Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dunia Hippodongodongo(01) Protes Haena dan Burung Condor

25 Desember 2009   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:47 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tunggu Kaisar, saya juga kurang paham secara teknis ." Jackal menelpon entah kemana, entah kepada siapa. Datang Burung Unta yang kemayu. Dari jauh sudah hegol megol genit. Setelah dekat dengan peraduan Kaisar Hippo IV, ia menyuruk-nyuruk seperti akan membenamkan kepalanya ke pasir. Dia mangap dan tersenyum. "Iugh, gooh !" salamnya.

"Kaisar, kita kurang waspada (sambil melirik pada Jackal dan Dingo)---kurang waspada . Kita kurang sigap mengantisipasi baik, secara rasa keadilan maupun secara hati nurani kemanusiaan " Burung Unta menatap kepada Kaisar dan kedua ponggawa itu berganti ganti.

"Itu Tuanku, gerakan keadilan koin itu mengancam kedudukan kita tuanku---70 persen rakyat menjadi sponsor masing-masing bagi rasa keadilan dirinya "

"Bagaimana perhitungan-nya ?"

"Kita terancam Tuanku---rakyat yang 70 persen di basis menganggap kita korup tuanku"

"Aku tidak mengerti panggil Profesor Numbat " titah Kaisar. Numbat adalah binatang bercorak seperti zebra, tetapi seperti juga Dingo; Numbat ini adalah migran asal Benua Australia. Ia termasuk cerdik pandai di sana---ia pemakan rayap. Tidak menimbulkan perang kepentingan yang tajam dengan penduduk lain. Kalau mau digolongkan ya masuk di kasta kedua-lah---pendapatnya bisa mempengaruhi juga.
Numbat datang, dia binatang kecil saja. Moncong runcing, telinga panjang. Sebesar musanglah kira-kira. Dia menjelaskan

"Tuanku-komposisi penduduk kita ini seperti rumput yang sedang bergoyang---berayun-ayun--- kalau di balong Tuanku, atau di danau massa kita itu seperti kiambang. Ada angin bertiup sepoi atau keras, ia akan bergoyang, ada sampan lewat ia membelah. ‘manusia berpepatah : sampan lalu kiambang bertaut !" Numbat menatap ke semua arah, percaja diri. Dilanjutkannya.

"Ada manusia bernama Vilfredo Pareto (1848-1923) dia pelopor penggunaan matematika statistik untuk menjelaskan bagaimana perekonomian berlangsung-ada Hukum Pareto yang menyangkut distribusi pendapatan dan kemakmuran , Tuanku..........Dia juga Tuanku mengajukan bahwa Sosiologi adalah ekstansi dari Ilmu Ekonomi, Tuanku "

Dia lanjutkan lagi " Sosiologi yang berisikan pembahasan tentang komponen-komponen tindakan sosial, seperti nilai, dorongan tuntutan, dan itu......ilusi yang berkembang. ‘kan Ilmu ekonomi tidak berkaitan dengan itu. " Profesor Numbat menatap satu per satu hadirin di situ. Sementara bunyi dengungan dan dentingan masih tetap riuh rendah. "Kaum Elite janganlah lengah---dininabobok-kan perhitungan---banyak variabel yang berlaku saat ini Tuanku "

"Ok- jelas-massa mengambang bisa mengalahkan hitung-hitungan, aku mengerti ! Lantas ini apa sebenarnya yang terjadi ?" Profesor Numbat mengarahkan pandangannya ke arah Pangeran Jackal.
Jackal melanjutkan " Kita jangan percaya hitung-hitungan Tuanku, massa mengambang dan golongan pucat, ancaman Tuanku. Yang.........yang.......terjadi ini Tuanku, kasta Haena dan Burung Condor lapar berkepanjangan ---luput dari perhatian kita. Mereka punya Rejeki Langsung Tunai ‘kan recehan Tuanku---luput dari perhatian kita Tuanku. Tapi ini, anggaplah koreksi Tuanku. ...........Uang recehan, Tuanku, alat distribusi untuk rejeki mereka Tuanku, kaum lapar, kaum pengemis, dan kaum miskin..........mengalami Liquidity Squeez, Tuanku. Mereka mengamuk mau melakukan makar pemberontakan............mereka memukul-mukul tiang lisrik, tiang telepon, pagar besi, pintu besi kantor dan rumah, Tuanku..........yang mengerikan Burung Condor kini membetot kawat listrik mati---dan melepaskannya menjadi dengungan yang mematikan !"

"Selesaikan !" Kaisar Hippo IV pelan-pelan berjalan, menenggelamkan tubuhnya yang tambun ke dalam Sungai Nile. Diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun