Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Cerpen (34) Kota Tua, Alanku-Seksku (Drugs 1/3)

23 Juni 2010   13:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:20 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Pukulannya malam itu memang meremukkan tubuh gue --- tetapi yang gue sampai hari ini tidak terima ........... kata-katanya yang sangat kejam, mengatakan gue 'pelacur, anak berbakat pelacur, "

"Masa sampai begitunya ?"

"Gue dibilangnya, 'pelacur' .......... gue dendam banget, deh"   Memang insiden itu dapat memisahkan kedua remaja itu.  Kejadiannya sudah berlangsung setahunlah --- menjelang Rijske akan ujian akhir SMP. Ketika sekeluarga pergi ke obyek Agrowisata, Rijske tidak turut, alasannya ia akan mempersiapkan ujian --- ia tidak tertarik kalau hanya makan durian. Itu alasan masuk akal kala waktu itu.

Di rumah Rijske dan Alan mempunyai kesempatan berpacaran hangat --- mereka tidak mendengar klakson yang biasa dibunyikan papa kalau minta dibukakan pintu oleh Mimin --- Mereka asyik dalam ruang wing samping, dengan gordyn tertutup. Mimin sendiri tahu bahwa anak majikannya memang sering berpacaran sembunyi-sembunyi kalau rumah sepi --- tetapi kali ini ia menyaksikan adegan panas mereka. Papa memukuli Alan, dan kemudian menyerahkan pada Satpam kompleks.

Papa memaki-maki Rijske, karena menyaksikan adegan oral itu --- setelah Rijske dipukuli, mama membawa nya ke rumah sakit --- Rijske dirawat tiga hari.

Papa tidak menegur-sapa Rijske mungkin tiga pekan --- Rijske juga tidak ingin kontak dengan papa, ia sangat sakit hati dikatakan papa sebagai 'anak berbakat pelacur'.  Mama yang sangat memperhatikan keadaan Rijske agar tetap semangat menyiapkan ujian akhir SMP.

Cinta mereka putus --- telepon di sita, dan Rijske berkali-kali mencoba kontak dengan Alan. Buntu.

Mama masuk ke kamar Rijske , duduk di tepi ranjang Rijske --- anak gadisnya itu sedang membaca sambil bersandar di tumpukan bantal. Mama dengan lembut memulai berbagai kalimat yang menjurus untuk menyelesaikan kemelut gadisnya dengan Sang Papa.

"Rijs, papa pantas dan berhak sakit hati --- karena umurmu baru 15 tahun, tetapi kamu telah melakukan pacaran dengan prilaku seks yang tidak pantas............. apakah kamu telah pernah melakukan  hubungan badan dengan anak itu ?"  Rijske menggeleng-gelengkan kepalanya, hatinya sangat terpukul, mama masih akan melanjutkan perkara itu. Pertanyaan itu sudah dia dengar berkali-kali dari mulut papa, begitu pun mama.

"Ma, Riris sakit hati papa mengatakan Rijske pelacur dan anak berbakat pelacur --- sampai mati Riris ingat !"  Mama melenguh dan menarik nafas dalam --- untuk meringankan beban di dadanya.

"Rijs, papamu pantas mengatakan itu --- ia menceritakan yang ia lihat --- mama walaupun tidak melihat langsung, tetapi menyaksikan kamu berdua bugil --- hancur seluruh kebanggaan mama......"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun