Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Money

Planet Kemiskinan (08) Sepatu Cina!

22 Februari 2010   05:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:48 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa sepatu Tasik tidak dibeli orang Indonesia ?

Semua tukang sol sepatu bercerita sekarang jarang menemukan sepatu Bogor atau Tasik yang rusak untuk diperbaiki.

Dedek kuatir isteri dan anaknya akan mengalami busung lapar kemudian jadi berita di tivi. Ia akan malu sebagai suami dan ayah.

Dulu berita kurang makan di tivi --- tidak diacuhkannya, memang begitu orang Indonesia, sejak Menteri sampai rakyat biasa. Berita orang lapar, anak-anak kurang makan. Dianggap, hanya salah budaya saja. Kurang gizi karena makan tidak teratur. Apa yang mau dimakan ?

Sekarang gambaran di tivi itu kembali menari-nari di pelupuk matanya --- ia menangis, matanya menjadi kabur. Pandangan-nya kabur. Hari hujan lagi --- ia hanya makan dua kali sehari, hanya mi instant atau nasi murah di warteg. Ia takut anak istrinya busung lapar.

Hidup Dedek dirasakannya berubah, ia tidak bisa kalau malam berunding lagi dengan istrinya, tidak bisa bermain-main dengan anak-anaknya. Ia terkapar di atas lantai beralaskan karton dan sarungnya.

Di sana bergelimpangan teman-teman sekampung, yang sekarang menjadi tukang sol sepatu di Jakarta.

Mengapa hidup kami harus berubah ?

Kemana kebahagiaan yang kemarin-kemarin ?

Mereka biasanya hanya mandi sekedarnya di kali buteg, hitam dan amis. Dedek merindukan air segar yang mengalir di kali desanya.

Bahkan seperti air keruh di sawah dan kolam mereka, tidak bisa lagi ditemukan di Jakarta. Air yang dianggap bersih harus dibeli dan dibayar di Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun