Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilo Beras, Setengah Kilo Gula, Plus-plus [Planet Kemiskinan-19]

7 September 2010   11:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:23 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isteri pertama Margono Bong, konon orang Cina Sarawak. Dari isteri pertamanya ia memperoleh delapan anak --- sedang dari Bu Jazirah anaknya hanya tiga.

Perawakan Haji Margono tinggi besar --- wajahnya hitam legam, tidak jelas apa ia keturunan Tambi, atau hitam karena terbakar matahari. Kini ia telah tampil di teras tokonya,

“Bapak Ibu………Anak-anakku dan semua hadirin Assalamualaikum warakhmatullah wa Barakatuh …………Tahun ini kita berjumpa lagi, ada sedikit rizki, saya harap jangan rusuh, jangan ricuh --- teratur saja ya.Bapak Ibu masuk dari pintu selatan nanti keluar dari pintu utara--- Insya Allah semua kebagian…………Wassalam” Sambutan Haji Margono disambut dengan antusias para pria-wanita jompo, tidak kurang ratusan tukang beca dan manusia rombeng telah ancang-ancang di luar pagar --- mulai berdesakan, dan mengayunkan badan --- nenek dan anak-anak menjerit-jerit tergencet.

Panitia dan Satpam Kere mulai mengatur memakai pentungan kayu atau bambu. Pintu dibuka sedikit --- lima manusia kere terpincang-pincang dan terbungkuk-bungkuk mengatur sarungnya yang pada melorot. Dengan sigap beberapa lelaki dan wanita miskin menyerbu pintu selatan. Hilang……….ke dalam bangunan dengan folding gate itu.

Begitulah di luar pagar manusia kere berayun ber-irama, menjerit , menangis dan mengaduh-aduh untuk mencapai pintu selatan mereka terhuyung-huyung, terpincang pincang, berkaki ayam --- melemparkan sandalnya yang putus, meninggalkan hartanya tergeletak di halaman.“Sabar—sabar, semua kebagian”

Entah berapa rombongan yang telah masuk ke jalur show room --- mengikuti alur menuju tempat pembagian.Yang kehilangan songkoknya clingak-clinguk penuh kuatir seperti seekor monyet yang tercolek terasi. Bodoh-bodoh waspada !

Ada seorang lelaki cacat dengan baju compang camping saat memungut topinya yang terjatuh, langsung terinjak-injak oleh rombongan yang menderu-deru dengan tenaga penuh --- dua tiga wanita dan lelaki terguling-guling, menjerit-jerit “ Aduh, tolong biyung !”.

Si Cacat yang kumal itu tergeletak nafasnya satu dua --- seorang wanita dengan sikap gelap mata memungut karungnya --- turut berayun-ayun di depan pintu selatan.Dorong-dorongan, suara tangis anak-anak dan bayi miskin --- tergencet tidak ada yang mempedulikan.Mang Tabir Satpam melerai.. Ibu dengan bayinya tersungkur, anak bayi itu meraung melengking seperti suara anak monyet. Tidak ada yang menghiraukan.

Seorang nenek tua tersungkur tidak bangun lagi. Diangkat ke emper…………

Dari pintu utara mengalir Manusia Kardus yang miskin dengan muka ceria, menenteng bungkusan plastik--- semua tersenyum tertawa-tawa.Seperti anak sekolah mendapat ijin pulang lebih awal --- saling berceloteh, mensyukuri rejeki dan nikmat --- tidak ada yang menoleh ke arah hiruk pikuk di selatan --- niat untuk beradu otot pun mereka tidak selera lagi. Telah mensyukuri --- lolos dari pergulatan yang mematikan itu.

Ada sembilan korban babak belur ataupingsan diurus oleh panitia di emper toko itu. Seorang wanita tua menyeka mulutnya yang berdarah-darah, langsung pingsan menyusul korban yang terdahulu --- giginya copot dua yang selama ini menghiasi wajahnya yang peyot seperti roman muka si Cepot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun