Ini isi ceramah Subiakto Tjakrawerdaya lebih lanjut, " Di sisi lain pertumbuhan juga sangat ditentukan oleh permintaan. Perkembangan pemikiran terakhir menyatakan bahwa negara yang ingin mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi haruslah konsisten berorientasi pada perdagangan internasional."
Perdagangan Internasional kuncinya efiensi, daya saing, dan pembinaan --- kekuatan ekonomi rakyat harus dicangkok-kan pada sektor ini --- pemerintah harus membangun infra struktur di sisi ini. Tentunya kembali --- reformasi birokrasi harus segera dituntaskan. afisien dan emnghindarkan 'waste' secara manajerial --- titik lemah manajemen negara Indonesia. Korupsi harus dibasmi !
Indonesia sebagai negara penghasil bahan dasar industri negara lain, harus memperkuat sektor ini. Cangkok-kan lah ekonomi kerakyatan. Pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesempatan usaha, pengurangan pengangguran dengan nyata, dan menuntaskan kemiskinan ---Â Negara ini selalu melakukan 'lupa-lupa ingat'. Apakah itu Budaya Indonesia, melupakan yang papa --- memandang ke atas, dan asyik membangun lingkungan kekuatan politik untuk melanggengkan kekuasaan ?
Selanjutnya Subiakto, " ..........Di satu pihak negara-negara yang memiliki dukungan pasar domestik (pen. seperti juga Indonesia) yang kuat seperti China misalnya, mampu menumbuhkan pengusaha-pengusaha lokal yang kini bertaraf internasional. Pengalaman di pasar domestik yang sangat besar menjadi modal mereka untuk bersaing di pasar internasional............"
Cina sekarang mulus, dengan atau tanpa forum internasional --- produksinya melanda memasuki seluruh pasar dunia --- kalau Negara tidak memperkuat ekonomi kerakyatan, Indonesia akan dipelihara kekuatan ekonomi asing, bertumbuh ekonominya tetapi hanya untuk 'kepentingan pasar mereka' (berita nasional bangga sekali, bahwa rating Moody's Indonesia membaik --- hutang dari Jepang baru diterima, BUMN dan Swasta dipacu untuk IPO --- Laba mengalir keluar, bunga tinggi, dan yield yang profitable --- terus merangsang investor asing.  Alangkah cepatnya langkah bagi mereka ?
"........... Sebenarnya Indonesia juga mempunyai persamaan seperti itu. kenyataan demikian mengharuskan kita untuk berpikir ulang. Bahwa betapapun juga kita harus berangkat dari keunggulan-keunggulan domestik sebagai dasar pijak kita untuk membangun daya saing. Keunggulan domestik itu tidak lain adalah ketersediaan faktor produksi dan pasar yang kita miliki secara berlimpah..........."
Cina membangun perekonomian rakyatnya dengan efisien, memananaje 'linkage' Ekonomi Industrinya --- mengelola pasar domestik, merambah pasar internasional dengan daya saing yang membuat lawan tidak berkutik --- itulah yang terjadi dari hasil reformasi politik ekonomi Deng Xiaopeng sejak thun1978. Last but not least --- menembak mati ribuan koruptor untuk mengefisienkan perekeonomian Cina.
Bagian ke-III dalam cermah itu ia mengemukakan, " ..........Demokrasi Ekonomi, terdapat paling sedikit dua prasyarat pokok yang sangat penting sebagai hakikat demokrasi ekonomi. Pertama adalah tujuannya yaitu kemakmuran seluruh rakyat. Kedua adalah perlunya keterlibatan dan partisipasi rakyat banyak baik dalam proses produksi maupun dalam menikmati hasil-hasilnya."
Sebenarnya secara Konstisional telah dijamin "kepentingan Rakyat banyak', secara kebijakan fiskal pun telah tersedia peluang untuk meratakan hasil kemakmuran bagi Rakyat --- Redistirbution of Income dapat digencarkan dengan Kebijakan Pajak dan pemberian subsidi bagi Rakyat --- pemilik kemakmuran itu. Tegakkan hukum terhadap "pencuri pajak" dan kembangkan Kebijakan Subsidi yang produktif bagi Ekonomian Kerakyatan.
Subiakto selanjutnya mengatakan, ".....antara demokrasi ekonomi dan ekonomi rakyat merupakan dua konsep yang menyatu. Salah satu prasyarat pokok dari demokrasi ekonomi adalah keterlibatkan rakyat banyak. Ekonomi yang melibatkan rakyat banyak adalah ekonomi rakyat. Karena itu operasionalisasi demokrasi ekonomi pada dasarnya merupakan upaya mewujudkan ekonomi rakyat..........."
Lho ? masalah kita kini yang mendesak adalah Pengangguran dan Kemiskinan --- hakekatnya paragraf di atas adalah kebijakan yang gampang dan wajar. Perhatikanlah simpul-simpul kemiskinan --- jangan biarkan Rakyat tidak produktif --- memasuki dunia gelap, kriminal dan menjadi parasit di dalam masyarakat --- menghisap penghasilan produktif sesama rakyat kecil dengan menyuburnya, tindak kejahatan yang dilakukan aparat sampai di tingkat paling bawah --- mengatur pengamen-pemeras, meniagakan lapak-lapak yang melanggar Peraturan, percaloan kriminal (kalau di Birokrat modelnya adalah Mafia Hukum dan Peradilan, pemerasan percukaian, Mafia Pajak), dan segala pemalsuan dan pembajakan hak intelkstual, dan lain-lain yang gampang dan bisa dinegosiasikan apabila ada ada aparat, menuntut redistributin of income secara elap itu. Cepat bertindak jangan Rakyat terus-terusan memakan Rakyat. Budaya Penghisapan akan dikembangkankah ?