Cina mempunyai Renminbi dan Yuan --- mengapa untuk proyek Redenominasi Rupiah --- tidak dilakukan demikian, Indonesia mempunyai dua macam Mata Uang --- Umpamanya Rp. 100.000 = (Ringgit Indonesia  100). Tujuan Redenominasi tercapai Rakyat tidak dirugikan.
Kesan Redenominasi yang sudah dilemparkan wacananya ke tengah masyarakat --- jelas akan merugikan kemampuan daya beli rakyat di daerah pinggiran --- yang masih mungkin mempunyai "nilai ekonomi", memerlukan uang pecahan Rp. 500,-- ; Rp. 200,-- dan bahkan masih ada transaksi Rakyat yang Rp. 100,-- Enggak percaya, jalan-jalanlah ke desa yang tidak produktif (tidak jauh-jauh sekitar Kabupaten Sukabumi masih ada).
Dari Running text beberapa hari yang lalu --- sampai akhir Juni 2010 uang yang beredar Rp. 265,9 Triliun dan Koin saja ada  Rp. 3, 2 Triliun (kedua data itu dari Bank Indonesia ). Lantas kalau cara redenominasi tanpa memperhatikan perekonomian Rakyat memang bisa simple. Apa uang yang dikantongi Rakyat berupa recehan , sejumlah demikian besar tidak segera melenyapkan transaksi kampungan ?
Sebaiknya Bank Indonesia jangan neko-neko-lah --- urus saja bagaimana bisa mengatur tingkat suku bunga yang bisa mendorong Sektor Riil. Tugas utamamu --- biar mendorong investasi dalam negeri --- lapangan kerja terbuka --- pengangguran berkurang --- kemiskinan akan berkurang --- dan itu namanya, Republik Indonesia pro Rakyatnya. Cintailah Kemerdekaan Indonesia, cintailah Rakyat Indonesia.
Kalau hanya bertujuan Redenominasi --- maka laksanakan dengan Dua mata Uang RI.
IDR Rp. 100.000 = Ringgit Indonesia RIN. 100.
Secara historis Ringgit adalah mata uang yang berlaku di Nusantara --- Sederhana  diberlakukannya --- Perekonomian Rakyat (kecil) tidak dirugikan.
Malah, kalau Birokrat yang berada di Bank Indonesia bisa bekerja lebih cerdas --- dua mata uang itu bisa "dimainkan", Â seperti Bank Sentral Cina. Memainkan Renminbi dan Yuan.
Selamat bekerja --- jangan neko-neko. Pikirkan Kemerdekaan dan Rakyat !
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H