War and Peace – Perang dan Peperangan. Bagaimana caranya ? Bunuh, Lumpuhkan, Tawan dan Taklukan. Dalam teks tentang Perang dan Peperangan dulu dikategorikan dua saja --- sebagai Seni (Art) atau Pengetahuan (Knowledge)
Â
Perang kok tergolong Seni sih ? Memang ya --- karena dulunya Perang adalah daya kreatif yang menciptakan Rasa yang memuaskan --- Rasa aman. Mungkin karena dimulai dengan adanya unsur Cipta, Rasa dan Karsa --- sebuah persiapan, penciptaan dan Lakon pertarungan yang dibumbui dengan --- peralatan yang menyeni dan mantera yang menyeni dan “korban yang juga menyeni.
Â
Ahli-ahli Siasat Perang dilahirkan dari Seni Berperang --- sejak Kepala-kepala Suku Indian, Sun Tzu, Napoleon, Nikolo Machiavelli, Clauwitz sampai Obohorok Kepala Suku di Papua --- jangankan perang, urusan pengelolaan sumber-sumber saja --- yang mengandalkan Sumber Daya Manusia yang terorganisir pun, selain tergolong Scientific ada yang menggolongkan Art ( alias Seni). Management !
Â
Banyak orang Umum, orang Awam, orang Nyaman, orang Arrivee --- Ih, takut sekali membicarakan pertempuran dan peperangan. Walaupun ia setiap kali, setiap hari setiap Berita --- isinya kekerasan, kericuhan, demonstrasi non damai, penggusuran, penembakan, pertempuran dan ………….dari pertempuran demi pertempuran akan masuk pada kategori Perang !
Â
Pertempuran antara Gang Narkotik dengan Polisi, antara Teroris dengan Polisi --- operasi militer --- pengejaran Densus 88 naik gunung turun gunung, masuk hutan keluar hutan --- Pasukan Brimob mengejar penembak polisi ---- ada pula Satuan TNI mengejar Perompak Somalia.
Itu semuanya mempunyai unsur peperangan. Pertarungan Konflik, hegemoni kekuatan, permusuhan, atau menegkkan hukum.
Â
Memang itu berita yang menarik bagi manusia, produser --- karena informasi itu sangat bermanfaat bagi Meningkatkan Kesadaran dan Pencerahan sebagai Manusia --- apalagi setelah Bumi dan Manusia menjadi satu dalam proses Budaya Globalisasi.
Â
Pertempuran di Darfur Sudan --- ada artinya bagi konsumen informasi di Indonesia --- Pertempuran di Tunisia, di Mesir, di Yaman, di Suriah atau pun di Libya --- sangat penting bagi Rakyat dan Pemerintah Indonesia. Karena kejadian seperti itu bisa terjadi juga di Indonesia. Kapan dan Mengapa ?
Â
Kok bisa ? Apa alasannya ?   Makanya perhatikan pertempuran di seluruh dunia --- karena model seperti itu bisa terjadi di Indonesia !
Â
Mengapa ? Karena di dalam tubuh Bangsa Indonesia ada unsur bibit pertikaian, pertempuran dan bisa, menjadi Peperangan :
- Di sini ada bibit Konflik --- di Dalam Negeri maupun Kekuatan dari Luar Negeri
- Ada unsur Kekerasan --- pengembangan dan pembangunan keseimbangan kekuatan. Dendam dan ketidak kepuasan. Kecemburan Sosial dan latarbelakang Sejarah dan Ide yang akan menjadi kontra-ideologi.
- Rasa permusuhan --- hostile feeling. Ingat bagaimana kekuatan politik yang akan memperalat Presiden Soekarno --- kebencian dari gelaggang Asian Games dipelentir menjadi “Permusuhan terhadap Sondhi --- tokoh Asian Games dibidang Bulu Tangkis (bandingkan kekuatan poltik yang bermain di kasus PSSI yang mahal, tetapi miskin prestasi saat ini --- Rakyat Indonesia teperangah, Kongres bisa berkali-kali dengan hasil Nol). Dari Peristiwa Sondhi --- dengan instrument Kekuatan Asia Afrika, Non Blok, Lantas Conefo --- sampailah dari Kemenangan Trikora ke Dwikora. Menuju Perang Indonesia lawan Malaysia plus SEATO dan ANZUS.
- Baik Konflik, Pertempuran, sampai Perang --- membutuhkan Dasar Hukum --- Amerika Serikat dan Barat (Eropa) menggunakan dasar hukum : Resolusi PBB untuk menghalalkan penyerangan ke Bosnia, Irak, Afghanistan, dan kini ke Libya, Â
Â
Di Indonesia ada ke-4 unsur itu ? ‘Kan kita dalam satu Negara yang Merdeka dan ber-Daulat.
Â
Ya, Indonesia memang Negara Merdeka dan Berdaulat tetapi apabila Ideologi pengikat Persatuan dan Kesatuan tidak diwujudkan --- mau bilang apa ?
Uni Sovyet yang kuat segalanya --- begitu Ideologinya tidak applicable --- Byar berkeping-keping.
Yugoslavia kurang apa --- Negara yang Rakyatnya senasib dan sepenanggungan sebelum dan sesudah Perang Dunia II --- bisa tercerai berai. Masing-masing Merdeka. Itu dibuat Balkanisasi !
Â
Alasan Rakyat Timor Timur memutuskan untuk ber-integrasi dengan Indonesia itu sudah mantap --- persis sebagaimana Rakyat Indonesia membangkitkan nasionalisme sejak 1908 sampai Proklamasi 17 Agustus 1945. Tetapi………….
Â
Tetapi karena Indonesia tidak cerdas mengelola Konflik, Kekerasan demi Kekerasan, pertempuran --- Perang itu dimenangkan Fretilin dan Portugis secara militer dan diplomasi . Indonesia mlongo seperti tidak ada kerugian apa pun.
Â
Jelas rugi ! Â
Bagaimana dengan TimorLeste, Australia (yang telah menyatakan --- bisa melakukan Pre-emptive Strike terhadap Indonesia, kalau unsur (4) Hukum bisa diadakan --- terutama masalah terorisme. Ih bisa aja !
Indonesia punya potensi untuk bertikai dan berperang dengan Papua Nugini, Malaysia, Australia, bahkan --- dengan Cina atau India, juga Amerika Serikat.
Â
Lawan Sadam Hussien dibina dari dalam-- di Afghanistan, lawan Taliban dibangun dari Koalisi Utara dan Orang dalam Pembuangan --- bahkan apa yang terjadi saat ini di Timur Tengah --- sangat bisa dilakukan di Indonesia . Ingat ada bibit konflik yang diusung Kaum Separatis , umpamanya.
Â
Karena ke-4 unsur itu bisa diciptakan --- bisa direkayasa melalui Operasi Intelijen, Kolone ke-V, Konflik Kepentingan Ekonomi dan Bisnis (apalagi kalau sudah masuk kepentingan itu di dalam Kontrak dan Undang-undang legal --- itu soal gampang Cak !)
Ada perang Cyber yang bisa melumpuhkan seluruh system di dalam suatu Negara --- bagaimana melawan dan menangkalnya kalau Indonesia dalam kapasitas Pecundang ? Indonesia bisa kacau, terciptalah unsur-unsur perang itu. (Bandingkan perang Cyber AS lawan Cina saat ini --- benar-benar masalah  Kedaulatan yang berbicara)
Â
Penangkalnya bagi Indonesia : Ideologi Persatuan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika --- dengan aplikasi-nya Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Laksanakan Undang-undang Dasar 1945 Amendemen dengan konsekwen.
Kok gampang ?
Â
“Di sanalah aku bediri --- Jadi Pandu Ibu-ku !"
[caption id="attachment_112994" align="aligncenter" width="300" caption="Perdamaian itu hanya Intemezzo --- Jangan Lengah, Perkuat IPOLEKSOSBUD HANKAM !"][/caption]
 *) Foto ex Internet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H