Kemeriahan apa pun telah banyak berlangsung di dalam Negara ini --- baik berasal dari Kemenangan partai politik, demokratisasi, ribut-ribut Bank Century dan Mafia ini-itu, dan baru saja .............olah raga internasional, mau pun event yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan. Meriah !
Gambaran kemiskinan, pengangguran hanya selintas seperti slide dalam hitungan detik, video klip tidak mau mengungkapkan kepahlawan dan kemenangan Nasionalisme. Berita bercerita gambaran kebodohan dan kepicikan anak-anak muda mengamuk, menghancurkan aset publik yang tersedia minim. Anak-anak muda berkerumun di gudang gula dan duit --- untuk mencontoh para koruptor, para birokrat yang bisa kaya dalam Budaya Koruptif. Dalam Organisasi Manajerial yang lemah. Menghamburkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara net --- sebahagian besar menjadi bancakan mereka pula.
KRAWANG - BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang - Bekasi
tidak bisa berteriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4 - 5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami.
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang - Bekasi
(1948 - karya Chairil Anwar)
Hai Pemuda Indonesia baca, dan hayati tiap baris kalimat Chairil Anwar --- kamu akan menangisi apa yang telah Indonesia capai dalam 65 tahun Kemerdekaan Repbulik Indonesia ini.
Hampa menjelang 100 tahun kemerdekaan ini --- kalau kamu tidak juga sadar (baca kembali setiap baris Puisi di atas) --- pahit getir melihat gambaran suram Pulau-pulau, Hutan-hutan, Pantai-pantai, Tanah-Air nenek moyang Orang Indonesia. Lihatlah anak-anak tidak bisa bersuara, lihatlah di sudut kotamu --- banyak orang rombengan mengais remah-remah kemerdekaan.
Indonesia saat ini tidak mempunyai pemuda yang bersemangat seperti Chairil Anwar. Semangat Proklamasi, Semangat Kemerdekaan, Semangat Amanat Penderitaan Rakyat, Semangat Hari depan untuk hidup bersama. Hidup bersama yang adil, yang makmur. Ini Republik Indonesia. Bung !
Res Publika ! Merdeka ! ( Mengenang dan menyambut Hari Lahir Penyair Angkatan 45 --- Chairil Anwar, 26 Juli 1922 --- dan menjelang 100 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia)
Diulangi. Baca dan hayati setiap baris Puisi Krawang - Bekasi karya Chairil Anwar diatas. Pemuda, kamu masih Daging dan Tulang, Jiwa dan Roh Kemerdekaan --- Bergeraklah menuju tahun 2045 bukan hanya 2014. Bersiaplah Bung !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H