"Papa kejam !" Sekonyong mama menyingkapkan daster Rijske, melorotkan celana dalamnya --- dan mecoba meraih vagina Rijske, Rijske meradang mencoba menarik dirinya. "Dengar --- mama harus turut menyelesaikan kemelut kamu berdua, mama pun sangat terpukul dengan perbuatanmu"
"Papa kejam !" Dengan secepat kilat , mama meraih paha Rijske dan merabakan jari tengahnya ke antara celah paha Rijske "Jangan ma, Rijske secepat kilat bereaksi. " Sakit ma !" mama memang mengerti batasnya --- ia seorang wanita pula. Ia berdiri meninggalkan Rijske yang menangis sambil melengkapi lagi pakaiannya --- dan ia sembunyikan wajahnya di tumpukan bantal. Yang dipikirkannya............ mamanya memeriksa hymen-nya. Ya, hymen-nya masih utuh, Ia selalu berkelit kalau Alan juga menghampiri sasaran itu. Ia selalu mengaduh kalau itu tersentuh. Mama dengan mata nanar duduk di dalam gelap memandang ke arah sorotan lampu spot yang mengarah pada gambar perkawinan mama dan papa 21 tahun yang lalu.
Malam itu di kamar mama memberi jaminan kepada papa bahwa, Rijske masih perawan --- dan papa harus memaafkan dan melupakan insiden itu --- agar Rijske dapat mempersiapkan diri ujian akhir dengan tentram.
Sangat besar hati Rijske, saat papa menarikkan kursi untuknya pada saat mereka 'makan luar' agar anak-anak semua mempersiapkan diri untuk ujian dan kenaikan kelas. Papa menepuk pundaknya.......... Tetapi kata-kata papa 'pelacur ......anak berbakat pelacur' sangat menyakitkannya sampai malam itu.
Kisah itu diuraikan Rijske pada Alan --- "Papamu kejam, sok suci --- pejabat model papamu pasti buaya Rijs --- aku juga benci pada papamu. Satpam mengirimku ke polisi --- Dan bapak dan keluargaku mengutuk aku karena berurusan dengan polisi --- bikin kering, menghabiskan biaya kata mereka. Konflik di dalam keluargaku pun akhirnya mengorbankan kuliahku Rijs. Aku benci dengan papamu dan juga Bapak dan keluargaku."............."Sekarang aku sudah bekerja, aku akan kuliah lagi nantinya ..........ayo ke rumahku".
Memang setelah lulus SMP dan selama di SMA kelas satu --- setahun ini Rijske tidak memikirkan pacaran, tetapi ia selalu dirongrong kenikmatan dengan Alan. dulu mereka selalu berpacaran berat, di taman-taman, di tempat parkir, di pinggir jalan yang remang-remang ............dan memang terkadang ada kesempatan di tempat kos Alan .......... dan dua kali di rumah Rijske. Sampai insiden terakhir.
Remaja mabok (tidak mempunyai karakter yang menyadari adanya hari depan). Rijske dikurung sudah 6 hari di rumah kosong, yang menjadi nafkah Alan belakangan ini --- ia bekerja menjaga rumah kosong. Buaian bulan madu, dan khayal hidup berdua dan akan kawin di Bali memabokkan Rijske --- Sebenarnya Rijske takut sekali begitu lama meninggalkan rumah --- tetapi akibat rayuan dan kenikmatan "Alanku-Seks-ku" ia karam dan tenggelam --- ia pastikan Papa dan mama benar-benar kalang kabut dengan kelakuannya kali ini. Tetapi ia sudah sangat terlanjur tidak dapat menerima kata-kata papa. Dua malam ini malah sebelum menikmati seks ada acara menelan 'pil setan' --- Alan juga mengajarkan mereguk minuman keras walaupun tidak sampai mabok. Alan menjual pompa air cadangan milik rumah itu. Hasilnya untuk kehidupan nikmat mereka berdua.
Alan memberikan pengalaman menikmati gemerlapan hidup malam --- ia ingin memberikan orientasi, seks adalah kesempatan bagi wanita, seks adalah pengalaman dan kehidupan. Walau tidak semudah itu Rijske digiringnya. Suatu subuh Polisi menemukan seorang gadis pingsan over dosis di tangga perkantoran --- sementara Alan berkesempatan melarikan diri setelah menjual speda motor butut majikannya. Ia ngabur menjadi buronan.
Papa mengamuk, kasar dan brutal--- mama menjerit-jerit. Anak itu remuk dan dilarikan ke rumah sakit --- Ada salah satu tulang cervical-nya yang retak --- kemudian Rijske ditempatkan untuk rehabilitasi di Pesantren dekat Tasikmalaya. Tetapi kemudian, Ia melarikan diri dan berusaha mencari kontak dengan Alan.
Rijske segera bergabung dalam komunitas para pecandu narkoba dan ia .......... menjalankan takdirnya menjadi pelacur untuk memuaskan segala desakan di tubuhnya.
Papa putus asa dan menyesal, disalahkan psikolog dan kyai --- karena ia memojok-kan anak manusia itu ke jalan yang dibencinya, tetapi terpaksa ditempuh-nya --- karena tidak ada lagi jalan pilihan. Mama menderita karena dengan susah payah mengerahkan kemampuan polisi untuk melacak di mana anak gadis itu berada. Hidup mama sangat tertekan --- ia mudah kagetan kalau ada berita anak hilang, jual beli anak, penjualan wanita atau pun ditemukan potongan tubuh gadis di beberapa tempat di Indonesia . Ia menjadi menggeletar apabila ada pula berita jual beli organ manusia ---akhirnya ia juga menjadi pasien psikolog --- malah mungkin psikiater dalam waktu dekat ini.