Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Serial Kesadaran Nasional (07) Batara Kala, Bala Bencana Mengintai Indonesia

20 Januari 2010   11:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:22 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Alam tempat kita hidup memang sangat akrab dengan nenek moyang dan kita---kita  bisa mengenal nya dari budaya lisan dan tulisan, bahkan peninggalan yang terbenam---begitu pula jejak alam di dalam tanah, di dinding patahan, dan pinggir sungai. Memang bencana itu  ada kalanya menghampiri dan menyambangi kita.  Berapa ratus tahun diperlukan untuk menenggelamkan candi dan bangunan, kota dan hutan dan sawah ladang ?  Kalau kawasan ini tidak ramah---manalah mungkin  nenekmoyang, anak cucunya bertahan di tanah yang ramah ini. Banyak gunung berapi di tanah air menenggelamkan kota dan desa.  Mungkin beratus atau beribu kali tsunami menyapu pantai dan kampung. Tetapi nenek moyang , anak cucunya---sampai kita canggah dan cicitnya, masih menyintai tanah air ini !

Bukan hanya alam mengancam hidup nenekmoyang  dan kita.  Kerajaan dan feodalisme tidak selamanya menguntungkan sesama kita---secara politik kerajaan, kesultanan, dan suku bangsa kita takluk dalam penjajahan kolonialisme dan imperialisme---nenekmoyang kita tidak berdaya secara militer, politik, ekonomi dan, kebudayaan. 350 tahun pula nenekmoyang, dan anak cucunya menderita dalam hisapan manusia atas manusia---l'exploitation l'homme par l'homme.  Itu juga bencana ! Apakah masih diperlukan  bangsa Indonesia masa 350 tahun dalam pertikaian---saling menghisap. Dalam intaian neo imperialisme, kapitalisme dan liberalisme untuk menjadikan cicit canggah, budak-budak konsumen hasil industri bangsa yang hegemonis ?

Bencana datang tidak sekonyong-konyong, semua ada tanda-tandanya---baik secara empiris maupun spiritual.  Bencana Batara Kala datang dengan segenap syarat dan firasat---bahkan setelah mendekat bencana itu masih membawa aba-aba di keningnya : Rajah Kalacakra Sastra Bedati.  Bencana Politik, Bencana Ekonomi, Bencana Emperialisme dan seluruh jaringan jahanam bencana ada tanda-tandanya.  Bacalah tanda-tanda itu dengan kemampuan Budaya---inilah segi pertahanan yang harusnya bersinambungan diolah dalam diri bangsa ini. Kekuatan dirinya---Budaya Kekuatan Kemandirian.  Budaya yang Progresif.

Banyak Hikmah dan Kebijaksanaan nenekmoyang yang harus dipelajari, dibaca, dan dikembangkan secara kontemporer.  Bacalah Mantera ini---mantera yang puitis yang dibacakan oleh Ki Dalang Kanda Buwana---Ki Dalang Sejati---hingga para Dalang masa kini---dan maunya dibacakan pula oleh Dalang Politik di negeri ini.  Perhitungkanlah bencana !

A  U  M

ya maraja   jaramaya

Ya midosa sadomiya

Ya dayuda dayudaya

Ya siyata tayasiya

Ya sihama mahasiya

Hai kamu, segala sesuatu

Atau apa, atau siapa pun juga

Yang dapat menyebabkan suatu bencana, kecelakaan, malapetaka

Hentikan kegiatan dan hasrat-mu

Hai kamu yang datang menyerang, hapuskanlah kelebihan kekuatan-mu

Hai kamu yang menyebabkan kelaparan, berilah segala sesuatu yang mengenyangkan

Hai kamu yang menyiksa hentikanlah penganiayaan-mu

Hai kamu yang melakukan perlawanan, hilangkanlah rasa kekhawatiran-mu

Hai kamu yang tidak teguh setia, utamakanlah rasa belas kasihan-mu

Hai kamu yang menjadi lawan sejati, semoga lekas diresapi rasa kasih sayang !

Ini mantera yang indah filosofis, yang juga dibacakan Ki Dalang :

"Ya Tuhan, nyala lampu ini hendaknya menyinari seluruh semesta alam. Lampu atau api itu kadang-kadang bernyala-nyala, laksana bergelora, bergolak. Kadang-kadang tenang dan tenteram, laksana bersifat belas kasihan. Kadang-kadang laksana bersifat suka-duka. Kami memohon agar segenap penonton yang ada sekarang terikat hendaknya kepada ceritaku"

Lantas Ki Dalang akan mengetokan cempala satu kali ke kotak wayang di kirinya , seraya membaca mantera ; "Gunung-gunung tempat duduk-ku. Gempa bumi adalah di bawah pengaruhku, sampai kepenguburan-nya !"

Bencana  Batara Kala, Bencana Alam, Bencana Ekonomi, Bencana Politik---dan semua bakal bencana kelolalah dengan Bijaksana.  Tobat !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun