.
(5)
Sondang, kamu adalah Pahlawan sepertiAnak-anak di Tri Sakti
Sondang, kamu adalah Pahlawan Daan Mogot --- di sisi Hati Nurani
Sondang Hutagalung dan Daan Mogot dua Taruna yang Mati --- tidak sia-sia Mati
Seperti kata Chairil Anwar --- Sekali mati Terus Berarti !
[MWA] (Puisi II – 01)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H