Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dua Sisi Sondang Hutagalung --- Pahlawan

18 Desember 2011   14:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 


 (1)

Kau tahu Mata Batok ?

Itulah Mereka


Kau tahu Mata Hati ?

Itulah Kita


(2)

Tiap hari Indonesia Kematian Sia-sia

Jatuh dari atap Kereta Api

Salah Siapa mereka mati sia-sia--- Mereka Sendiri, kata Menteri Mereka


Tahu Kematian Papua --- rupanya Mereka tahu Kematian Mesuji

Masa-kan Mereka tidak mengetahui ?

Ada triliunan Rupiah untuk menjaga Indonesia

Masa-kan begitu bebalnya ?


Indonesia mencatat Kematian setiap Sesaat

Tetapi ada, tidak terasa dan tidak merasa

Hanya ada tekadnya,

Kami menjaga Partai Kami

Kami menjaga Anggota Kami

Kami menjaga Keluarga Kami

Kami menjaga Diri Kami

Dari dakwaan Korupsi --- yang setiap saat diselidiki, disidik, dikait-kaitkan dari Pintu ke Pintu --- dari Pasal ke Pasal ---

O Kamilah Autokrat Indonesia Partai Autokrasi

Kami tidak mengenal mati, maka

Kami takut Hukuman Mati

Mata Kami adalah Mata Batok --- Hati kami telah mati sebelum di Vonis Mati.

Kami adalah Pembunuh Kematian Berantai

Kami tidak mempunyai Nurani

Apalah Arti mati bayi-bayi dalam Usungan tulang iga yang menonjol

Apalah Arti mati bagi bayi mati di antara Kaki Sasrabahu

atau Jembatan Kertanegara apalagi bayi-bayi mati di Tanah Tandus di Kalabahi

Orang Mesuji mati tiap hari mati dan mati

Orang Indonesia mati seperti juga Orang Utan atau Bekantan

mati tiap hari-hari mati


(3)

Kami hanya menjaga Diri kami, Isteri kami, Anak Kami, dan Partai Kami

--- jangan tuduh Kami Korupsi


(4)

Mata Kami Mata Batok

Sondang bagi Kami adalah Korban Lalu Lintas di ruas Jalan di Silang Monas

Ia terjerembab seperti Marsinah di tapak sepatu Lars

Ia bukan apa-apa bagi Kami

Bagi Kamu ?

Siapa kamu ?

Bagi Kita ?

Bagi Kami Pahlawan Koruptor ditanam di Kalibata !

Di bawah Kemboja Ungu dengan Epitaph Topi Baja berkalam Illahiah,

Wassalam jangan risaukan Sondang --- tunggulah berita Kematian Kami dari Istana,

Dari sanalah Kematian yang sesungguhnya.


(5)

Sondang, kamu adalah Pahlawan sepertiAnak-anak di Tri Sakti

Sondang, kamu adalah Pahlawan Daan Mogot --- di sisi Hati Nurani

Sondang Hutagalung dan Daan Mogot dua Taruna yang Mati --- tidak sia-sia Mati

Seperti kata Chairil Anwar --- Sekali mati Terus Berarti !


[MWA] (Puisi II – 01)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun