Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Diplomasi Indonesia Tidak Menguasai “Kepentingan Nasional”; Kasus di Malaysia [Tajuk Ide – 42]

7 Juli 2011   13:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca media dari berbagai sumber dan juga Kompasiana.Com --- terutama TKI legal dan Ilegal di Malaysia. Pemerintah Malaysia juga repot dengan masalah Sosial-Ekonomi, Keamanan, Hukumdan Administrasi Kependudukan. Setiap tahun mereka sibuk dan kecewa , Indonesia juga bingung dan prihatin.

Masalah TKI/TKW, Pendatang Haram, Operasi penggarukan, Penahanan, Vonis hukuman, Tindakan Deportasi dan berbagai yang melibatkan Hukum, moral, etika, psikologis, dan macam-macam upaya manajerial yang rational, maupun asal-asalan dari kedua belah pihak.Hasil Kinerja Perwakilan Indonesiasangat tidak memuaskan. Rakyat yang diurus tidak optimal --- Arang Habis dan besi pun binasa.

Perwakilan Indonesia di Malaysia harus mempunyai Matriks masalah Tenaker yang telah di-identifikasi ---memang masalahnya sudah berulang-ulang.Garis besarnya TKI Legal danTKI Ilegal (Pendatang Haram; Pendatang Asing Tanpa Izin). Singkatnya, Perwakilan harus selalu proaktif dan antisipatif --- karena selama ini insiden dan action yang dihadapi akut tetapi harus ada time-frame “ditentukan pihak sana” dengan responsif.

Tentu kerjanya irrational dan kinerja tidak manajerial.

Sebagai contoh praktis berikut ini :

A.Yang legal harus dibuatkan prosedur dan networking --- bagaimana bila TKI selesai kontrak, perpanjangan kontrak, pemutusan hubungan kerja sebelum konrak berakhir (dan konsekwensinya) --- yang memungkinkan mereka pulang atau cari kerja syah lainnya.

B. Yang Ilegal --- Pendatang Haram; Pendatang AsingTanpa Izin --- kategori bekerja tetap/pendapatan tetap; serabutan; pengalaman/tidak berpengalaman/pendidikan/pelatihan (ada prospek/tidak ada prospek, pulangkan); gelandangan (harus dipulangkan).

Pemerintah Indonesia --- baca Perwakilan harus selalu memanfaatkan bagaimana pun Kebijakan Pemerintah Malaysia --- terutama dalam Hasil Kinerja yang prima, sangat tergantung dengan “time-frame” --- itulah diperlukan kelincahan dan kecerdasan diplomasi.

Dalam kasus perkiraan 600 ribu PATI yang akan melengkapi dokumennya --- Harusnya time-frame saling menyesuaikan untuk penyelesaian Kategori B. (diplomasi lagi nih !)

  1. Para PATIyang mempunyai Majikan; buatkan Kontrak --- disyahkan oleh Jabatan Malaysia per kelompok, per lokasi kerja --- baru dikirim ke Perwakilan Indonesia.
  2. Estimasi penyelesaian per orang telah di setujui Malaysia-Indonesia (time-frame).
  3. Para PATI pekerja serabutan --- pendekatan agar dibuatkan kontrak dengan termin --- disyahkan oleh Jabatan Malaysia; action 1.
  4. Para PATI tanpa pengalaman, pelatihan/pendidikan --- pulangkan ke Indonesia. Yang potensial, beri pelatihan agar bisa dipasarkan
  5. PATI tidak ada urusan dengan penempatan kerja--- pulangkan, kalau perlu kena proses hukum.

Kedubes danKonsulat adalah Perwakilan Indonesia yang harus bekerja dengan manajemen yang rational --- jangan nabrak-nabrak, gamang, bingung --- dan professional kalau berunding --- memperjuangkan “Kepentingan Indonesia”,jangan malu-malui menghadapi “masalah bersama” dengan pihak Negara tempat bertugas.

Kalau tidak diatur dengan management perkantoran, receptionist dan time-frame yang prima ---- dapat dibayangkan, kerumunan manusia ala Terminal Pulo Gadung --- di jalanan depan Kedubes RI Kuala Lumpur atau Konsulat (?), di halaman, di sudut-sudut, di balik pintu, di WC dan manusia yang lingak-linguk (seperti Budaya Perkantoran di pelayanan publik di Indonesia).Persis, deh !

Uniknya mungkin KBRI saja --- yang di sudut-sudut jalannya, ada orang yang bergerombol seperti Calo dan Tukang Catut. (Masih-kah Encik ?) [MWA]

[caption id="attachment_118573" align="alignleft" width="300" caption="Malaysia dan Indonesia harus Maju Bersama-lah Encik !"][/caption] *)Foto ex Internet

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun